- Pamali Banjar: 1. Pamali badadakuan malam, bisa dimainakan hantu (Pantang bermain congklak di malam hari, bisa dimainkan hantu) 2. Pamali bajalan bajejer, bisa taranjah hantu (Pantang berjalan berjejer, bisa tertabrak hantu) 3. Pamali hajalan waktu hujan panas, diumpati hantu baranak (Pantang berjalan saat hujan panas, diikuti hantu beranak) 4. Pamali bakamih di hutan, diganggu urang halus (Pantang kencing di hutan, diganggu makhluk halus) 5. Pamali bersilsiur senja, bisa mangiaw iblis (Pantang bersiul saat senja, bisa memanggil iblis) 6. Pamali guring di paimaman, bisa diangkat hantu badak (Pantang tidur di tempat imam shalat, bisa diangkat hantu badak) 7. Pamali manguap kada ditutupi lawan tangan, kaina dimasuki iblis (Pamali menguap tanpa menutup mulut, nanti dimasuki iblis) 8. Pamali maninggalakan kakanak halus pas magrib, diganggu urang halus (Pantang meninggalkan anak kecil saat magrib, diganggu makhluk halus) 9. Pamali basurui malam, bisa gugur iman (Pantang bersisir malam, bisa jatuh iman) 10. Pas barabah, pamali batis maninjak kiblat, badusa ganal (Ketika berbaring, pantang kaki mengarah ke kiblat, berdosa besar) 11. Pamali mambanam acan malam Jumat, didatangi harimau jadi-jadian (Pantang membakar terasi di malam Jumat, didatangi harimau jadi-jadian) 12. Pamali makan pakai tangan kiri, iblis ikut makan (Pantang makan dengan tangan kiri, iblis ikut makan) 13. Pamali maandak al-Qur'an randah pada lintuhut, kaina katulahan lawan Qur'an (Jangan meletakkan Al-Qur'an lebih rendah dari lutut, nanti kuwalat dengan Al-Qur'an)
Dalam kehidupan masyarakat Banjar, pamali bukan hanya larangan yang diturunkan orang tua, melainkan bentuk nasihat yang dikemas dengan bahasa menakutkan agar lebih ditaati.
Ada banyak pamali yang telah dibahas sebelumnya, mulai dari pamali untuk anak-anak, pamali tentang pekerjaan dan mencari rezeki, bahkan pamali saat hamil dan melahirkan.
Tapi, tak lengkap rasanya kalau tidak membahas pamali tentang alam gaib dan agama. Dalam kehidupan masyarakat Banjar, banyak pamali yang dikaitkan dengan makhluk halus, roh leluhur, hingga ajaran agama, sehingga masyarakat terdahulu menjadikannya pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi sebagian orang, pamali memang terdengar mistis, namun di baliknya ada banyak nilai yang selaras dengan ajaran agama. Umumnya pamali lahir dari pengalaman nyata, lalu diperkaya dengan imajinasi tentang makhluk gaib seperti hantu, kuntilanak, atau iblis, sehingga pesan moralnya semakin kuat.
Berikut detikKalimantan sajikan deretan pamali Banjar yang berhubungan dengan alam gaib dan agama, lengkap dengan makna dan penjelasan panjang di baliknya.
Pamali Banjar:
1. Pamali badadakuan malam, bisa dimainakan hantu (Pantang bermain congklak di malam hari, bisa dimainkan hantu)
Permainan tradisional Banjar seperti dakuan (congklak) biasa dimainkan anak-anak pada siang hari. Namun, jika dilakukan di malam hari, ada larangan keras yang mengatakan bahwa permainan itu bisa 'dimainkan hantu'. Anak-anak dipercaya bisa ditemani makhluk halus, bahkan melihat penampakan.
Dari sisi logika, larangan ini ditujukan untuk mengatur pola hidup sehat. Malam hari seharusnya digunakan untuk istirahat, bukan bermain. Anak-anak yang suka begadang akan sulit bangun pagi, sehingga membuat orang tua kerepotan, bahkan bisa jatuh sakit karena kurang tidur.
Dengan menambahkan ancaman 'dimainkan hantu', orang tua jadi lebih mudah menakut-nakuti anak agar berhenti bermain. Pamali ini juga mencerminkan fungsi sosial keluarga Banjar, di mana orang tua punya cara kreatif mendidik anak. Nilai gaib hanya sebagai pembungkus, tetapi pesan sebenarnya adalah mendisiplinkan anak agar sehat dan patuh terhadap aturan.
2. Pamali bajalan bajejer, bisa taranjah hantu (Pantang berjalan berjejer, bisa tertabrak hantu)
Berjalan berjejer dalam budaya Banjar diyakini bisa membuat seseorang tertabrak makhluk halus yang juga sedang melintas. Walau tidak terlihat, makhluk itu dianggap memiliki 'jalannya' sendiri.
Jika ditelaah lebih lanjut, larangan ini masuk akal. Berjalan berjejer di jalan sempit bisa menghalangi orang lain dan berbahaya jika dilakukan di malam hari, karena risiko terserempet kendaraan meningkat. Dengan tambahan kisah gaib, larangan ini menjadi lebih menakutkan dan akhirnya ditaati.
Pamali ini menunjukkan bagaimana leluhur Banjar mengajarkan etika sosial melalui kisah mistis. Pesan utamanya adalah jangan egois di jalan, selalu perhatikan orang lain, dan tetap waspada.
3. Pamali hajalan waktu hujan panas, diumpati hantu baranak (Pantang berjalan saat hujan panas, diikuti hantu beranak)
Hujan panas dianggap sebagai waktu keluarnya hantu baranak, yaitu makhluk gaib yang digambarkan seperti kuntilanak dengan anak-anaknya. Konon, orang yang berjalan saat hujan panas bisa diikuti makhluk ini dan kemudian jatuh sakit.
Dari sisi kesehatan, pamali ini sangat relevan. Hujan panas biasanya terjadi ketika cuaca tidak stabil. Tubuh yang basah karena hujan lalu terkena terik matahari bisa lebih rentan terhadap demam dan flu. Maka, pamali ini menggabungkan logika kesehatan dengan kisah gaib yang membuatnya lebih ditaati.
4. Pamali bakamih di hutan, diganggu urang halus (Pantang kencing di hutan, diganggu makhluk halus)
Banyak kisah masyarakat Banjar yang mengalami sakit aneh setelah buang air kecil sembarangan di hutan. Hal itu diyakini karena mereka mengganggu penunggu hutan atau urang halus.
Dari segi logika, kencing sembarangan memang berisiko. Bisa saja kita terkena racun tanaman, serangan serangga, atau kuman dari tanah yang kotor. Dengan tambahan kisah 'gangguan makhluk halus', larangan ini membuat orang lebih berhati-hati dan menjaga kesopanan di alam.
5. Pamali bersilsiur senja, bisa mangiaw iblis (Pantang bersiul saat senja, bisa memanggil iblis)
Senja adalah waktu peralihan siang ke malam, sekaligus saat azan magrib berkumandang. Dalam kepercayaan Banjar, waktu ini sangat sakral karena diyakini banyak makhluk halus berkeliaran. Bersiul pada waktu itu dianggap perbuatan yang tidak sopan, bahkan disebut-sebut bisa 'mengundang iblis'.
Dari sisi agama, larangan ini menekankan adab terhadap waktu Magrib. Alih-alih membuat kegaduhan, seharusnya manusia menyiapkan diri untuk beribadah. Dari sisi budaya, bersiul di waktu senja dianggap tidak etis, apalagi ketika orang-orang sedang serius menunaikan ibadah.
Pamali ini menegaskan bahwa suara bersiul dikaitkan dengan iblis, sehingga orang enggan melakukannya. Nilai yang terkandung jelas: senja bukan waktunya bermain-main, melainkan saatnya pulang, berkumpul dengan keluarga, dan bersiap untuk beribadah.
6. Pamali guring di paimaman, bisa diangkat hantu badak (Pantang tidur di tempat imam shalat, bisa diangkat hantu badak)
Tempat imam dalam musala atau masjid adalah posisi paling suci, karena di sanalah pemimpin salat berdiri. Menjadikannya tempat tidur dianggap sangat tidak pantas. Untuk memperkuat larangan, diciptakanlah pamali bahwa orang yang tidur di sana bisa 'diangkat hantu badak'.
Hantu badak di sini hanyalah simbol, sedangkan makna sebenarnya adalah menjaga kesucian rumah ibadah. Secara logis, tidur di sana bisa membuat tempat imam kotor, bahkan mengurangi kekhusyukan jamaah.
Pamali ini memperlihatkan bagaimana masyarakat Banjar menyucikan ruang ibadah. Dengan ancaman gaib, mereka menekankan adab bahwa tempat suci harus dijaga kehormatannya.
7. Pamali manguap kada ditutupi lawan tangan, kaina dimasuki iblis (Pamali menguap tanpa menutup mulut, nanti dimasuki iblis)
Menguap adalah sesuatu yang alami, tetapi membuka mulut lebar-lebar di depan orang lain dianggap tidak sopan. Dalam budaya Banjar, orang yang menguap tanpa menutup mulut diyakini bisa dimasuki iblis.
Ajaran ini sejalan dengan hadis Nabi yang menganjurkan menutup mulut ketika menguap, karena setan bisa masuk melalui mulut yang terbuka. Dari sisi logika, larangan ini juga benar karena mulut terbuka bisa menjadi jalan masuk serangga kecil atau membuat orang lain merasa terganggu.
Pamali ini mengajarkan dua hal sekaligus, yaitu etika sosial dan adab Islam. Dengan ancaman 'iblis masuk', orang lebih berhati-hati menjaga sopan santun bahkan dalam hal kecil seperti menguap.
8. Pamali maninggalakan kakanak halus pas magrib, diganggu urang halus (Pantang meninggalkan anak kecil saat magrib, diganggu makhluk halus)
Banyak cerita masyarakat Banjar tentang anak kecil yang hilang atau sakit setelah dibiarkan sendirian di waktu Magrib. Hal ini diyakini karena mereka diganggu makhluk halus yang keluar di waktu senja.
Dari sudut pandang logika, larangan ini masuk akal. Anak kecil yang ditinggalkan sendirian di waktu senja bisa menangis, menimbulkan bahaya jika diculik orang, atau mengganggu kekhusyukan orang tua yang sedang salat. Secara agama, Magrib adalah waktu ibadah, bukan waktu membiarkan anak berkeliaran.
Pamali ini menggabungkan kekhawatiran nyata dengan kepercayaan gaib, sehingga pesan moralnya sangat kuat, di mana anak harus dilindungi, apalagi di waktu sakral seperti Magrib.
9. Pamali basurui malam, bisa gugur iman (Pantang bersisir malam, bisa jatuh iman)
Sekilas larangan ini terdengar aneh, tapi punya makna yang cukup dalam. Orang yang bersisir malam hari dikhawatirkan membuat rambut rontok berserakan di lantai. Rumah jadi kotor, dan kebersihan dalam Islam adalah bagian dari iman.
Dengan menambahkan ancaman 'gugur iman', pamali ini terdengar lebih keras. Pesan utamanya adalah mengajarkan kebersihan yang penting dalam hidup beragama. Orang Banjar menyelipkan logika agama ke dalam larangan sehari-hari, agar masyarakat selalu menjaga rumah tetap rapi dan bersih.
