Ketua periset pesawat nirawak Palapa S-1 Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Gesang Nugroho menyebut karya mereka telah dipesan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Adapun pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Palapa S-1 karya akademisi UGM telah resmi diluncurkan hari ini.
"Ya pesawat ini sudah ada (yang pesan), yakni dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)," ucap Gesang kepada wartawan di FT UGM, Mlati, Sleman, Selasa (3/9/2024).
Gesang menyampaikan, pada dasarnya fungsi pesawat ini disesuaikan dengan kebutuhan. Contohnya, untuk kebakaran hutan yakni pemantauan titik api.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pesawat ini akan dimanfaatkan untuk deteksi dini kebakaran hutan. Jadi informasi informasi titik panas itu diperoleh dari satelit kemudian sebelum dilakukan pemadaman, maka harus divalidasi dulu bahwa itu betul-betul api menggunakan pesawat ini. Sehingga setelah valid bahwa hotspot itu adalah api kemudian pemadam menuju ke hotspot tersebut," tambah dia.
Meski demikian, pesawat ini belum diproduksi secara massal. Untuk sementara, Gesang masih mengerjakan pesawat sesuai dengan pesanan yang masuk.
"Jadi kapasitas produksi kita itu 3 bulan itu kita bisa membuat 7-10 unit selama 3 bulan," ujarnya.
Untuk proses produksi, lanjut Gesang, memakan biaya Rp 300 juta per unit. Sementara harga jual bisa mencapai 3 kali lipat dari produksi.
"Jadi untuk pesawat ini biaya pembuatannya yaitu berkisar sekitar Rp 300 juta untuk buatnya saja. Harga jualnya mungkin kisaran 2 sampai 3 kali itu," pungkas dia.
Sebelumnya, pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Palapa S-1 karya dosen FT UGM resmi diluncurkan di gedung Engineering Research and Innovation Center (ERIC). Ketua periset Prof Gesang Nugroho menyatakan pesawat ini bisa digunakan untuk mapping bencana hingga kebutuhan militer.
"Hari ini kita launching pesawat tanpa awak palapa S-1, pesawat ini digunakan untuk surveilen dan untuk maping, namun selain itu pesawat ini juga bisa digunakan untuk keperluan lain misalnya untuk patroli, untuk recognition dan seterusnya," kata Gesang ditemui wartawan di gedung ERIC FT UGM, Mlati, Sleman, Selasa (3/9/2024).
Sebelum resmi dilaunching, presiden terpilih Prabowo Subianto sempat menyatakan ketertarikannya. Hal itu diungkapkan Prabowo saat kunjungan kerja ke UGM pada medio 2022 lalu.
Kala itu Prabowo meninjau pameran pesawat nirawak dan rudal yang dikembangkan oleh peneliti UGM. Dia menyatakan kagum dengan teknologi drone Palapa S-1 dan rudal yang dikembangkan UGM.
"Iya dulu pesawat ini saat awal pengembangannya sudah disaksikan oleh Pak Prabowo cuma saat itu belum diuji," kata Gesang.
Saat kunjungan itu, Prabowo juga menjanjikan untuk memesan pesawat drone jika nanti telah selesai dikembangkan. Gesang bilang, ke depan akan mencoba melakukan pembicaraan lebih lanjut.
"Kemudian Pak Prabowo itu mengatakan bahwa kalau sudah diuji mau dimanfaatkan. Nah ini pesawat sudah selesai kita tes, sudah kita uji kehandalannya maka nanti Universitas Gadjah Mada akan melakukan pembicaraan kelanjutan," bebernya.
Untuk diketahui, pesawat ini dibekali sayap sepanjang 3 meter dengan panjang badan pesawat 2 meter. Selain itu, pesawat ini bisa terbang hingga 6 jam dengan jarak tempuh mencapai 500 kilometer.
Meski saat ini, pesawat tersebut baru digunakan untuk mapping kawasan, namun ke depan bisa dikembangkan juga untuk kebutuhan militer. Gesang menyebut pesawat ini ke depan juga mampu membawa bom.
"Ya pada prinsipnya pesawat ini bisa digunakan untuk apa saja. Kalau untuk militer ya nanti membawa bom atau apa itu bisa digunakan seperti itu," ujarnya.
(apu/ahr)
Komentar Terbanyak
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa