Kalimantan Selatan (Kalsel), dengan Suku Banjar sebagai representasi budaya utamanya, kaya akan warisan tradisi budaya, salah satunya adalah pakaian adat. Khususnya dalam upacara pernikahan, masyarakat Banjar memiliki sejumlah busana adat yang menggambarkan akulturasi budaya.
Setidaknya terdapat empat jenis pakaian adat Banjar yang masih lestari, yaitu Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut, Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari, Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan, dan Pangantin Babaju Kubaya Panjang.
Macam Pakaian Adat Kalimantan Selatan
Berikut ini 4 macam pakaian adat khas Kalsel yang merupakan hasil akulturasi budaya Hindu, Jawa, Islam, dan Tiongkok, dikutip dari Ensiklopedi Seni Dan Budaya 3: Pakaian Nusantara oleh R Toto Sugiarto.
1. Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
Busana Bagajah Gamuling Baular Lulut merupakan salah satu pakaian adat Kalimantan Selatan yang kuat dipengaruhi budaya Hindu pada masa silam. Pakaian ini khusus dikenakan dalam upacara pernikahan adat.
Ciri khasnya terlihat pada penggunaan kemben yang disebut udat oleh mempelai wanita. Keanggunan busana ini semakin terpancar dengan hiasan rangkaian bunga melati bernama karang jagung, yang menambah kesan sakral sekaligus memperindah penampilan pengantin.
2. Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari
Seperti namanya, Baamar Galung Pancar Matahari berarti "bersinar layaknya matahari". Busana ini diciptakan sekitar abad ke-17 dan menampilkan kemewahan serta kesakralan.
Pengaruh budaya Hindu dan Jawa menjelang masuknya Islam di Nusantara tampak jelas pada busana ini. Taburan payet berkilau dipadukan dengan aksesori keemasan seperti kalung kebun raja, cikak, anting beruntai panjang, gelang, cincin, gelang kaki, hingga selop bersulam benang emas.
Tak ketinggalan, roncean bogam sebagai penghias kepala menjadikan pengantin tampil gemerlap dan penuh wibawa.
3. Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan
Busana Babaju Kun Galung Pacinan lahir pada abad ke-19 dan memperlihatkan perpaduan budaya Timur Tengah dan Tiongkok. Dari sisi mempelai pria, terlihat pengaruh pedagang Gujarat dengan penggunaan kopiah alpe, baju gamis, dan jubah.
Sementara itu, mempelai wanita mengenakan kebaya lengan panjang gaya cheongsam lengkap dengan rok pias bersulam, dihiasi manik dan mote khas Tiongkok.
Aksesori yang digunakan pun sarat makna, seperti tusuk konde berbentuk Laa (Arab), tusuk burung Hong, serta sanggul bulat galung paginan. Pada mempelai pria, kopiah alpe setinggi 15 cm dibalut sorban, menambah kesan religius sekaligus elegan. Perpaduan ini menjadikan busana Pacinan tampil unik dan berbeda dari pendahulunya.
4. Pengantin Babaju Kubaya Panjang
Jenis busana adat Banjar lainnya adalah Babaju Kubaya Panjang. Hingga kini, busana ini masih digunakan dalam prosesi pernikahan, terutama saat pasangan pengantin menerima restu keluarga. Meski Baamar Galung Pancar Matahari lebih populer, busana Kubaya Panjang tetap bertahan dengan sentuhan modern.
Awalnya, mempelai wanita mengenakan baju poko, namun seiring perkembangan zaman, busana ini sering diganti dengan kebaya panjang yang disesuaikan dengan karakter pemakai. Unsur Islami juga semakin kuat dengan penggunaan jilbab, tanpa menghilangkan pakem adat. Hiasan berupa amar atau mahkota serta aksesori lainnya tetap dipertahankan, sehingga busana ini memadukan tradisi dan modernitas dengan harmonis.
Demikian tadi empat busana adat pengantin Banjar yang bukan sekadar pakaian, melainkan cerminan perjalanan sejarah dan akulturasi budaya di Kalimantan Selatan di tengah arus modernisasi.
Simak Video "Mengisi Tenaga dengan Hidangan Lezat di Banjarmasin"
(bai/aau)