Musim kemarau membuat warga di salah satu padukuhan di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), harus berjuang ekstra mendapatkan air bersih. Mereka harus menyedot selang air manual dengan mulut untuk mendapatkan air bersih.
Aktivitas itu warga di Pedukuhan Kalidadap I, Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, saat musim kemarau. Untuk mendapatkan air bersih warga harus mendatangi sumber air di RT 02 untuk menyedot selang air dengan mulut yang bisa dilakukan hingga 3-4 kali sehari.
Pantauan detikJogja, tampak beberapa ibu-ibu datang ke sumber mata air Padukan. Selanjutnya mereka mencari selang miliknya dan memutus sambungan selang. Di lokasi tersebut tampak puluhan selang berjejer di sekitar sumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selang-selang dengan beragam warna itu merupakan milik para warga yang diletakkan di sumber mata air. Selanjutnya mereka lalu meniup ujung selang yang terpasang di bak penampungan air sumber tersebut. Alhasil, air sisa yang tersimpan keluar dari sambungan selang yang sebelumnya dicopot.
Baca juga: Ganjar Ungkap Arahan Megawati Gaspol di 2024 |
![]() |
Untuk bisa menyedot selang air, warga harus menunggu bak penampungan di sumber air penuh terlebih dahulu. Sembari menunggu warga pun asyik bercengkerama satu sama lainnya. Beberapa saat setelah bak penampungan penuh, warga mulai menuju sambungan selang yang sebelumnya diputus.
Kemudian warga menyedot selang tersebut agar air dari bak penampungan mengalir melalui selang menuju ke rumah warga masing-masing.
Salah seorang warga Kalidadap I Ismanto (37) mengungkapkan, kebiasaan ini sudah dilakukan keluarganya sejak lama. Saat masuk musim kemarau, warga selalu memanfaatkan air dari sumber mata air Padukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebab, selama ini aliran PDAM tidak sampai ke rumahnya. Oleh karenanya, saat kekeringan warga pun kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
"Kalau saya sudah turun-temurun dari keluarga mengambil air di sini dengan cara menyedot pakai selang. Kenapa ambil di sini karena tidak ada lainnya, apalagi PDAM juga tidak sampai sini," katanya kepada detikJogja di sumber mata air Padukan, Kalidadap I, Imogiri, Bantul, Kamis (24/8/2023).
![]() |
Beruntung, kata Ismanto, jarak rumahnya dengan Padukan tidak begitu jauh. Sehingga Ismanto hanya menghabiskan sekitar dua rol selang yang masing-masing rol memiliki panjang 50 meter.
"Jarak rumah sama Padukan sekitar 50 meter, jadi hanya butuh beberapa rol selang air saja kalau tidak salah hanya dua rol saat itu," ucapnya.
Banyaknya selang yang ada di sumber air kadang membuat bingung warga saat mencarinya. Tetapi, setelah terbiasa warga pun hafal selang miliknya.
"Ya kalau awal-awal sulit membedakan selangnya tapi karena sudah kebiasaan ya gampang. Bahkan sehari saya tiga kali menyedot selang dan itu tidak masalah karena kan airnya untuk kebutuhan sehari-hari di rumah," ujarnya.
Warga lainnya Jadin (56) mengaku sudah sejak tahun 1984 memanfaatkan sumber Padukan, khususnya menyedot selang untuk mengalirkan air ke ladang miliknya. Jadin pun menjelaskan teknis menyedot selang air untuk pengairan ladangnya.
"Jadi awalnya datang terus cari selang dulu, kalau sudah ketemu lalu copot sambungannya. Terus ke bak penampungan air cari selang lagi dan ditiup dulu biar sisa air di selang keluar (lewat sambungan yang sebelumnya dicopot)," ujarnya.
"Kenapa gitu ya biar enteng yang menyedot air lewat selang nanti. Kalau ada airnya kan berat yang nyedot nanti," lanjut Jadin.
Selengkapnya baca di halaman berikutnya....
Jadin melanjutkan mengambil air dengan cara menyedot melalui selang ini dilakukan karena sulit membuat sumur di dekat ladangnya. Oleh karena itu, Jadin membeli 21 rol selang untuk mengalirkan air sejauh satu kilometer dari sumber Padukan.
"Saya ambil air dari sini untuk pengairan sawah, kalau di rumah pakai sumur. Kenapa memilih di sini ya karena adanya di sini, dan kalau buat sumur di dekat sawah airnya tidak keluar," ucap Jadin yang mengaku menyambungkan selang sepanjang 1 km dari sumber air ke sawahnya itu.
Jadin menambahkan, dalam sehari tidak hanya tiga kali menyedot air melalui selang dari Padukan. Mengingat saat malam hari Jadin juga kerap melakukannya.
"Sehari 3 kali, tapi malam jam 9 itu saya kadang-kadang juga menyedot. Karena saat musim kemarau seperti ini memang sulit air," katanya.
Sementara itu, Ketua RT.02 Kalidadap I, Selopamioro, Imogiri, Bantul, Sutarto menceritakan, sumber air di Padukan berasal dari sungai bawah tanah dan sudah sejak lama dimanfaatkan warga.
"Dari cerita simbah-simbah saya, awal mula tidak ada selang tapi pakai talang bambu. Terus yang pakai hanya beberapa orang, lainnya menimba, ngangsu pakai pikulan itu," ucapnya.
Seiring berjalannya waktu mulai ada warga yang menggunakan selang untuk mengalirkan air. Saat itu, fungsinya untuk irigasi di ladang pertanian.
"Lama kelamaan banyak warga yang ikut menggunakan selang, mungkin tahun 1980-1990an," ujarnya.
![]() |
Biaya untuk membeli selang tidaklah murah. Di mana harga satu rol selang dengan panjang 50 meter dibanderol mulai Rp 58 ribu hingga Rp 400 ribu.
"Untuk pengambilan air dijadwal, dalam sehari hanya bisa tiga kali menyedot, mulai pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB dan 16.00 WIB karena bak baru penuh sekitar 3 sampai 4 jam. Nah, tiga kali sedotan itu tidak sampai satu kubik karena banyak warga yang memanfaatkannya karena gratis," katanya.
Karena itu, Sutarto berharap agar Pemkab Bantul memberikan solusi kepada warga Kalidadap I. Menurutnya, jika Pemkab membuat dua sumur bor bisa mengurangi beban masyarakat.
"Solusinya mengadakan sumber air baru baik sumur gali atau sumur bor. Karena kalau hanya sendang Padukan debitnya kurang. Memang sendang itu tidak pernah kering, mengalir terus airnya, tapi karena disedot terus tidak bisa mengalir akhirnya," ucapnya.
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030