Hamparan bunga amarilis bermekaran di Kebun Budidaya Pelestarian Populasi Amarilis (KBPPA) di Padukuhan Ngasemayu, Kalurahan Salam, Kapanewon Patuk, Gunungkidul. Bunga amarilis itu pun jadi daya tarik wisatawan yang ingin ke Patuk, Gunungkidul.
Tak sulit untuk menemukan tempat budidaya amarilis tersebut. Jika detikers datang dari arah Jogja, lokasi budidaya amarilis ini berada sekitar dua kilometer dari perempatan Patuk. Hamparan amarilis berwarna oranye ini sudah terlihat dari seberang jalan atau di sisi kanan jalan perempatan Patuk.
Sebaliknya, jika detikers datang dari arah Patuk kebun itu berada sekitar 400 meter dari Jembatan Pentung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan detikJogja di lokasi, Di tengah kebun bunga itu terdapat satu tugu bertulisan 'KBPPA 2002 SUKARDI AMARILIS'. Di kebun itu, hamparan bunga amarilis itu tertata dalam beberapa petak.
Ada pula sejumlah pohon kelapa yang menjadi variasi hamparan amarilis itu. Di sela petak amarilis itu ada tangga berundak yang mempercantik panorama di kebun amarilis tersebut.
Rerata tinggi bunga amarilis itu sekitar semeter. Hampir semua bunga tersebut bermekaran, tapi ada beberapa bunga yang masih tampak kuncup.
Bunga amarilis yang mekar itu berukuran sekitar telapak tangan orang dewasa. Tak tercium aroma yang signifikan dari bunga berwarna oranye cerah itu.
Jika dilihat amarilis ini mirip bunga terompet dengan ukuran yang lebih kecil. Saat detikJogja berkunjung Kamis (30/11) sore hari, tampak sejumlah pengunjung asyik berfoto dengan latar amarilis tersebut.
Salah satunya pengunjung asal Jakarta bernama Raka (23). Dia da keluarganya tertarik mendatangi kebun amarilis itu karena tak sengaja melihat dari seberang jalan saat hendak bertolak dari Gunungkidul.
"Sebenarnya tadi nggak sengaja lewat sih, ya, karena kan tadi habis dari daerah Gunungkidul situ terus ngelewatin kayaknya menarik gitu. Karena di Jakarta kan nggak ada, terus juga warna bunganya bagus, jadi kita mampir ke sini, sih" kata Raka kepada detikJogja di lokasi.
Raka menyebut warna cerah amarilis itu pun menarik perhatiannya. Dia pun tertarik untuk berfoto di kebun bunga tersebut.
"Pertama dari warna sih ya. Warnanya eye catching banget, apalagi kan ini banyak gitu, jadinya benar-benar menarik dan bagus untuk spot foto juga sih," jelasnya.
"Kebetulan jarang-jarang juga jalan ke Jogja, jadi ya, kebetulan ketemu spot yang bagus, terus kita foto, mengabadikan momen, sih. Ini upload ke medsos," sambungnya.
![]() |
Raka pun mengaku menjadi tertarik dengan amarilis usai berkunjung ke kebun di Ngasemayu ini. Dia ingin menggali lebih dalam tentang amarilis.
"Untuk bunganya, jujur nggak tahu sama sekali. Mungkin nanti mau belajar atau mau mencari informasi tentang bunga ini, jarang ditemui di tempat lain. Tentunya sih pasti aku pengin baca-baca literasi juga terkait dengan informasi bunga amarilis ini, mulai dari daerahnya asal dari mana, negaranya mungkin kan atau mungkin dari Indonesia bahkan," paparnya.
Berbeda dengan Raka, wisatawan asal Jogja, Suli (40) mengaku sudah sempat berkunjung ke kebun amarilis sebelum pandemi COVID-19. Dia teringat sempat diberi bibit saat terakhir berkunjung.
"Saya yang tahun kemarin ke sini, sebelum COVID, sama keluarga suami. Dua kali itu (berkunjung). Itu dibawakan (bibit bunga amarilis) satu dikasih bapaknya," kisahnya.
Suli mengaku kedatangannya ke Gunungkidul hanya untuk mengunjungi kebun bunga itu. "Memang tujuannya untuk ke sini," ungkapnya.
Mekar Saat Musim Penghujan
Putra pemilik kebun, Mustakim Joni Mustofa (22) menerangkan kebun amarilis ini tidak dipersiapkan sebagai objek wisata. Menurutnya, kebun milik bapaknya, Sukardi, ini didesain sebagai sarana konservasi.
"Di sini kan tidak didesain untuk wisata. Jadi, kita tidak tahu kalau di luar sana ternyata banyak orang yang suka, banyak yang datang ke sini," terang Joni.
Dia menyebut luas kebun bunga amarilis itu sekitar 3.800 meter persegi. Dia memperkirakan ada jutaan bunga amarilis yang tumbuh di kebun ini.
"Ada sekitar 500 ribu batang. Kemudian sampai sekarang, bunga ini terus berbunga, terus mekar setiap tahunnya. Punya kita sendiri kalau mekar itu satu bunga itu bisa empat sampai lima kuntum. Jadi kalau 500 ribu dikalikan empat jadi 2 juta (kuntum bunga)," paparnya.
Selengkapnya di halaman berikut.
Dia menyebut amarilis ini berbunga setahun sekali saat menjelang musim penghujan. Dalam satu periode mekar, bunga ini bisa bertahan tiga pekan atau hingga 15 Desember 2023 mendatang.
"Dalam waktu 1 tahun itu hanya satu kali (berbunga), setiap awal musim hujan. Jadi, bunga ini berbunga itu pertanda hujan," jelasnya.
"Usia mekarnya 3 minggu. Kemudian (amarilis) akan bertahan mungkin ini nanti sampai tanggal 15 Desember, kurang lebih pertengahan Desember menjelang Natal," sambung Joni.
Waktu Terbaik Berkunjung
Joni pun menyarankan para pengunjung yang berniat ke kebunnya agar tidak berkunjung siang hari. Kebun konservasi amarilis ini disebut buka sejak matahari terbit hingga terbenam.
"Waktu terbaik ke sini kalau pagi ya jam 08.00 WIB, 09.00 WIB, 10.00 WIB, bagus. Kalau sore jam 14.00 WIB sampai matahari terbenam itu bagus. Paling bagus jam-jam itu. Kalau siang kita nggak sarankan tapi ya kalau mau ke sini, silakan," jelasnya.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi