Tolak Obral Profesor di Balik Rektor UII Minta Gelarnya Tak Dicantumkan

Tolak Obral Profesor di Balik Rektor UII Minta Gelarnya Tak Dicantumkan

Tim detikJogja - detikJogja
Sabtu, 20 Jul 2024 06:30 WIB
Rektor UII Fathul Wahid, Senin (20/2/2023).
Rektor UII Fathul Wahid (Foto: detikJateng)
Jogja -

Rektor UII Fathul Wahid menuai sorotan publik usai mengeluarkan edaran menolak gelar akademiknya dicantumkan di dokumen kampus. Fathul tegas menolak gerakan obral profesor yang bisa diraih dengan menghalalkan segala cara.

Kebijakan itu dia tuangkan lewat SE No: 2748/Rek/10/SP/VII/2024. Adapun isi surat edaran itu yakni:

"Dalam rangka menguatkan atmosfer kolegial dalam tata kelola perguruan tinggi, bersama ini disampaikan bahwa seluruh korespondensi surat, dokumen, dan produk hukum selain ijazah, transkrip nilai, dan yang setara itu dengan penanda tangan Rektor yang selama ini tertulis gelar lengkap 'Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.' agar dituliskan tanpa gelar menjadi 'Fathul Wahid'. Demikian pemberitahuan ini disampaikan, atas perhatian Ibu Bapak kami mengucapkan terima kasih," demikian bunyi SE tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fathul menyebut profesor merupakan gelar tertinggi yang diraih akademisi. Menurutnya, gerakan ini menjadi bentuk protesnya dan upaya mendesakralisasi jabatan profesor di Indonesia.

"Saya ingin ikhtiar kecil ini sebagai upaya mendesakralisasi profesor. Profesor tidak lagi dianggap sebagai status sosial yang luar biasa gitu. Pencapaiannya merupakan dampak karena menyelesaikan pekerjaan rumah," kata Fathul saat dihubungi wartawan, Jumat (19/7/2024).

ADVERTISEMENT

Fathul berpendapat gelar profesor merupakan capaian tertinggi namun tak perlu dirayakan berlebihan. Dia menyebut di balik jabatan itu justru lebih besar amanah atau tanggung jawab kepada publik.

"Dengan demikian kita berharap tidak jadi dikejar-kejar tanpa etika, mengabaikan etika bahkan sampai menghalalkan semua cara, ini kan jadi masalah, siapapun dia sebenarnya," ujarnya.

Fathul menilai tak ada yang istimewa dengan kebijakan tak mencantumkan gelar akademiknya di kampus. Meski begitu, dia berharap gerakan serupa juga dilakukan kampus lainnya agar tak mudah mengobral jabatan profesor.

"Betul. Itu juga saya harapkan ke sana. Jadi intinya kembali kepada dasarnya aja kok, nilai dasarnya gimana kembali ke situ, tidak ada sesuatu yang luar biasa dengan gerakan ini. Cuma karena kondisinya seperti sekarang jadi dianggap jadi luar biasa," tegasnya.

[Gambas:Instagram]



Sementara itu, dilihat di akun Instagram miliknya @fathulwahid_, dia meminta agar tidak lagi dipanggil dengan sebutan "prof". Fathul Wahid meminta disapa dengan namanya.

"Dengan segala hormat, sebagai upaya desakralisasi jabatan profesor, kepada seluruh sahabat, mulai hari ini mohon jangan panggil saya dengan sebutan "prof."

Panggil saja: Fathul, Dik Fathul, Kang Fathul, Mas Fathul, atau Pak Fathul. Insyaallah akan lebih menentramkan dan membahagiakan. Matur nuwun.

Para sahabat profesor yang setuju, ayo kita lantangkan tradisi yang lebih kolegial ini. Dengan desakralisasi ini, semoga jabatan profesor tidak lagi dikejar oleh banyak orang, termasuk para pejabat dan politisi, dengan menghalalkan semua cara," demikian kata Fathul dalam akun Instagram miliknya.




(ams/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads