Kisah Kasinem, Setia Jadi Mbok Tenong Trubus Sejak 45 Tahun Silam

Kisah Kasinem, Setia Jadi Mbok Tenong Trubus Sejak 45 Tahun Silam

Anandio Januar, Elisabeth Meisya - detikJogja
Rabu, 04 Okt 2023 15:47 WIB
Kasinem salah satu Mbok Tenong Trubus dan aneka kue yang dijualnya. Kasinem saat ditemui di depan Toko Roti Trubus, Selasa (26/9/2023).
Kasinem sudah 45 tahun menjadi Mbok Tenong Trubus (Foto: Anandio Januar/detikJogja)
Jogja -

Toko Roti Trubus yang eksis sejak 1958 punya ciri khas menggunakan tenongan keliling. Penjualan menggunakan tenong masih dilakukan hingga saat ini dan justru menjadi ikon Toko Roti Trubus.

Ternyata sebelum Trubus memiliki toko, pemilik toko roti ini berjualan keliling dengan keranjang. Namun, karena semakin banyak macam-macam kue yang dijual, Trubus lalu membuat tenong untuk membawa kue tersebut.

Sejak itu, penjual tenongan Trubus eksis dengan sebutan 'Mbok Tenong'. Sebutan Mbok Tenong ini disematkan karena mayoritas penjualnya adalah ibu-ibu. Salah satunya, Kasinem (75) yang sudah berjualan sejak 1978 atau 45 tahun silam.

Awalnya Kasinem sempat bekerja membantu Bu Trubus (pemilik toko,red) menjadi pelayan katering. Namun seiring berjalannya waktu, dia akhirnya tertarik bekerja sebagai penjual kue keliling.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu sini katering, saya ikut katering, melayani, tiba-tiba ada bakulan ini. Saya sama Bu Trubus bilang mau jualan, akhirnya saya jualan. Alhamdulillah lanjut sekarang," ujar Kasinem (75) saat berbincang dengan detikJogja, Selasa (29/9).

Biasanya Kasinem berkeliling di area Gejayan dan Puro Pakualaman dengan dibantu anaknya. Kasinem menyebut putrinya juga ikut menjadi Mbok Tenong dengan rute yang berbeda dengan Kasinem.

ADVERTISEMENT

"Sekarang di sini saja. Nanti keliling. Keliling dibantu anak pakai motor. Kalau keliling daerah Gejayan, Puro Pakualam," ucapnya.

Kasinem salah satu Mbok Tenong Trubus dan aneka kue yang dijualnya. Kasinem saat ditemui di depan Toko Roti Trubus, Selasa (26/9/2023).Aneka kue yang dijualnya Mbok Tenong Trubus. Foto: Anandio Januar/detikJogja

Kasinem menyebut berjualan kue tenongan dulu lebih laku karena sedikit saingan. Kini tak semua dagangannya ludes terjual.

"Laku dulu, dulu belum ada saingan sekarang ada saingan. Tergantung rezekinya. Sering-sering habis daripada yang nggak (habis), masih (sisa) lima saya anggap habis," jelas Kasinem.

Meski begitu, Kasinem mengaku masih bersemangat menjadi Mbok Tenong. Dia menyebut hasil jualan kue dari tenongan Trubus ini yang telah menjadi sumber rezekinya sejak dulu.

"Saya kan kalau jualan ini sudah seperti sawah, maksudnya saya punya apa-apa dari sini, mau makan apa sudah dari sini, hasil dari sini. Makanya saya bertahan daripada kerja lainnya, ini sudah terkenal toh walaupun mahal tapi ada namanya," terang Kasinem.

Kisah di Balik Tenongan Jadi Ciri Khas Trubus

Pemilik Toko Roti Trubus saat ini, Bambang Trisula (65) mengaku masih mempertahankan sistem jualan dengan tenongan yang kini sudah menjadi ciri khas usahanya. Dia berpendapat berjualan kue Trubus keliling tidak efektif jika menggunakan sepeda motor.

"Saya memang tetap mempertahankan tenong, karena kan kalau ke pasar-pasar pake motor nggak bisa masuk, tapi kalau jalan kan bisa masuk dan menawarkan. Karena kan target pasarnya yang seperti itu," jelas Bambang kepada detikJogja di Toko Trubus Bakery, Jalan Poncowinatan, Jogja, Jumat (29/9).

"Coba kalau pake motor ada yang mau beli panggil-panggil kan nggak bisa denger, tapi kalau jalan kan ada yang mau beli enak," sambung Bambang.

Mbok Tenong Trubus, para penjual keliling kue Trubus di Jogja.Mbok Tenong Trubus, para penjual keliling kue Trubus di Jogja. Foto: dok. Toko Roti Trubus

Meski kini terkenal dengan Mbok Tenong, Bambang menyebut dulu pernah ada pedagang pria yang turut berjualan keliling.

"Dulu laki-laki ada, kalau bawa kue itu di kotak taruh di kepala. Cuma satu dulu, sekarang sudah tidak ada lagi," ujar Bambang.

Keuntungan Mbok Tenong

Sementara itu, admin Toko Trubus Sigit Hadiarto (45) menerangkan sistem berjualan keliling dengan Mbok Tenong menerapkan sistem persenan. Tiap kue yang tidak laku menjadi tanggung jawab Mbok Tenong.

"Waktu ambil produk dapat potongan 20%, jualnya harga standar. Sistem barang nggak kembali, penjual atur sendiri," ucap Sigit kepada detikJogja.

Dia mengatakan untuk menjadi penjual tenongan dilakukan dengan membuat perjanjian dengan owner terlebih dahulu. Kemudian pihak Trubus akan membuatkan seragam dan meminjamkan tenong untuk standardisasi bahwa penjual dan barang yang dijual merupakan bagian dari Toko Rotu Trubus. Dia menyebut saat ini ada 17 penjual tenongan Trubus.

Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Elisabeth Meisya Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2
(ams/ahr)

Hide Ads