Pemkot Samarinda terus mematangkan rencana transisi sistem pengelolaan sampah dari open dumping menuju pengolahan modern berbasis teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA).
Dalam tahap awal, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda telah membuka jalur komunikasi intensif dengan investor asal Korea Selatan, yang berpengalaman membangun fasilitas PLTSA di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kepala DLH Samarinda, Endang Liansyah mengungkapkan pihaknya telah beberapa kali bertemu dan berdiskusi dengan salah satu perwakilan dari grup pengembang PLTSA tersebut. Bahkan, dalam pertemuan terakhir, pihak pengembang telah diajak menghadap langsung Wali Kota Samarinda Andi Harun di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sambutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya diskusi dan saya sudah tiga kali bertemu. Beberapa waktu lalu saya bawa menghadap Pak Wali dan bertemulah di TPA. Dan Pak Wali antusias," ujar Endang (7/7).
Ia menyebut pengembang asal Korea itu memiliki standar tinggi dalam teknologi pengolahan sampah, dan DLH Samarinda akan segera mengatur presentasi resmi tim teknis PLTSA di hadapan wali kota.
"Nanti kami minta kepada mereka untuk presentasi bersama tim di depan wali kota tentang PLTSA. Secepatnya, mudah-mudahan minggu depan," tambahnya.
Siap Tiru PLTSA di IKN
Endang juga menjelaskan teknologi insinerator yang ditawarkan telah teruji dan sudah beroperasi di IKN. Meskipun secara teknis dirinya belum sepenuhnya melihat aplikasinya, informasi awal menunjukkan bahwa teknologi itu ramah lingkungan dan efisien.
"Logikanya, kalau IKN saja yang merupakan kota taman dan berwawasan lingkungan mau menerima, masa Samarinda tidak. Kita tidak usah mikir lagi, langsung terima saja. Bappenas sudah memikirkan itu. Logikanya seperti itu," tegasnya.
Rencana pembangunan fasilitas PLTSA juga akan dibagi dalam dua skala. Unit besar akan ditempatkan di kawasan TPA Sambutan, sementara unit-unit kecil lainnya yang merupakan bentuk insinerator biasa akan tersebar di masing-masing kecamatan. Endang menegaskan teknologi yang digunakan berbeda, baik dari sisi kapasitas maupun fungsi utama.
"Berbeda, ada yang insinerator PLTSA dan insinerator biasa," jelasnya.
Meski saat ini masih dalam tahap pembicaraan dan penjajakan, Endang memastikan pembangunan sistem pengelolaan sampah Kota Samarinda mengarah pada solusi jangka panjang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Tunggu hasilnya nanti karena sekarang masih tahap pembicaraan. Nanti kalau sudah, akan diputuskan apakah PLTSA atau insinerator biasa," ujarnya.
Metode Sanitary Landfill
Dalam kesempatan yang sama, Endang juga mengapresiasi pujian yang diberikan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq beberapa waktu lalu terhadap Kota Samarinda, yang dinilai telah berani dan serius beralih dari sistem open dumping ke metode sanitary landfill. Ia menyatakan transisi tersebut sudah mulai dilaksanakan di TPA Sambutan.
"Ini memang sudah ada peralihan kami. Kami sudah jelaskan ke Menteri bagaimana tekniknya," katanya.
Menurut Endang, di TPA Sambutan akan dibangun tiga zona pengelolaan. Saat ini, satu zona sudah tersedia dan siap difungsikan. Tahun ini direncanakan pembangunan zona pertama tambahan, disusul zona ketiga tahun depan.
"Kalau di TPA Bukit Pinang kan sudah overload. Di TPA Sambutan ada tiga zona. Tahun ini akan bangun zona satu lagi, tahun depan satu lagi. Jadi zona sampah sudah siap. Itu yang kita antisipasi," tutupnya.
(sun/des)