10. Pas barabah, pamali batis maninjak kiblat, badusa ganal (Ketika berbaring, pantang kaki mengarah ke kiblat, berdosa besar)
Kiblat adalah arah salat dan simbol kesucian dalam Islam. Menjulurkan kaki ke arah kiblat saat berbaring dianggap sebagai perbuatan tidak sopan. Pamali ini menekankan larangan tersebut dengan ancaman 'berdosa besar'.
Nilai religius yang terkandung yaitu adab terhadap kiblat adalah bagian dari penghormatan kepada Allah. Hingga kini, masyarakat Banjar masih memegang erat larangan ini. Bagi mereka, tidur dengan kaki ke arah kiblat adalah tanda meremehkan agama, sehingga harus dihindari.
11. Pamali mambanam acan malam Jumat, didatangi harimau jadi-jadian (Pantang membakar terasi di malam Jumat, didatangi harimau jadi-jadian)
Pamali ini lahir dari kisah para pencari kayu dan petani di hutan Kalimantan Selatan. Mereka mengaku pernah melihat makhluk gaib berbentuk harimau jadi-jadian setelah membakar terasi pada malam Jumat.
Secara logika, mungkin larangan ini berkaitan dengan bau menyengat dari terasi yang bisa menarik perhatian binatang liar, termasuk harimau sungguhan. Namun, dengan tambahan kisah siluman harimau, larangan ini terdengar lebih menakutkan sehingga lebih ditaati.
Pamali ini sekaligus memperlihatkan bagaimana masyarakat Banjar mengaitkan pengalaman nyata di hutan dengan dunia gaib, sehingga pesan keamanannya lebih efektif.
12. Pamali makan pakai tangan kiri, iblis ikut makan (Pantang makan dengan tangan kiri, iblis ikut makan)
Dalam budaya Banjar yang kental dengan Islam, tangan kiri identik dengan hal-hal kotor, seperti membersihkan diri setelah buang air. Sementara tangan kanan dipakai untuk hal mulia, termasuk makan.
Pamali ini sejalan dengan hadis Nabi yang melarang makan dengan tangan kiri karena itu adalah perbuatan setan. Secara etika, makan dengan tangan kiri dianggap tidak sopan.
Dengan ancaman 'iblis ikut makan', pamali ini memperkuat ajaran agama sekaligus menekankan etika makan yang baik dalam Islam.
13. Pamali maandak al-Qur'an randah pada lintuhut, kaina katulahan lawan Qur'an (Jangan meletakkan Al-Qur'an lebih rendah dari lutut, nanti kuwalat dengan Al-Qur'an)
Pamali ini menegaskan adab terhadap kitab suci. Al-Qur'an tidak boleh diletakkan di tempat rendah karena bisa terinjak atau terlangkahi orang. Jika dilakukan, diyakini bisa mendatangkan kuwalat.
Secara logika, larangan ini sangat masuk akal. Menaruh Al-Qur'an di lantai memang berisiko kotor atau terinjak. Dengan embel-embel ancaman gaib, masyarakat Banjar makin menghormati kitab suci mereka.
Pamali ini memperlihatkan hubungan erat antara budaya Banjar dan Islam, di mana adab terhadap Al-Qur'an dijaga dengan cara-cara yang menakutkan agar lebih ditaati.
Pamali Banjar yang berkaitan dengan gaib dan agama memperlihatkan bagaimana leluhur Banjar menggabungkan nilai mistis, etika sosial, dan ajaran Islam dalam satu nasihat. Sebagian orang mungkin menganggapnya mitos, tetapi sesungguhnya pamali adalah media masyarakat Banjar dalam menyebarkan ajaran kehidupan.
Di balik ancaman hantu, iblis, atau harimau jadi-jadian, tersimpan pesan mendalam tentang kesehatan, keselamatan, adab, dan kesucian agama. Itulah pamali Banjar tentang alam gaib dan agama. Mana yang pernah detikers dengar?
(sun/aau)