Masjid Shiratal Mustaqiem: Saksi 'Tertua' Perkembangan Islam di Kaltim

Yuda Almerio - detikKalimantan
Kamis, 27 Mar 2025 10:35 WIB
Masjid Shiratal Mustaqiem menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Kalimantan Timur (Foto: Yuda Almerio)
Samarinda -

Masjid Shiratal Mustaqiem di Jalan Pangeran Bendahara, Samarinda Seberang masih kokoh berdiri sejak dibangun pada 1881 silam. Setelah melewati 14 dekade masjid ini tak hanya sekadar tempat ibadah umat Islam, tapi juga menjelma menjadi ikon bangunan bersejarah Ibu Kota Kalimantan Timur.

Sekretaris Pengurus Masjid Shiratal Mustaqiem, Ishak Ismail menerangkan bila masjid tersebut dibangun oleh Sayyid Abdurrahman Assegaf. Dia merupakan habib. Masih punya ikatan keturunan Nabi Muhammad dan berasal dari Hadramaut, Yaman kemudian siar ke Pontianak, Kalimantan Barat lalu hijrah ke Samarinda pada 1880.

"Pembangunan masjid dimulai setelah habib Abdurrahman siar Islam di Samarinda Seberang," terangnya kepada Detik Kalimantan pada Rabu (26/3/2025).

Kata Ishak, saat itu Samarinda Seberang tak seperti sekarang. Warganya bebal. Maksiat dimulai dari judi, sabung ayam hingga mabuk-mabukkan terus berulang. Mulai dari pagi hingga malam. Demikian selalu berulang.

Itu sebab, Abdurrahman meniatkan membangun masjid. Dengan harapan penyakit masyarakat bisa berkurang di Samarinda Seberang. Rencana tersebut disetujui oleh Sultan Kutai Kartanegara Aji Muhammad Sulaiman.

"Waktu itu Samarinda masih masuk Kesultanan Kutai Kartanegara. Pembangunan masjid dimulai pada 1881 dan makan waktu 10 tahun untuk selesai," terangnya.

Pendirian masjid ini juga dibantu oleh warga setempat yang mendukung niat sang habib. Dimulai dari peletakan empat tiang utama (sokoguru) yang berada di bagian tengah. Jenisnya ulin setinggi 7 meter. Seiring waktu, sejumlah tokoh masyarakat ikut memberikan bantuan kayu ulin.

Misalnya, Kapitan Jaya memberikan ulin dari Loa Haur sekarang kawasan Gunung Lipan, Petta Loloncong menyumbang ulin dari Gunung Salo Tireng sekarang Sungai Tiram, anak Sungai Dondang dan Usulonna memberikan ulin dari Karang Mumus.

"Sedangkan Pangeran Bendahara memberikan ulin dari Gunung Dondang Samboja. Sengaja dipilih dari daerah berbeda agar siar islam dan berdirinya masjid menyebar ke empat penjuru angin," sebutnya.

Ishak melanjutkan, keempat tiang utama masjid tersebut berdiameter 30-60 sentimeter dan hingga sekarang masih kukuh berdiri meski sudah berusia 134 tahun.

Masjid selesai dibangun pada pada 1891 atau tepatnya 27 Rajab 1311 Hijriah. Kala itu, Sultan Aji Muhammad Sulaiman menjadi imam untuk pertama kalinya sekaligus meresmikan Masjid Shiratal Mustaqiem.

"Dari situ penyakit masyarakat yang ada di Samarinda Seberang perlahan-lahan berkurang seiring waktu," sebutnya.


(mud/mud)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork