12 Pamali Suku Banjar Supaya Banyak Rezeki dan Jauh dari Utang

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Sabtu, 20 Sep 2025 15:01 WIB
Ilustrasi banyak rezeki. Foto: Dok. Istimewa
Banjarmasin -

Bagi Suku Banjar, pamali selalu hadir dalam berbagai aspek kehidupan. Kita sudah membahas beberapa pamali yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari larangan untuk anak-anak, ibu hamil, hingga pantangan setelah melahirkan. Semua itu ternyata bukan sekadar mitos, melainkan juga bentuk nasihat leluhur yang diwariskan turun-temurun.

Pamali sendiri bisa dipahami sebagai larangan atau pantangan yang biasanya disampaikan secara lisan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Meskipun kadang terkesan menyeramkan, pamali mengandung tujuan baik.

Bukan hanya menakut-nakuti, tetapi juga menjadi cara mendidik agar seseorang bertindak hati-hati, menjaga etika, serta hidup sejalan dengan nilai sosial dan spiritual.

Menariknya, pamali juga banyak membicarakan soal rezeki dan pekerjaan. Sebab dalam kehidupan masyarakat Banjar, mencari rezeki bukan hanya urusan kerja keras, tetapi juga erat kaitannya dengan tata krama, kebersihan, hingga sikap menghargai waktu.

Itulah mengapa ada sejumlah pamali yang menyinggung soal bagaimana seseorang sebaiknya berperilaku agar rezeki tetap lancar dan kehidupan berjalan baik.

Kalau sebelumnya kita pernah membahas pamali yang berkaitan dengan rumah tangga dan hubungan sosial, kali ini menarik juga menyinggung pamali yang berhubungan dengan pekerjaan dan mencari rezeki.

Dalam buku Pamali Banjar terbitan Balai Bahasa Banjarmasin (2006), banyak sekali larangan unik yang diyakini masyarakat Banjar, mulai dari soal makan, tidur, hingga cara bekerja.

Nah, yuk kita bahas satu per satu pamali terkait rezeki dan utang berikut ini.

12 Pamali yang Diyakini Suku Banjar

1. Pamali bagandang di meja atawa di tawing, bisa magiaw hutang

"Jangan menabuh meja atau dinding, bisa memanggil utang."

Pamali ini menekankan larangan menabuh (bergendang) meja atau dinding karena dianggap bisa mendatangkan utang. Biasanya pesan ini diarahkan kepada anak laki-laki, sebab merekalah yang sering memainkan meja atau dinding hingga menimbulkan suara gaduh.

Kebiasaan itu bukan hanya bisa mengganggu ketenangan rumah, tetapi juga bisa merusak benda yang ditabuh. Kalau sudah rusak dan tidak ada biaya memperbaiki, kemungkinan besar keluarga harus berutang pada tetangga.

Karena itulah orang tua Banjar zaman dahulu menciptakan pamali ini, sebagai bentuk aturan agar anak-anak menjaga ketenangan lingkungan serta tidak menimbulkan masalah baru.

2. Pamali bahamburan nasi waktu makan, rajaki bisa tahambur-hambur ka lain

"Jangan menghamburkan nasi saat makan, rezekinya bisa berhamburan ke tempat lain."

Pamali ini ditujukan terutama kepada anak-anak agar tidak bermain-main dengan makanan, khususnya nasi. Orang tua zaman dulu percaya bahwa jika nasi terbuang percuma, rezeki juga akan berpindah ke tempat lain.

Meskipun kelihatan sederhana, nilai yang terkandung cukup dalam di mana anak-anak diajarkan untuk menghargai makanan sebagai sumber kehidupan.

Dari sisi sosial, pamali ini juga membentuk kesadaran bahwa membuang-buang makanan adalah perbuatan tidak baik, apalagi nasi yang menjadi makanan pokok masyarakat Banjar. Dengan demikian, pamali ini juga mengajarkan etika menghormati rezeki.



Simak Video "Mengisi Tenaga dengan Hidangan Lezat di Banjarmasin"


(des/des)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork