Salah satu badak Kalimantan bernama Pari yang berada di hutan Mahakam Ulu (Mahulu) Kalimantan Timur (Kaltim) kini menghadapi tekanan baru. Survei Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim bersama tim konservasi menemukan aktivitas pencari gaharu di sekitar jalur jelajah badak, memunculkan kekhawatiran terhadap kelangsungan satwa dilindungi itu di alam liar.
Kepala Resor Suaka Badak Kelian, BKSDA Kaltim, Jono Adiputro mengungkapkan di tengah hutan perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, pencarian gaharu menjadi alasan utama manusia masuk ke habitat badak. Kayu harum bernilai tinggi itu membuat kelompok pencari gaharu itu rela tinggal hingga tiga sampai empat bulan di dalam hutan.
Mereka membawa beras, garam, dan kopi, hingga membuat pondokan untuk bernaung hanya seratus meter dari jalur jelajah badak. Tapi untuk lauk, mereka percayakan pada hutan.
"Tentunya ketika di dalam hutan mereka sambil juga mencari lauk-lauknya seperti menjerat, memancing, terus juga berburu satwa-satwa yang ada di situ. Nah yang hasil indikasi kemarin itu, kami sebenarnya tidak melarang kegiatan pencari gaharunya, hanya ketika mereka mencari gaharu kegiatan berburu itulah yang kami harus larang dan harus kita antisipasi," jelas Jono.
Dalam patroli, tim menemukan sisa bangkai burung rangkong, tulang kancil yang masih ada tersangkut jerat, dan tempurung kura-kura sungai. Meski badak bukan target, aktivitas berburu menimbulkan kebisingan, aroma manusia, dan gangguan yang bisa mengubah perilaku satwa soliter seperti Pari.
Akibatnya, jejak badak di wilayah tersebut kini mulai jarang terlihat. Pari tampak menghindar, mengubah jalur jelajahnya ke sisi hutan yang lebih sunyi.
Simak Video "Menjelajahi Keindahan Alam di Labuan Cermin dan Menikmati Panorama di Berau "
(des/des)