Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan keberhasilan mereka dalam mengidentifikasi dua spesies katak bertaring baru dari famili Dicroglossidae yang ditemukan di wilayah Pegunungan Meratus, Kalimantan. Kedua spesies tersebut dinamai Limnonectes maanyanorum dan Limnonectes nusantara.
Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Zootaxa (Zootaxa 5575 (3): 387-408) pada tanggal 24 Januari 2025 dengan judul Two new species of fanged frog from Southeastern Borneo, Indonesia.
Selain peneliti BRIN, publikasi tersebut juga melibatkan ilmuwan dari Aichi University of Education dan Graduate School of Human and Environmental Studies, Kyoto University, Jepang, serta peneliti dari Universitas Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, kedua katak ini diduga termasuk dalam kelompok Limnonectes kuhlii, yaitu spesies yang lebih umum dikenal. Namun, hasil penelitian lanjutan melalui analisis genetika dan morfologi menunjukkan bahwa kedua katak tersebut merupakan keturunan yang berbeda secara genetik.
Perbedaan tersebut teridentifikasi melalui perbandingan sekuens gen 16S rRNA serta sejumlah karakteristik fisik yang khas, sehingga mendukung statusnya sebagai spesies baru.
"Penemuan ini menjadi kontribusi penting dalam upaya mendokumentasikan keanekaragaman herpetofauna Kalimantan, serta menegaskan peran penting wilayah Meratus dalam konservasi spesies endemik. Mengingat, kerusakan habitat, eksploitasi jenis, perubahan iklim, dan timbulnya penyakit merupakan ancaman terbesar terhadap keberlangsungan kehidupan amfibi endemik Kalimantan," kata Profesor Riset bidang Herpetologi Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Amir Hamidy.
Spesies pertama, Limnonectes maanyanorum, ditemukan di kawasan Gunung Karasik, Kalimantan Tengah. Nama ini dipilih untuk menghormati masyarakat adat Dayak Maanyan yang mendiami kawasan tersebut.
Menariknya, masyarakat setempat telah lama mengenal keberadaan katak ini dan menyebutnya dengan nama lokal Senteleng Watu, yang berarti "katak batu".
Sementara itu spesies kedua, Limnonectes nusantara, ditemukan di wilayah Loksado dan Paramasan, Kalimantan Selatan. Nama "Nusantara" dipilih sebagai bentuk penghargaan terhadap identitas nasional Indonesia, sekaligus merujuk pada Ibu Kota Negara (IKN) yang kini sedang dibangun di pulau yang sama. Di kalangan masyarakat Dayak Meratus, katak ini dikenal dengan sebutan Lampinik.
Kedua katak ini memiliki ukuran tubuh sedang dan ciri khas berupa struktur menyerupai "taring" di rahang bawah, terutama pada individu jantan. Mereka juga memiliki jari kaki berselaput penuh, kulit berbintil, serta pola tubuh yang unik. Bentuk bintil dan ukuran taring menjadi faktor pembeda penting di antara keduanya.
Analisis genetik dan morfologi menunjukkan bahwa keduanya merupakan garis keturunan yang berbeda secara signifikan berdasarkan jarak genetik pada sebagian sekuens gen 16S rRNA serta kombinasi karakter morfologis.
Adapun analisis filogenetik menunjukkan L maanyanorum dan L nusantara masing-masing membentuk klad monofiletik dengan dukungan statistik yang sangat tinggi, serta memiliki jarak genetik yang signifikan dibandingkan spesies lainnya. Hal ini menguatkan status keduanya sebagai spesies baru.
Temuan ini tidak hanya memperkaya daftar keanekaragaman hayati Indonesia, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya eksplorasi ilmiah di wilayah tropis yang masih belum banyak dijelajahi. Kalimantan, yang merupakan bagian dari kawasan Sundaland, menunjukkan potensi luar biasa sebagai rumah bagi berbagai spesies endemik yang belum terungkap.
(aau/aau)