Melihat Masjid Sultan Suriansyah, Masjid Tertua di Kalimantan Selatan

Melihat Masjid Sultan Suriansyah, Masjid Tertua di Kalimantan Selatan

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Jumat, 08 Agu 2025 09:01 WIB
Perahu bermesin (kelotok) melintas di sungai kuin berlatar Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (08/03/2020). Masjid Sultan Suriansyah merupakan masjid bersejarah dan salah satu masjid tertua di Kalsel berbahan kayu ulin yang menjadi salah satu tujuan wisata religi di Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/hp.
Foto: ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Balikpapan -

Di tepi Sungai Kuin, Banjarmasin, berdiri sebuah bangunan bersejarah yang menjadi saksi awal masuknya Islam di Kalimantan Selatan. Masjid Sultan Suriansyah, yang juga dikenal sebagai Masjid Kuin, merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan dan salah satu yang tertua di Indonesia.

Dibangun pada masa kejayaan Kesultanan Banjar, masjid ini menyimpan kisah tentang penyebaran Islam dan peran Sultan Suriansyah sebagai tokoh penting dalam sejarah daerah tersebut. Setiap sudutnya menyimpan nilai budaya dan jejak sejarah yang menceritakan bagaimana Islam berkembang di tanah Banjar.

Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, di kawasan yang dulunya menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Banjar. Sebagai masjid tertua di Kalimantan Selatan, keberadaannya tidak hanya menjadi simbol spiritual, tetapi juga ikon budaya yang menghubungkan masa lalu dan masa kini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat Masjid Sultan Suriansyah

masjidmasjid sultan suriansyah. Foto: (Kurnia/detikTravel)

Dirangkum dari laman Kecamatan Banjarmasin Utara, Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur, dan Kemenparekraf, masjid ini terletak di Jalan Kuin Utara, RT 4, Desa Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Akses menuju masjid ini mudah karena berada di dalam wilayah Kota Banjarmasin, dekat Jalan Pangeran, dan dapat dinikmati bersamaan dengan pemandangan Sungai Kuin serta dermaga bersejarah di seberangnya.

Masjid Sultan Suriansyah merupakan sebuah masjid bersejarah dan tertua di Kalimantan Selatan. Masjid yang terletak di tepian Sungai Kuin ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam.

Masjid Kuin merupakan salah satu dari tiga masjid tertua yang ada di kota Banjarmasin pada masa Mufti Jamaluddin (Mufti Banjarmasin), masjid yang lainnya adalah Masjid Besar (cikal bakal Masjid Jami Banjarmasin) dan Masjid Basirih.

Posisi pendirian masjid ini adalah sebuah kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama yang merupakan situs ibukota Kesultanan Banjar pertama. Masjid dibangun sekitar tahun 1526 M. Kini, letaknya berdekatan dengan makam sang sultan yang menjadi objek wisata religi.

Masjid ini mencerminkan arsitektur tradisional Banjar, dengan struktur panggung dan atap tumpang, serta mihrab yang memiliki atap terpisah. Bangunan utamanya terbuat dari kayu ulin yang kokoh, dan walau telah beberapa kali dipugar, keaslian bentuk dasarnya tetap dipertahankan sebagai bagian dari Kawasan Cagar Budaya.

Keunikan lainnya adalah filosofi empat tingkatan bangunan masjid yang menyimbolkan syariat, pengamalan, hakikat, dan spiritualitas Islam. Masjid ini dihiasi dengan kaligrafi Arab, simbol-simbol Islam, dan ukiran khas Banjar.

Bagian dalam masjid memperlihatkan perpaduan nuansa Islami dan budaya Banjar, seperti ukiran kaligrafi Arab berisi ayat Al-Qur'an dan nama Allah, serta ornamen khas Banjar bergambar manggis, nanas, tali, dan bunga. Konon saat pemasangannya, di bagian atas tiang tersebut diletakkan wafak atau jimat khas Banjar berupa tulisan Arab yang dirajah dengan doa-doa, sebagai perlindungan agar masjid senantiasa damai dan terhindar dari bahaya.

Di tengah bangunan berdiri empat tiang guru asli yang telah ada sejak awal pendirian. Masjid Sultan Suriansyah merupakan cagar budaya berdasarkan SK Menteri PM.27/PW.007/MKP/2008 pada Tanggal 23 Mei 2008.

Sejarah Masjid Sultan Suriansyah

Masjid Sultan Suriansyah. Foto: Laman Kemenparekraf/Cagar Budaya/Kecamatan Banjarmasin UtaraMasjid Sultan Suriansyah. Foto: Laman Kemenparekraf/Cagar Budaya/Kecamatan Banjarmasin Utara

Masjid Sultan Suriansyah merupakan saksi bisu awal masuknya agama Islam di Kalimantan Selatan sekaligus peninggalan bersejarah dari Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah.

Sebelum bernama Sultan Suriansyah, ia dikenal dengan nama Pangeran Samudera yang merupakan cucu dari Maharaja Sukamara (raja Kerajaan Negara Daha). Sebelum raja meninggal, beliau berpesan bahwa yang menggantikannya yakni Pangeran Samudera.

Namun hal itu tidak disetujui oleh puteranya yakni Pangeran Tumanggu dan Pangeran Bagalung. Seorang punggawa bernama Arya Trenggana meminta Pangeran Samudera meninggalkan istana untuk keselamatannya.

Dalam masa pelarian, Pangeran Samudera menyamar menjadi seorang nelayan dan bertemu dengan Patih Masih di perkampungan Kuin. Oleh Patih Masih, Pangeran Samudera diangkat menjadi raja Kerajaan Banjar dan melepaskan diri dari Kerajaan Negara Daha.

Pada masa pemerintahan Pangeran Samudera menguasai wilayah daerah Muara Barito yang cukup luas sampai terdengar ke semua daerah. Terlebih ia mampu menghimpun potensi penduduk, mengangkat kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat.

Kabar tersebut sampai ke telinga Pangeran Tumenggung. Pangeran Tumenggung, yang kemudian mengarahkan pasukannya ke wilayah Marabahan sehingga terjadi peperangan. Dalam peperang tersebut Pangeran Samudera mengalami kekalahan dan meminta bantuan kepada Kerajaan Demak.

Syaratnya, apabila memperoleh kemenangan, Pangeran Samudera beserta rakyatnya harus memeluk agama Islam. Akhirnya ia pun memenangkan peperangan tersebut dan memeluk agama Islam.

Ia kemudian mengganti namanya dengan Sultan Suriansyah. Tidak lama berselang, dibangunlah Masjid Sultan Suriansyah sebagai tempat Ibadah.

Masjid Sultan Suriansyah pernah dipugar pada tahun 1976 yang dipelopori oleh Kodam X Lambung Mangkurat dan pada tahun 1999 yang dipelopori oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Karena merupakan peningggalan sejarah, maka ditempatkan pula juru pelihara yang bertugas membersihkan dan merawat masjid tersebut.

Meski telah beberapa kali mengalami pemugaran, struktur aslinya tetap dipertahankan karena statusnya sebagai Kawasan Cagar Budaya peninggalan Kerajaan Banjar. Keistimewaannya terletak pada bahan bangunannya yang seluruhnya menggunakan kayu ulin atau kayu besi, yang terkenal sangat kuat sehingga mampu bertahan berabad-abad.

Arsitektur Masjid Sultan Suriansyah

masjidmasjid sultan suriansyah. Foto: (Kurnia/detikTravel)

Dinamai sesuai dengan sosok yang memprakarsai pendiriannya, Masjid Sultan Suriansyah menampilkan pesona arsitektur tradisional Banjar yang kental, dengan konstruksi panggung, atap tumpang, dan mihrab beratap terpisah yang dipenuhi ukiran khas daerah.

Arsitekturnya khas, menggabungkan gaya tradisional Banjar dengan pengaruh Jawa, terlihat dari bentuk atap tumpang dan struktur panggung berbahan kayu ulin. Meski telah beberapa kali direnovasi, masjid ini tetap mempertahankan nilai sejarah dan keasliannya.

Di kompleks masjid juga terdapat makam Sultan Suriansyah, yang menjadi bagian penting dari sejarah dan identitas umat Islam di Banua. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga menjadi simbol masuknya Islam ke Kalimantan Selatan dan menjadi pusat kegiatan keagamaan serta budaya sejak ratusan tahun lalu.

Masjid Sultan Suriansyah atau Masjid Kuin dibangun dengan gaya arsitektur khas Banjar dengan konstruksi rumah panggung berbahan dasar kayu ulin dan beratap tumpang tiga dengan hiasan mustaka pada bagian atapnya. Masjid ini berdiri diarea lahan 30 x 25 meter dengan ukuran panjang 15,50 meter, lebar 15,70 meter dan tinggi 10 meter.

Di bagian dalam masjid terdapat terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu ulin. Lengkungan dimuka mimbar dihiasi kaligrafi Arab. Di bawah tempat duduk mimbar terdapat undak-undak berjumlah sembilan yang dihiasi dengan ukiran berupa sulur-suluran, kelopak bunga dan arabes yang distilir.

Di bagian mihrab, atap terpisah dengan bangunan induk. Pada daun pintu sebelah barat dan timur terdapat inskripsi Arab berbahasa Melayu yang ditulis dalam sebuah bidang berukuran 0, 5 x 0,5 meter.

Arsitekturnya sarat makna simbolis, salah satunya empat tingkatan bangunan yang merepresentasikan ajaran Islam. Tingkatan pertama, yaitu ruang salat, melambangkan syariat sebagai dasar pengetahuan agama.

Tingkatan kedua, berbentuk persegi empat dengan atap landai, melambangkan penerapan syariat dalam kehidupan. Tingkatan ketiga, yang lebih kecil dari dua lapisan sebelumnya, melambangkan hakikat Islam, yakni peran penolong dalam mewujudkan ajaran tersebut.

Pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan pola ruang dari yang diadaptasi dari Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Arsitektur mesjid Agung Demak sendiri dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu.

Identifikasi pengaruh arsitektur tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu. Tiga aspek tersebut yakni: atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap bangunan suci di Jawa dan Bali.

Bentuk atap yang bertingkat dan mengecil ke atas merupakan lambang vertikalitas dan orientasi kekuasaan ke atas. Bangunan yang dianggap paling suci dan dan penting memiliki tingkat atap paling banyak dan paling tinggi.

Ciri atap meru tampak pada Masjid Sultan Suriansyah yang memiliki atap bertingkat sebagai bangunan terpenting di daerah tersebut. Bentuk atap yang besar dan dominan, memberikan kesan ruang dibawahnya merupakan ruang suci (keramat) yang biasa disebut cella.

Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella (ruang keramat). Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab.

Masjid Sultan Suriansyah bukan hanya bangunan, tetapi representasi warisan spiritual dan sejarah yang terus hidup dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Mengisi Tenaga dengan Hidangan Lezat di Banjarmasin"
[Gambas:Video 20detik]
(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads