Jejak Terakhir Badak Pari di Mahulu Terganggu Aktivitas Pencari Gaharu

Jejak Terakhir Badak Pari di Mahulu Terganggu Aktivitas Pencari Gaharu

Riani Rahayu - detikKalimantan
Selasa, 04 Nov 2025 13:00 WIB
Potret Pari, Satu dari Dua Badak Kalimantan yang Tersisa
Badak Pari. Foto: Istimewa (dok BKSDA Kaltim)
Jakarta -

Salah satu badak Kalimantan bernama Pari yang berada di hutan Mahakam Ulu (Mahulu) Kalimantan Timur (Kaltim) kini menghadapi tekanan baru. Survei Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim bersama tim konservasi menemukan aktivitas pencari gaharu di sekitar jalur jelajah badak, memunculkan kekhawatiran terhadap kelangsungan satwa dilindungi itu di alam liar.

Kepala Resor Suaka Badak Kelian, BKSDA Kaltim, Jono Adiputro mengungkapkan di tengah hutan perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, pencarian gaharu menjadi alasan utama manusia masuk ke habitat badak. Kayu harum bernilai tinggi itu membuat kelompok pencari gaharu itu rela tinggal hingga tiga sampai empat bulan di dalam hutan.

Mereka membawa beras, garam, dan kopi, hingga membuat pondokan untuk bernaung hanya seratus meter dari jalur jelajah badak. Tapi untuk lauk, mereka percayakan pada hutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penemuan lokasi yang menjadi tempat tinggal para pencari gaharu di dalam hutan dan temuan jerat, serta sisa tulang hewan lain yang sudah dikonsumsi.Penemuan lokasi yang menjadi tempat tinggal para pencari gaharu di dalam hutan dan temuan jerat, serta sisa tulang hewan lain yang sudah dikonsumsi. Foto: Dok. Istimewa

"Tentunya ketika di dalam hutan mereka sambil juga mencari lauk-lauknya seperti menjerat, memancing, terus juga berburu satwa-satwa yang ada di situ. Nah yang hasil indikasi kemarin itu, kami sebenarnya tidak melarang kegiatan pencari gaharunya, hanya ketika mereka mencari gaharu kegiatan berburu itulah yang kami harus larang dan harus kita antisipasi," jelas Jono.

Dalam patroli, tim menemukan sisa bangkai burung rangkong, tulang kancil yang masih ada tersangkut jerat, dan tempurung kura-kura sungai. Meski badak bukan target, aktivitas berburu menimbulkan kebisingan, aroma manusia, dan gangguan yang bisa mengubah perilaku satwa soliter seperti Pari.

Akibatnya, jejak badak di wilayah tersebut kini mulai jarang terlihat. Pari tampak menghindar, mengubah jalur jelajahnya ke sisi hutan yang lebih sunyi.

"Jalur yang sering Pari laluin itu biasanya berputar di bulan sekian dia ke arah mana, kemudian dia berkembali lagi gitu. Kemudian pada wilayah tersebut, wilayah batas Kaltim-Kalteng yang ditenggarai tempat mereka mencari gaharu dan sambil berburu tadi kehadiran pari sudah mulai jarang ditemukan, jejaknya, apapun lainnya. Ini sepertinya pari merasa terganggu dengan adanya aktivitas tersebut," terangnya.

Penelusuran tim juga menemukan pola masuknya pencari gaharu melalui jalur perusahaan yang menembus perbatasan dua provinsi ini. Pada pertengahan Oktober 2025, BKSDA Kaltim berkoordinasi dengan dua perusahaan di Kalimantan Tengah, PT Samudra Rezeki Perkasa dan Maruwai Coal, untuk memastikan aktivitas warga tidak menembus blok habitat badak.

"Mereka memang masuk lewat akses kami. Dua bulan lalu bisa sampai empat rombongan, sekarang tinggal satu-dua. Kami akan bantu mengingatkan agar tidak berburu satwa," kata Asisten Manajer Operasional PT Samudra Rezeki Perkasa, Choirul Abidin.

Bagi BKSDA Kaltim, koordinasi ini bagian dari upaya menjaga sisa harapan. Dengan koordinasi dengan perusahaan-perusahaan ini diharapkan dapat membantu memberikan peringatan soal aktivitas berburu.

"Kami minta perusahaan ikut menjaga dan mengingatkan siapa pun yang lewat akses mereka. Mencari gaharu boleh, tapi berburu itu dilarang," tegas Jono.

Sementara di sisi lain, BKSDA Kaltim tengah berpacu dengan waktu. Rencana besar sedang disusun. Menyelamatkan Pari dari habitat liar dan memindahkannya ke Suaka Badak Kelian di Kutai Barat, tempat penangkaran semi alami yang telah disiapkan sejak beberapa tahun terakhir.

"Proses translokasi direncanakan awal 2026. Sekarang kami menyiapkan sarana, prasarana, dan personel lintas instansi," kata Kepala BKSDA Kaltim, Ari Wibawanto.

Selama menunggu proses pemindahan, tim memastikan Pari tetap terpantau dan aman. Ari menegaskan, ancaman terhadap Pari nyata. Selain gangguan manusia, kebisingan alat berat di sekitar habitat juga menekan ketenangan satwa.

"Ancaman itu ada dan kami berupaya mencegahnya," ujarnya.

Pada April 2016, seekor badak Kalimantan bernama Najaq terperangkap jerat pemburu. Meski sempat diselamatkan, ia hanya bisa bertahan kurang dari 7 bulan karena luka infeksi yang dideritanya.

Kini, hutan yang dulu bergema oleh langkah dua ton berat mamalia itu hanya menyimpan sunyi. Satu-satunya suara mungkin hanya ranting patah di kubangan lumpur, jejak samar dari masa lalu yang perlahan hilang. Ari Wibawanto menyebut upaya penyelamatan ini bukan sekadar teknis, melainkan lomba melawan waktu dan kebisingan manusia.

"Kita sudah mulai jauh-jauh hari. Tantangannya memastikan hutan tetap tenang sampai Pari berhasil diselamatkan," katanya.

Halaman 4 dari 3


Simak Video "Menjelajahi Keindahan Alam di Labuan Cermin dan Menikmati Panorama di Berau "
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads