7 Masakan Tradisional dari Pulau Kalimantan, Sajian Sedap nan Unik

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Kamis, 04 Sep 2025 07:01 WIB
Pedagang choi pan. Foto: Antara Foto/Jessica Wuysang
Balikpapan -

Pulau Kalimantan bukan hanya dikenal dengan hutan tropisnya yang luas dan budaya yang kaya, tetapi juga memiliki warisan kuliner tradisional yang tak kalah menarik. Setiap suku dan daerah di Kalimantan menghadirkan masakan khas dengan cita rasa unik yang dipengaruhi oleh alam sekitarnya, mulai dari hasil hutan, sungai, hingga rempah-rempah lokal.

Sajian tradisional dari pulau ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta kuliner nusantara. Masakan khas Kalimantan menawarkan kelezatan yang berbeda dari daerah lain di Indonesia.

Ada yang dimasak dengan cara tradisional menggunakan bambu, ada pula yang mengandalkan bumbu sederhana namun menghasilkan rasa yang kuat dan otentik. Makanan ini bukan sekadar hidangan, tetapi juga cerminan tradisi dan kearifan lokal masyarakat Kalimantan yang masih terjaga hingga kini.

7 Masakan Tradisional dari Pulau Kalimantan

Makanan tradisional Indonesia bukan cuma kaya jenis, tapi juga kaya rasa. Tiap masakan punya ciri khas budaya masing-masing sesuai dengan daerah asalnya.

Makanan tradisional dari Pulau Kalimantan bisa dibilang tak cuma sedap, tapi juga unik. Salah satu menunya bahkan ada juga lho, yang perlu tahap fermentasi. Berikut daftarnya, dirangkum dari beragam literatur:

1. Pekasam/Bekasam

Pembuatan pekasam ikan. Foto: dok. detikFood/Sudirman Wamad

Makanan khas Kalimantan dan Sumatera Selatan ada produk fermentasi yang dikenal sebagai pekasam dan atau bekasam. Produk fermentasi ini berbahan dasar ikan segar air tawar, seperti sepat rawa, seluang, ikan nila, ikan mas, ikan gabus, atau ikan mujair.

Sebelum difermentasi, ikan tidak dimasak sama sekali hanya saja dibersihkan dan dibuang isi perutnya. Setelah siap dikonsumsi, pekasam atau bekasam akan digoreng, ditumis, ataupun dimasak kuah untuk disantap bersama nasi.

Pekasam merupakan makanan khas masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan yang mayoritas Muslim, sehingga bisa dipastikan bahan utamanya menggunakan ikan. Di beberapa daerah juga punya hidangan sejenis pekasam namun dengan nama berbeda.

Di setiap daerah punya penyebutan dan media mengolah yang berbeda, sehingga rasa ikannya juga akan berbeda. Di Dayak Bulusu dan Okolod hidangan serupa itu disebut tamba, di suku Dayak Ngaju menyebut fermentasi ikan namanya wadi. Sementara di Banjar, Kalimantan Selatan disebut pekasam.

Dirangkum dari laman Pemerintah Kalimantan Tengah dan buku Budaya Makan dalam Perspektif Kesehatan oleh Toto Sudargo dkk, dijelaskan bahwa olahan ikan fermentasi tradisional mulanya dikenal dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Proses pembuatannya melibatkan penggaraman kering dalam kadar tinggi dan dilakukan dalam wadah tertutup.

Hasil akhirnya adalah ikan berwarna kehitaman dengan rasa asin dan asam yang khas, serta aroma kuat dari proses fermentasi. Proses ini berlangsung secara alami tanpa tambahan mikroorganisme, cukup dengan garam berkadar tinggi. Sejak lama, masyarakat Banjar sudah membuat pekasam sebagai cara untuk menyimpan ikan agar tahan lama.

2. Nasi Bekepor

nasi bekepor Foto: istimewa

Nasi bekepor adalah makanan khas Kalimantan Timur yang merupakan warisan Kerajaan Kutai Kertanegara. Cara membuatnya adalah dengan mencampurkan nasi setengah matang dengan bumbu rempah, daun kemangi, cabai, perasan jeruk nipis, minyak sayur, dan potongan ikan asin dalam sebuah kuali besar. Nasi bekepor paling enak dengan tambahan sambal raja.

Nasi bekepor adalah sajian khas Kerajaan Kutai yang dulunya hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan. Kini, siapa pun bisa mencicipi kenikmatannya, baik di tanah Kalimantan maupun dari dapur sendiri.

Nasi bekepor merupakan salah satu nasi gurih yang dimasak dengan daun salam dan daun pandan, kemudian dicampur dengan suwiran ikan asin, daun kemangi, dan perasan jeruk nipis. Yang menjadikannya istimewa adalah nasi ini disajikan bersama sambal raja, sambal aromatik khas Kutai yang berpadu dengan sayuran goreng dan lauk-pauk tradisional.

Nama 'bekepor' berasal dari cara memasaknya di zaman dahulu, yaitu dimasak dalam kuali logam besar, kemudian 'diputar' perlahan di atas bara sambil melantunkan selawat. Tradisi ini dilakukan oleh perempuan kerajaan saat menjelang hajatan atau perayaan penting. Hidangan ini kemudian menjadi sebuah tradisi spiritual, sekaligus lambang kehormatan bagi tamu.

Di lingkungan keluarga, nasi bekepor juga punya makna khusus. Ungkapan 'masih makan sekenceng' (satu piring) menjadi nasihat orang tua saat anak-anak bertengkar, sebagai simbol persatuan dan kekeluargaan. Filosofinya dalam sekali suapan: nasi yang hangat, asin gurih dari ikan, harum kemangi, dan segarnya sambal, semuanya bercampur jadi satu rasa yang utuh dan seimbang.

Hingga kini, nasi bekepor tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan kuliner Kalimantan Timur, disajikan dalam berbagai acara adat dan keluarga, serta menjadi daya tarik wisata kuliner bagi para pelancong.




(aau/bai)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork