Mengenal Tradisi Naik Dango, Perayaan Panen Padi dari Suku Dayak Kanayatn

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Kamis, 11 Sep 2025 11:31 WIB
Upacara Naik Dango. Foto: Direktorat Jenderal Kebudayaan RI
Samarinda -

Ada sebuah tradisi tua yang terus hidup dan diwariskan di tengah kehidupan Dayak Kanayatn. Masyarakat Dayak Kanayatn menyebutnya Naik Dango, sebuah upacara adat yang digelar setiap tahun sebagai wujud syukur atas hasil panen padi.

Ritual ini bukan hanya berisi pesta rakyat, tetapi juga menjadi simbol spiritualitas, kebersamaan, dan identitas budaya yang telah bertahan sejak zaman nenek moyang. Lantas, bagaimana prosesi perayaan Naik Dango dan apa makna serta simbol-simbol bernilai yang diwariskan hingga kini?

Mengenal Tradisi Naik Dango

Dirangkum dari karya Dinase (2023) berjudul Makna Tradisi Naik Dango bagi Masyarakat Suku Dayak Kandayant dan arsip Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, naik dango adalah upacara adat tahunan masyarakat Dayak Kanayatn di Kalimantan Barat, khususnya di Landak, Pontianak, Kubu Raya, hingga Sanggau.

Kata dango merujuk pada lumbung padi sebagai tempat menyimpan hasil panen. Dalam upacara ini, masyarakat membawa padi ke dalam lumbung sebagai tanda syukur kepada Jubata, yaitu sebutan bagi Sang Pencipta dalam tradisi Dayak.

Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada akhir April, tepatnya antara 26-30 April. Lokasinya bergilir dari satu kecamatan ke kecamatan lain, dengan rumah adat Dayak sebagai pusat kegiatan.

Rangkaian Upacara dan Makna Naik Dango

Pelaksanaan Naik Dango berlangsung penuh khidmat sekaligus meriah. Sejak jauh-jauh hari, warga sudah menyiapkan bahan-bahan sesaji, seperti beras ketan yang dimasak dalam bambu, kue tumpi, hingga ayam kampung hidup.

Puncak acara ditandai dengan prosesi tingkakok nimang padi, yaitu setiap kepala keluarga membawa seikat padi yang baru dipanen untuk dimasukkan ke dalam dango. Setelah itu, tetua adat memimpin doa nyangahatn atau barema yang berisi puji syukur serta permohonan keselamatan.

Tidak hanya itu, ritual ini diyakini sebagai bentuk penghormatan atas anugerah kehidupan dan alam semesta, sekaligus doa agar panen berikutnya kembali melimpah. Di sela-sela ritual, musik tradisional, tarian, dan pertunjukan budaya ikut digelar, sehingga menciptakan suasana sakral sekaligus penuh kegembiraan.

Tradisi Naik Dango memiliki tempat yang istimewa di dalam kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn. Setiap unsur dalam upacara ini mengandung makna mendalam. Ayam kampung, kue tumpi, daun sirih, dan tidak lupa melimpahnya padi hasil panen yang menyala adalah simbol rasa syukur, ketahanan hidup, serta penghormatan kepada Sang Pencipta.

Bagi masyarakat Dayak Kanayatn, Naik Dango juga menjadi media mempererat solidaritas, meneguhkan identitas budaya, dan mengajarkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Gotong royong, kesetaraan gender, pikiran positif, serta penghormatan terhadap alam dan Sang Pencipta menjadi pesan utama yang diwariskan melalui ritual ini.




(aau/aau)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork