Masuk Lewat Tarakan pada 1942, Jepang Kuasai Indonesia hingga 1945

Jejak Jepang di Tarakan

Masuk Lewat Tarakan pada 1942, Jepang Kuasai Indonesia hingga 1945

Tim detikKalimantan - detikKalimantan
Sabtu, 16 Agu 2025 07:00 WIB
Pulau Tarakan
Pulau Tarakan/Foto: Istimewa (tangkapan layar Google Maps)
Tarakan -

Jepang menjajah Indonesia (Hindia Belanda) lewat Tarakan. Dalam sekejap, Jepang membuat Belanda yang sudah berkuasa ratusan tahun, menyerah tanpa syarat.

Tarakan menjadi pintu masuk tentara Jepang ke Indonesia pada 11 Januari 1942. Mengapa Jepang memilih Tarakan sebagai pintu masuk?

Menurut pemerhati sejarah Kolonialisme Belanda dan Perang Dunia II, Yusuf Sofian, alasan di balik pilihan strategis itu berkaitan dengan keberadaan sumber daya alam (SDA) minyak, dan aktivitas ekonomi Jepang di Tarakan sejak era sebelum perang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yusuf menerangkan sejak tahun 1930-an, orang-orang Jepang sudah masuk Tarakan melalui perusahaan bernama Nanyo Ringyo Kabushiki Kaisha (NRKK). Perusahaan itu mendapat izin konsesi penebangan kayu dari Belanda di wilayah Sesayap.

"Jepang sudah menjejakkan kaki di Tarakan jauh sebelum invasi. Mereka mengelola usaha penebangan kayu, yang memberi mereka pemahaman mendalam tentang wilayah ini," ujar Yusuf.

Tugu Perabuan Jepang di Tarakan.Tugu Perabuan Jepang di Tarakan/ Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan

Yusuf juga menyebut keberhasilan Jepang menguasai Tarakan dalam dua hari pada Januari 1942, tidak lepas dari persiapan matang mereka. Aktivitas perusahaan Jepang sebelum perang, termasuk NRKK, diduga menjadi kedok untuk operasi intelijen.

"Orang-orang Jepang yang beroperasi di Tarakan sebelum perang kemungkinan besar mengumpulkan informasi tentang pertahanan Belanda, meski belum ada bukti konkret bahwa mereka adalah mata-mata," katanya.

Embargo minyak oleh AS pada awal 1940-an membuat Jepang terdesak, dan harus mengamankan sumber bahan bakar untuk kebutuhan perang. Maka dari itu, Jepang mengincar minyak Tarakan.

"Jepang sudah lama mengincar minyak Tarakan. Ketika perang pecah, mereka melihat Tarakan sebagai pintu masuk ideal untuk menguasai sumber daya ini," jelas Yusuf.

Selain faktor minyak, posisi geografis Tarakan yang strategis juga menjadi pertimbangan. Pulau ini terletak di jalur perdagangan maritim dan memiliki infrastruktur pelabuhan yang memadai, yang memungkinkan Jepang untuk mendaratkan pasukan dengan cepat.

"Tarakan bukan hanya soal minyak, tetapi juga lokasinya yang memudahkan Jepang untuk melancarkan invasi lebih lanjut ke wilayah lain di Indonesia," ungkap Yusuf.

Pantai Binalatung di Tarakan, Kalimantan Utara, bukan hanya destinasi wisata bahari dengan pasir putih dan deru ombak yang menggugah.Pantai Binalatung di Tarakan, Kalimantan Utara/ Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan

Invasi Jepang di Tarakan meninggalkan jejak sejarah yang masih dapat dilihat hingga kini, seperti bunker-bunker di Gunung Selatan dan Tugu Prabuwan Jepang di Markoni. Menurut Yusuf, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap detail sejarah tersebut, terutama karena sulitnya mengakses dokumen asli dari Belanda, Australia, dan Amerika.

"Tarakan adalah saksi bisu bagaimana Jepang memanfaatkan strategi ekonomi dan militer untuk menguasai Indonesia. Kisah ini perlu terus dilestarikan agar generasi mendatang memahami peran penting Tarakan dalam Perang Dunia II," tutup Yusuf.

Secara resmi, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 8 Maret 1942. Lalu pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Baca Selengkapnya di Sini:




(sun/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads