Bagi Suku Banjar, pamali selalu hadir dalam berbagai aspek kehidupan. Kita sudah membahas beberapa pamali yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari larangan untuk anak-anak, ibu hamil, hingga pantangan setelah melahirkan. Semua itu ternyata bukan sekadar mitos, melainkan juga bentuk nasihat leluhur yang diwariskan turun-temurun.
Pamali sendiri bisa dipahami sebagai larangan atau pantangan yang biasanya disampaikan secara lisan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Meskipun kadang terkesan menyeramkan, pamali mengandung tujuan baik.
Bukan hanya menakut-nakuti, tetapi juga menjadi cara mendidik agar seseorang bertindak hati-hati, menjaga etika, serta hidup sejalan dengan nilai sosial dan spiritual.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menariknya, pamali juga banyak membicarakan soal rezeki dan pekerjaan. Sebab dalam kehidupan masyarakat Banjar, mencari rezeki bukan hanya urusan kerja keras, tetapi juga erat kaitannya dengan tata krama, kebersihan, hingga sikap menghargai waktu.
Itulah mengapa ada sejumlah pamali yang menyinggung soal bagaimana seseorang sebaiknya berperilaku agar rezeki tetap lancar dan kehidupan berjalan baik.
Kalau sebelumnya kita pernah membahas pamali yang berkaitan dengan rumah tangga dan hubungan sosial, kali ini menarik juga menyinggung pamali yang berhubungan dengan pekerjaan dan mencari rezeki.
Dalam buku Pamali Banjar terbitan Balai Bahasa Banjarmasin (2006), banyak sekali larangan unik yang diyakini masyarakat Banjar, mulai dari soal makan, tidur, hingga cara bekerja.
Nah, yuk kita bahas satu per satu pamali terkait rezeki dan utang berikut ini.
12 Pamali yang Diyakini Suku Banjar
1. Pamali bagandang di meja atawa di tawing, bisa magiaw hutang
"Jangan menabuh meja atau dinding, bisa memanggil utang."
Pamali ini menekankan larangan menabuh (bergendang) meja atau dinding karena dianggap bisa mendatangkan utang. Biasanya pesan ini diarahkan kepada anak laki-laki, sebab merekalah yang sering memainkan meja atau dinding hingga menimbulkan suara gaduh.
Kebiasaan itu bukan hanya bisa mengganggu ketenangan rumah, tetapi juga bisa merusak benda yang ditabuh. Kalau sudah rusak dan tidak ada biaya memperbaiki, kemungkinan besar keluarga harus berutang pada tetangga.
Karena itulah orang tua Banjar zaman dahulu menciptakan pamali ini, sebagai bentuk aturan agar anak-anak menjaga ketenangan lingkungan serta tidak menimbulkan masalah baru.
2. Pamali bahamburan nasi waktu makan, rajaki bisa tahambur-hambur ka lain
"Jangan menghamburkan nasi saat makan, rezekinya bisa berhamburan ke tempat lain."
Pamali ini ditujukan terutama kepada anak-anak agar tidak bermain-main dengan makanan, khususnya nasi. Orang tua zaman dulu percaya bahwa jika nasi terbuang percuma, rezeki juga akan berpindah ke tempat lain.
Meskipun kelihatan sederhana, nilai yang terkandung cukup dalam di mana anak-anak diajarkan untuk menghargai makanan sebagai sumber kehidupan.
Dari sisi sosial, pamali ini juga membentuk kesadaran bahwa membuang-buang makanan adalah perbuatan tidak baik, apalagi nasi yang menjadi makanan pokok masyarakat Banjar. Dengan demikian, pamali ini juga mengajarkan etika menghormati rezeki.
3. Pamali bahera waktu sanja, hilang rajakinya
"Jangan buang air besar saat senja hari, nanti hilang rezekinya."
Pamali ini berlaku untuk siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Larangan buang air besar pada waktu senja diyakini bisa membuat seseorang kehilangan rezeki.
Dilihat dari sisi budaya, masyarakat Banjar yang mayoritas muslim mengaitkannya dengan kewajiban ibadah salat Magrib. Jika seseorang terbiasa buang air besar di waktu itu, dikhawatirkan orang itu melalaikan salat yang merupakan kewajiban utama.
Karena itu, pamali ini memuat pesan agar setiap orang menghargai waktu ibadah dan tidak menunda kewajiban.
4. Pamali bajajahit baju malam, mawaris fakir miskin
"Jangan menjahit baju malam hari, nanti jadi fakir miskin."
Pamali ini melarang orang menjahit di waktu malam karena dipercaya bisa membawa kemiskinan. Jika ditinjau secara logis, tentu tidak ada hubungan langsung antara menjahit malam hari dengan menjadi miskin.
Namun ada alasan di baliknya, yaitu suasana malam yang gelap bisa membuat orang mudah terluka, misalnya tertusuk jarum. Oleh karena itu, ancaman "menjadi fakir miskin" lebih merupakan cara orang tua menekankan pantangan agar anak-anak atau perempuan di rumah tidak menjahit di malam hari.
Pesan ini juga mencerminkan perhatian terhadap keselamatan sekaligus membatasi aktivitas malam agar keluarga lebih banyak beristirahat.
5. Pamali bangun malandau, kada parajakian
"Pantang bangun kesiangan, nanti tidak banyak rezeki."
Pamali ini mengajarkan bahwa bangun setelah matahari terbit akan membuat rezeki sulit diperoleh. Perumpamaannya sederhana seperti burung atau ayam yang mencari makan sejak pagi, jika terlambat bangun maka makanan sudah habis direbut hewan lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini berkaitan dengan kedisiplinan. Orang yang bangun siang lebih rentan terlambat bekerja, kehilangan kesempatan, bahkan bisa kehilangan pekerjaan sehingga rezeki berkurang.
Pesan pamali ini bukan cuma mitos, tetapi sebuah dorongan agar orang rajin bangun pagi, menjaga etos kerja, dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Baca juga: 6 Pamali Banjar untuk Anak-anak |
6. Pamali bapander dalam luhang waktu mandulang, jauh rajaki
"Jangan berbicara dalam lubang galian saat mendulang, nanti rezekinya menjauh."
Pamali ini khusus berlaku bagi orang yang sedang mendulang intan. Menurut kepercayaan, intan hanya akan muncul jika suasana sekitar tetap tenang. Karena itu, berbicara di dalam lubang galian dianggap bisa membuat rezeki menjauh.
Meski sulit diterima secara logika, larangan ini punya nilai untuk menjaga konsentrasi dan suasana kerja agar tetap kondusif. Selain itu, berbicara di dalam lubang bisa mengganggu keamanan, misalnya suara gaduh menutupi peringatan dari sesama penambang.
Dengan begitu, pamali ini sekaligus mengandung pesan untuk menjaga keselamatan dan keseriusan saat bekerja.
7. Pamali barabah batis ka atas, mananggung hutang
"Jangan berbaring dengan kaki diletakkan di atas, nanti menanggung utang."
Pamali ini berlaku umum untuk siapa saja. Secara etika, berbaring sambil mengangkat kaki dianggap tidak sopan. Untuk mempertegas larangan tersebut, leluhur Banjar mengaitkannya dengan ancaman menanggung utang.
Logikanya, orang yang berperilaku malas atau tidak menjaga sikap bisa dikaitkan dengan hidup tidak teratur yang kemudian berpotensi menimbulkan masalah finansial.
Karena itu, pamali ini lebih banyak berfungsi sebagai pengingat agar orang menjaga sopan santun, terutama di dalam rumah atau ketika ada orang lain.
8. Pamali basalisit rambut malam, bisa mawaris fakir miskin
"Jangan merapikan rambut saat malam hari, nanti bisa mewaris fakir miskin."
Pamali ini menekankan larangan menyisir atau merapikan rambut pada malam hari. Alasannya, di malam yang gelap rambut yang rontok bisa jatuh ke lantai tanpa terlihat, sehingga membuat rumah kotor dan tidak terjaga kebersihannya.
Untuk memperkuat larangan, orang tua dulu menambahkan ancaman "jadi fakir miskin" agar anak-anak lebih takut melanggarnya.
Nilai yang terkandung sebenarnya adalah menjaga kebersihan rumah dan membiasakan aktivitas perawatan diri dilakukan di siang hari yang terang. Maka dari itu, pamali ini menjadi sarana mendidik anak-anak agar disiplin dalam merawat diri sekaligus menjaga rumah tetap bersih.
Baca juga: 6 Pamali Banjar dalam Kehidupan Sehari-hari |
9. Pamali basasapu atawa mambuang ratik malam, mambuang rajaki
"Jangan menyapu atau membuang sampah pada waktu malam hari, rezekinya akan terbuang."
Pamali ini berlaku bagi laki-laki maupun perempuan. Orang tua Banjar percaya bahwa sampah yang disapu atau dibuang di malam hari sama saja dengan membuang rezeki.
Jika dipikirkan secara logika, menyapu malam hari memang tidak efisien karena pencahayaan terbatas sehingga kotoran bisa terlewat. Rumah justru tetap kotor, dan kerja jadi sia-sia.
Karena itu, pamali ini bisa dimaknai sebagai anjuran untuk melakukan pekerjaan rumah di waktu siang, ketika cahaya cukup, sehingga hasilnya lebih maksimal. Nilai yang diajarkan adalah ketelitian, kedisiplinan, dan menghargai kerja keras.
10. Pamali basiut, bisa mangiaw hutang
"Jangan bersiul, nanti bisa memanggil utang."
Pamali ini sering ditujukan kepada remaja, terutama anak laki-laki yang suka bersiul. Secara logis, tentu tidak ada kaitannya antara siulan dengan datangnya utang, tetapi orang tua Banjar menganggap siulan sebagai kebiasaan kurang sopan, apalagi jika dilakukan di malam hari atau di tempat umum.
Ketika mengaitkannya pada utang, mereka ingin menekankan larangan agar anak-anak itu tidak membiasakan diri bersiul sembarangan. Secara sosial, pamali ini membentuk perilaku sopan santun sekaligus mengurangi kebiasaan yang dianggap tidak bermanfaat.
11. Pamali baulah rumah hadap ka matahari pajah, kada mau naik rajakinya
"Jangan membuat rumah menghadap ke arah matahari tenggelam, nanti rezekinya tidak naik."
Pamali ini berlaku bagi siapa saja yang hendak membangun rumah. Orang tua Banjar percaya bahwa rumah yang menghadap ke barat (arah matahari terbenam) akan dijauhi rezeki.
Jika dipikir secara logis, rumah dengan posisi seperti itu memang kurang ideal karena matahari pagi yang sehat terhalang, sedangkan sinar sore yang lebih panas justru masuk leluasa ke rumah. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan penghuni dan kenyamanan rumah.
Karena itu, pamali ini sebenarnya mengingatkan kembali tentang pembangunan rumah yang mempertimbangkan cahaya, kesehatan, dan kenyamanan hidup.
12. Pamali baulanja pas hari raya, kaina tabuka huti handak baulanja tarus
"Jangan berbelanja saat lebaran, nanti selalu ingin jajan terus."
Pamali ini khusus ditujukan kepada anak-anak yang biasanya memiliki banyak uang saat lebaran. Dengan adanya uang lebih, anak-anak cenderung tergoda untuk membelanjakannya pada hal-hal yang kurang penting.
Oranf tua Banjar melarang kebiasaan ini dengan alasan sederhana di mana lebaran seharusnya menjadi momen berkumpul bersama keluarga, bukan hanya untuk berbelanja.
Melakui pamali ini, anak-anak diajarkan untuk menahan diri, mengelola uang dengan bijak, dan tidak boros. Pesan moralnya adalah pentingnya kesederhanaan, kebersamaan, dan kemampuan mengendalikan keinginan.
Nah, itulah dia 12 pamali Banjar dalam pekerjaan dan mencari rezeki yang bisa detikers ambil nilai-nilai positifnya. Semoga bermanfaat.
Simak Video "Hidangan Lezat yang Memanjakan Lidah di Penginapan Banjarmasin"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)