Populasi badak Jawa dan badak Sumatra kini berada di titik yang mengkhawatirkan. Dua satwa langka asli Indonesia itu masuk kategori critically endangered atau sangat terancam punah menurut daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Diperkirakan jumlah badak Jawa tak lebih dari 80 ekor yang seluruhnya hidup di Taman Nasional Ujung Kulon, sedangkan badak Sumatra tersisa kurang dari 50 ekor dan tersebar di beberapa kantong habitat di Sumatra. Kedua spesies ini menghadapi ancaman serius akibat perburuan liar, kehilangan habitat, serta minimnya keberhasilan reproduksi di alam liar.
Para ahli menegaskan, tanpa langkah konservasi yang kuat dan dukungan publik, Indonesia bisa kehilangan dua ikon fauna terakhirnya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Koordinator Dokter Hewan Suaka Rhino Sumatera (SRS) Yayasan Badak Indonesia (YABI) drh Dedy Surya Pahlawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Populasi Badak Indonesia Kian Terancam
Dedy menjelaskan di dunia ini ada sebanyak lima spesies badak. Di antaranya badak putih, badak India, badak hitam, badak Jawa, dan badak Sumatra.
Dua dari jenis-jenis tersebut berada di Indonesia yakni badak Jawa dan badak Sumatra. Dua jenis tersebut merupakan spesies endemik Indonesia yang kini berstatus sangat terancam punah.
"Kita temukan beberapa badak yang memang culanya telah dipotong. Ternyata sampai saat ini masih tinggi demand dari badak," katanya dikutip dari laman Unair, Minggu (2/11/2025).
Ia menegaskan, keberadaan keduanya semakin mengkhawatirkan karena jumlah populasinya terus menurun akibat perburuan liar dan rusaknya habitat alami. Tak sedikit yang memburu hewan ini karena hanya ingn diambil culanya.
Perburuan dan Hilangnya Habitat
Dedy mengungkapkan sebelum tahun 2023, sempat ada laporan lebih dari 20 ekor badak Jawa hilang akibat perburuan. Selain itu, hilangnya habitat akibat ekspansi manusia juga menjadi penyebab utama menurunnya populasi.
Deddy menjelaskan Badak Sumatra hidup secara soliter. Sehingga membuat mereka semakin sulit berkembang biak karena minim interaksi antarsesama.
Di sisi lain, peningkatan jumlah penduduk di Pulau Jawa memaksa badak Jawa berpindah ke wilayah paling barat pulau tersebut. Oleh karena itu, Dedy menyinggung upaya konservasi badak yang penting dilakukan.
Pada 1985-1991 upaya konservasi pernah dilakukan dengan tujuan mengembangbiakkan dan mempelajari spesies tersebut di berbagai kebun binatang dunia. Namun sayangnya, tidak banyak badak yang bisa bertahan di penangkaran.
"Tujuannya untuk dikembangbiakkan dan dipelajari, lalu dikirim ke beberapa kebun binatang, seperti Asia, Eropa, dan Amerika, termasuk di Indonesia. Dari program ini, ada 46 badak yang terselamatkan, tetapi banyak yang tidak bertahan di penangkaran," jelasnya.
Badak, Penjaga Rantai Kehidupan Hutan
Lebih dari sekadar satwa besar, badak ternyata memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Sebagai hewan herbivora, badak membantu regenerasi tumbuhan dengan memakan dan menyebarkan biji-bijian dari buah yang dimakannya.
Mereka membantu tumbuhan lain tumbuh dan tersebar di wilayah baru. Artinya, apa yang dilakukan badak juga membantu menyediakan makanan bagi hewan lain.
Ia menegaskan, menjaga populasi badak bukan hanya soal melestarikan satu spesies. Namun juga menyelamatkan ekosistem hutan secara keseluruhan.
"Badak ini ternyata bila memakan pucuk daun dan buah-buahan kemudian menyebarkan. Ia memberikan kesempatan tumbuhan-tumbuhan itu untuk tumbuh dan tersebar di tempat-tempat lain yang dijadikan pakan untuk hewan lain," tutur Deddy.
(cyu/nwk)











































