Tari kancet pepatai merupakan tarian perang khas suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Tarian ini menggambarkan keperkasaan lelaki Dayak.
Gerakannya yang lincah, membuat pertunjukan tari ini menghibur orang yang menyaksikan. Namun bukan sekadar hiburan, tari ini merupakan warisan budaya yang penuh makna.
Simak artikel ini untuk mengetahui sejarah tari kancet pepatai, lengkap dengan fungsi, properti, hingga makna simbolisnya, seperti dikutip dari penelitian Penina Uring di eJournal FISIP Universitas Mulawarman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-usul Tari Kancet Pepatai
Ada beberapa versi sejarah atau asal-usul kemunculan tari kancet pepatai. Disebutkan bahwa tarian ini mulai dikenal sejak 1948, yakni ketika orang Kenyah masih tinggal di Apau Kayan dan sering berperang.
Versi lain menyebut tarian ini mulai populer sekitar 1976-1978, yakni saat konflik antarsuku masih terjadi. Popularitasnya meningkat setelah diresmikan sebagai bagian dari pertunjukan budaya di Desa Pampang pada 1991.
Awalnya, tarian ini dipentaskan pada pesta kemenangan atau upacara adat, tanpa imbalan materi, sebagai bentuk kebanggaan dan pernyataan identitas. Namun perkembangannya banyak ditampilkan sebagai hiburan semata.
Fungsi Tari Kancet Pepatai
Dalam konteks sosial-budaya Dayak Kenyah, tari kancet pepatai berfungsi sebagai:
- Simbol identitas: Menunjukkan jati diri dan sejarah perjuangan masyarakat Kenyah.
- Media edukasi: Mengajarkan nilai keberanian, kekompakan, dan nasionalisme.
- Pertunjukan adat: Mengiringi upacara adat, penyambutan tamu, dan festival budaya.
- Atraksi wisata budaya: Menjadi ikon tari perang Kalimantan Timur di tingkat nasional dan internasional.
Kostum, Properti, dan Musik Pengiring
Kostum penari kancet pepatai terdiri dari pakaian perang tradisional Dayak Kenyah dengan hiasan manik-manik dan bulu burung enggang. Burung enggang adalah hewan yang dianggap sakral dan melambangkan keagungan bagi orang Dayak.
Properti utamanya yaitu mandau dan kelembit, yang digunakan dalam gerakan menyerang dan bertahan. Mandau adalah senjata untuk menyerang, sedangkan kelembit adalah perisai untuk bertahan.
Tarian ini diiringi musik tradisional, terutama dengan alat musik sape atau sampe, sebagai pengatur tempo gerakan. Irama musiknya dinamis, menyesuaikan intensitas gerakan penari, dan memperkuat suasana heroik.
Makna Simbolis Tari Kancet Pepatai
Makna utama tarian ini adalah kejantanan dan keperkasaan seorang lelaki Dayak yang bertempur demi mempertahankan wilayahnya. Gerakan tarinya melambangkan strategi perang, kekompakan, dan semangat juang.
Setiap elemen kostum dan properti juga memiliki makna simbolis, yaitu:
- Mandau: Senjata utama, melambangkan kekuatan dan keberanian.
- Kelembit (perisai): Pertahanan dari serangan musuh.
- Beluko (topi): Diyakini memberi kekebalan tubuh.
- Bulu burung enggang: Keagungan dan kepahlawanan.
- Kalung gigi macan: Penolak serangan musuh.
- Besunung (rompi kulit harimau): Simbol kekebalan dari senjata lawan.
Demikian tadi informasi mengenai tari kancet pepatai yang menjadi salah satu warisan budaya tak benda Nusantara dari Dayak Kenyah. Melalui gerak, kostum, musik, dan simbol-simbolnya, tarian ini mengajarkan arti keberanian, kebersamaan, dan penghormatan terhadap leluhur
(bai/sun)