Uniknya Angkringan Kopi Kethip Sebaran, Menu Kolaborasi 27 KK Setempat

Uniknya Angkringan Kopi Kethip Sebaran, Menu Kolaborasi 27 KK Setempat

Dwi Agus - detikJogja
Jumat, 07 Jun 2024 18:29 WIB
Suasana di Angkringan dan Kopi Kethip, Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Kabupaten Sleman, Jumat (7/6/2024).
Suasana di Angkringan dan Kopi Kethip, Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Kabupaten Sleman, Jumat (7/6/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja
Sleman -

Warga Dusun Sebaran, Sidoarum, Kapanewon Godean, Sleman, memiliki cara tersendiri dalam meningkatkan kesejahteraan. Warga mengubah pekarangan rimbun menjadi tempat kuliner yang diberi nama Angkringan dan Kopi Kethip.

Sejarah Angkringan dan Kopi Kethip

Salah satu yang menarik, menu di Angkringan dan Kopi Kethip ini dipasok oleh 27 kepala keluarga (KK) setempat. Begini ceritanya.

Dukuh Sebaran, Iwan Daru mengatakan awalnya lokasi Angkringan dan Kopi Kethip adalah kebun penuh semak belukar dengan bangunan terbengkalai pada sisi tengahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya kebun kosong tak terpakai, yang punya menempati di situ pindah ke Jalan Godean di pinggir jalan. Tak terpakai terus jadi tempat pembuangan sampah dan tempatnya angker," kata Iwan saat ditemui di Angkringan dan Kopi Kethip, Jumat (7/6/2024).

Dukuh Sebaran, Iwan Daru di Angkringan dan Kopi Kethip, Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Sleman, Jumat (7/6/2024).Dukuh Sebaran, Iwan Daru di Angkringan dan Kopi Kethip, Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Sleman, Jumat (7/6/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja

Iwan menuturkan, cikal bakal Angkringan dan Kopi Kethip adalah Pasar Kethip. Berawal pada 2020, Pasar Kethip merupakan event yang diadakan setiap hari pasaran Minggu Legi. Aktivitas pun terjadi setiap 35 hari sekali.

ADVERTISEMENT

Keunikan dari pasar itu adalah pembayaran dengan koin yang terbuat dari kayu triplek. Setiap pengunjung terlebih dahulu menukarkan uangnya. Untuk satu koin setara dengan uang nominal Rp 2.000.

"Awalnya itu intinya untuk meningkatkan ekonomi warga masyarakat sebelum COVID. Awal mulanya dengan mengumpulkan warga untuk jualan aneka jajanan dengan nama Pasar Kethip dan bayarnya pakai uang koin yang kami kasih nama Kethip," katanya.

Aktivitas Pasar Kethip terpaksa berhenti karena adanya pandemi COVID-19. Lokasi yang awalnya bersih pun kembali ditumbuhi ilalang. Hingga akhirnya pandemi mulai mereda, aktivitas yang awalnya setiap pasaran Minggu Legi diubah. Kali ini Angkringan dan Kopi Kethip buka setiap harinya. Tepatnya dari pukul 17.00 WIB hingga 22.00 WIB, dengan sajian menu yang lebih beragam.

"Akhirnya dikelola oleh para pemuda dengan menjual minuman dan kopi. Lalu ibu-ibu rumah tangganya yang masak menu dan disetorkan. Mulai saat itu jadilah Angkringan dan Kopi Kethip," ujarnya.

Menu di Angkringan dan Kopi Kethip adalah menu yang disediakan oleh warga Dusun Sebaran. "Total ada 27 KK yang terlibat dalam penyediaan beragam menu," ujarnya.

Suasana di Angkringan dan Kopi Kethip, Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Kabupaten Sleman, Jumat (7/6/2024).Suasana di Angkringan dan Kopi Kethip, Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Kabupaten Sleman, Jumat (7/6/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja

Iwan menuturkan menu yang tersaji layaknya masakan rumah. Namun ada beberapa yang menjadi ciri khas. Seperti nasi wiwit yang identik dengan musim panen padi. Sementara untuk minuman adalah seruni yang memiliki komposisi jahe, sereh, dan jeruk nipis.

