- Pamali Banjar: 1. Imbah makan pamali langsung barabah, bisa pangoler (Setelah makan jangan langsung berbaring, nanti jadi pemalas). 2. Pamali mamirik sambal bagagantian, kuina sambalnya bisa kada nyaman (Jangan mengulek sambal secara berganti-ganti, nanti rasa sambalnya tidak enak). 3. Pamali mancatuk burit urang, bamasak bisa kada nyaman (Jangan memukul pantat orang, masakan yang dimasak bisa tidak enak). 4. Pamali mangibit iwak hadahulu nang di tangahnya, kaina pangoler bagawian (Jangan mengambil ikan bagian tengah, nanti malas bekerja). 5. Pamali mahirup gangan di wancuh, calungap sandukan (Jangan menyeruput kuah sayur dengan sendok nasi, nanti suka menyela pembicaraan orang). 6. Pamali duduk di atas, urang tuha di bawah, kaina katulahan (Jangan duduk lebih tinggi dari orang tua, nanti ketulahan).
Masyarakat Banjar telah lama dikenal dengan kepercayaannya terhadap sebuah larangan atau aturan yang diwariskan turun-menurun, pamali namanya.
Salah satu pamali dalam kehidupan sehari-hari yang masih hidup adalah larangan tentang mengulek sambel. Orang Banjar percaya kalau mengulek sambel tidak boleh bergantian karena bisa menyebabkan rasanya tidak enak.
Mereka menerapkan pamali tidak hanya dalam pekerjaan rumah, tetapi juga dalam interaksi sosial. Tujuannya jelas untuk menjaga keharmonisan keluarga, membentuk etika, dan menanamkan nilai-nilai sopan santun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa pamali bahkan secara tidak langsung mengajarkan kebersihan, kesabaran, konsistensi, dan rasa hormat yang merupakan hal-hal penting bagi keseimbangan hidup.
Baca juga: 6 Pamali Banjar untuk Anak-anak |
Nah, detikers penasaran apa saja pamali banjar dalam kehidupan sehari-hari? Berikut detikKalimantan rangkum dari buku Pamali Banjar terbitan Balai Bahasa Banjarmasin (2006)
Pamali Banjar:
1. Imbah makan pamali langsung barabah, bisa pangoler (Setelah makan jangan langsung berbaring, nanti jadi pemalas).
Pamali ini melarang berbaring setelah makan karena diyakini bisa membuat pelakunya menjadi pemalas. Dalam praktik sehari-hari, setelah makan sebaiknya membersihkan peralatan makan dan membereskan meja. Hal ini bisa membuat rumah tetap rapi dan pekerjaan rumah tetap berjalan.
Dari sisi kesehatan, berbaring setelah makan memang kurang dianjurkan karena bisa mengganggu pencernaan. Secara sosial, pamali ini menekankan etos kerja dan tanggung jawab, di mana setiap anggota keluarga diingatkan untuk tetap aktif dan tidak bermalas-malasan.
2. Pamali mamirik sambal bagagantian, kuina sambalnya bisa kada nyaman (Jangan mengulek sambal secara berganti-ganti, nanti rasa sambalnya tidak enak).
Larangan ini terutama berlaku bagi kaum perempuan yang biasanya mengulek sambal. Jika sambal diulek bergantian, rasa bisa berubah atau menjadi terlalu asin atau berlebihan, karena setiap orang menambahkan bumbu sendiri-sendiri.
Selain menjaga rasa, pamali ini mengajarkan konsistensi dan tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Tindakan sederhana seperti ini membentuk kebiasaan baik dan kesan rapi dalam mengelola rumah tangga.
3. Pamali mancatuk burit urang, bamasak bisa kada nyaman (Jangan memukul pantat orang, masakan yang dimasak bisa tidak enak).
Secara logika, memukul pantat orang tidak ada hubungannya dengan rasa masakan. Tetapi pamali ini menekankan adab dan sopan santun. Memukul orang, meski bercanda, dianggap tindakan kurang pantas dan bisa menimbulkan energi negatif dalam rumah. Dengan sikap hormat dan sopan, suasana rumah tetap harmonis dan pekerjaan rumah bisa selesai dengan baik.
4. Pamali mangibit iwak hadahulu nang di tangahnya, kaina pangoler bagawian (Jangan mengambil ikan bagian tengah, nanti malas bekerja).
Bagian tengah ikan biasanya paling banyak dagingnya. Pamali ini mengajarkan keadilan dan berbagi agar semua anggota keluarga mendapat bagian yang sama. Jika seseorang mengambil bagian tengah duluan dan terlalu kenyang, kemungkinan besar ia akan malas melanjutkan pekerjaan rumah lainnya.
Selain itu, pamali ini juga menekankan pengendalian diri dan rasa cukup yang menjadi nilai penting dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pamali mahirup gangan di wancuh, calungap sandukan (Jangan menyeruput kuah sayur dengan sendok nasi, nanti suka menyela pembicaraan orang).
Sayur biasanya disajikan bersama sendok nasi dalam satu wadah. Menyeruput kuah menggunakan sendok nasi dianggap tidak sopan karena meninggalkan bekas di makanan orang lain.
Pelanggaran pamali ini dipercaya membuat seseorang menjadi suka menyela pembicaraan orang lain, sehingga bisa merusak hubungan sosial. Pamali ini menekankan pentingnya etika makan dan menghormati orang lain, nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam masyarakat Banjar.
6. Pamali duduk di atas, urang tuha di bawah, kaina katulahan (Jangan duduk lebih tinggi dari orang tua, nanti ketulahan).
Pamali ini mengajarkan adab terhadap orang tua dan orang yang lebih tua. Duduk lebih tinggi dari yang lebih tua dianggap tidak menghormati, dan 'ketulahan' bisa diartikan sebagai datangnya kesialan atau dampak negatif dalam kehidupan.
Melalui pamali ini, anak-anak dan generasi muda diajarkan untuk menjaga rasa hormat dan menempatkan diri sesuai aturan sosial, sehingga hubungan keluarga tetap harmonis.
Itulah pamali Banjar dalam kehidupan sehari-hari. Kalau suatu saat detikers berkunjung ke Kalimantan Selatan, jangan lupakan pamali ini, ya!
Dengan memahami dan menghormati pamali, masyarakat Banjar dapat menjaga keharmonisan rumah tangga dan komunitas, sekaligus mewariskan budayanya yang kaya kepada generasi berikutnya.
(sun/des)