"Nah untuk menunya ini setiap warga masyarakat setiap KK untuk membuat menu yang berbeda-beda. Akhirnya karena banyak yang nitip itu dari masyarakat, lumayan terkumpul jadi banyak sehingga konsumennya banyak yang senang dan menu makanannya juga enak-enak," katanya.

Dalam menyediakan menu makanan, setiap warga tidak boleh sama. Bahkan ada tim khusus yang melakukan seleksi dan kurasi setiap menu. Ini untuk menghindari menu yang sama dalam sajian setiap harinya.

Iwan menuturkan setiap KK memasak pada siang harinya. Setelahnya beragam dagangan ini disetor ke Angkringan dan Kopi Kethip. Aktivitas menyetor masakan rumah ini diawali pukul 16.00 WIB setiap harinya.

"Menu kayak masakan rumahan. Misalnya satu rumah ada yang buat pepes, nasi wiwit, nasi goreng, ada yang buat aneka macam nasinya. Banyak, ada sambal mentah, ada capcai, ada bakminya itu. Nah itu yang membikin tiap KK satu, kita kumpulkan jadi dagangan," ujarnya.

Suasana di Angkringan dan Kopi Kethip, Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Kabupaten Sleman, Jumat (7/6/2024).Suasana di Angkringan dan Kopi Kethip, Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Kabupaten Sleman, Jumat (7/6/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja

Kesejahteraan Warga Meningkat

Seiring berjalannya waktu, Angkringan dan Kopi Kethip mendatangkan rezeki bagi warga Dusun Sebaran. Setidaknya setiap KK bisa mendapatkan penghasilan kotor minimal Rp 100 ribu per harinya.

"Omzet per hari dapat Rp 100 ribu per KK. Itu nanti kalau buat modalnya misalnya Rp 50 ribu, sehari dapat Rp 50 ribu kan lumayan setiap hari. Peningkatan ekonominya sudah nyata, per hari rata-rata ya omzet di atas Rp 5 juta total," bebernya.

Untuk harga setiap menu, Iwan mengatakan tak jauh berbeda dengan harga menu angkringan pada umumnya. Dia mencontohkan untuk nasi dijual dengan harga sekitar Rp 3 ribu.

"Ya sama angkringan pinggir jalan, cuma kalau angkringan itu kan perorangan, nah ini kan semua khusus warga Sebaran. Menu variatifnya lebih banyak karena setiap keluarga kan bikin nasi sendiri, ada nasi cumi, ada nasi sambel mentah, ada nasi goreng gitu. Terus nanti ada yang bikin sate, ada yang bikin sate jamur. Kalau minumnya yang buat pemuda," paparnya.

Suasana di Angkringan dan Kopi Kethip, Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Kabupaten Sleman, Jumat (7/6/2024).Suasana di Angkringan dan Kopi Kethip, Dusun Sebaran, Sidoarum, Godean, Kabupaten Sleman, Jumat (7/6/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja

Sesuai konsepnya angkringan lawasan, Angkringan dan Kopi Kethip ini tak menyediakan hiburan live music. Selain itu juga tidak ada fasilitas WiFi. Bukan tanpa alasan, Iwan menuturkan konsep untuk menjaga kesyahduan saat nongkrong.

Pengunjung bisa memilih untuk duduk di gubuk atau lesehan. Spesial untuk lesehan, pengunjung bisa duduk di halaman. Bermodalkan tikar dan langsung memilih lokasi yang diinginkan.

"Dulu pernah ada live music, ternyata konsepnya tidak masuk, akhirnya berhenti. Terus kita juga tidak pasang WiFi, ya biar pengunjung bisa lebih saling ngobrol lah. Kalau konsumen beragam tapi rata-rata sudah berkeluarga," pungkasnya.




(rih/aku)

Hide Ads