Menyemai Bibit Penerus Bangsa di Komunitas Kagem Jogja

Menyemai Bibit Penerus Bangsa di Komunitas Kagem Jogja

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Minggu, 19 Mei 2024 19:40 WIB
Kegiatan siswa di Komunitas Kagem Jogja, Ngaglik, Sleman, Minggu (19/5/2024).
Kegiatan siswa di Komunitas Kagem Jogja, Ngaglik, Sleman, Minggu (19/5/2024). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja
Sleman -

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia, seperti telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Semangat untuk mendapatkan kesetaraan pendidikan bagi setiap anak itulah yang jadi bahan bakar Komunitas Kagem Jogja.

Di sepetak tanah yang tak terlalu luas berdiri empat buah pedapa. Di tiap pendapa ada berbagai macam barang seperti buku, papan permainan, poster, dan lain sebagainya. Di tempat itu, mereka konsisten untuk menyiram dan merawat tunas-tunas masa depan bangsa.

Minggu (19/5) siang itu, belasan siswa siswi hadir di Dayakan, Sardonoharjo, Kapanewon Ngaglik, Sleman, yang jadi basecamp Komunitias Kagem Jogja. Kebetulan sedang berlangsung agenda dari PPG Prajabatan UST yang mengajarkan anak-anak membatik dengan ecoprint.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Hari) Minggu ini biasanya kita peruntukkan untuk kolaborasi dengan eksternal," kata founder Kagem Jogja, Susi Ediwoto atau yang akrab dipanggil Bunda Ayik, kepada detikJogja, Minggu (19/5/2024).

Di komunitas ini, Bunda Ayik dan 15 orang punggawa Kagem, sebutan bagi volunter, mereka mengajar 30-an siswa dengan jenjang TK hingga SD yang berasal dari beberapa sekolah formal di sekitar lokasi komunitas.

ADVERTISEMENT

Jika ditotal sejak pertama berdiri tahun 2012, sudah sekitar ratusan punggawa dan anak-anak yang belajar dan bermain di Kagem Jogja.

"Konsep bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain kami terapkan untuk menumbuhkan rasa senang anak untuk belajar," ujarnya.

Para punggawa itu berasal dari mahasiswa berbagai kampus. Mulai UIN, UGM, UNY, UPN, UII, UT, dan kampus lain.

"Hampir semua kampus di Jogja ada dan (punggawa berasal) hampir dari ujung timur sampai ujung barat Indonesia terwakili," ujarnya.

Kegiatan siswa di Komunitas Kagem Jogja, Ngaglik, Sleman, Minggu (19/5/2024).Kegiatan siswa di Komunitas Kagem Jogja, Ngaglik, Sleman, Minggu (19/5/2024). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja

Komunitas ini terbentuk mulanya berawal dari keresahan Bunda Ayik yang melihat minimnya bahan bacaan siswa. Kemudian dibangunlah taman baca kecil.

Lambat laun, ada warga sekitar meminta Bunda Ayik untuk membantu membimbing anak-anak mereka dalam materi pembelajaran. Dari satu orang kemudian menjadi dua, tiga, bahkan salah satu sekolah meminta bantuan untuk pendampingan.

"Lalu ada sekolah lain yang meminta pendampingan juga, tapi mohon maaf kami takut nggak mampu, mending kita fokus satu tempat tapi kita betul-betul maksimal," bebernya.

Berjuang di Tengah Keterbatasan

Kehadiran Komunitas Kagem Joga bisa jadi oase di tengah kemaraunya inovasi pembelajaran. Meski bergerak dalam keterbatasan, Bunda Ayik dan para punggawa tetap semangat menyemai generasi muda Indonesia.

"Kita nggak punya donatur tetap, tapi bagaimana pintar-pintar kita untuk beroperasi," ujarnya.

Bagi Bunda Ayik, memberikan pendidikan yang merata dan setara bagi semua anak di Kagem Jogja adalah yang utama.

Kegiatan siswa di Komunitas Kagem Jogja, Ngaglik, Sleman, Minggu (19/5/2024).Kegiatan siswa di Komunitas Kagem Jogja, Ngaglik, Sleman, Minggu (19/5/2024). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja

"Ini kalau dibilang kota juga sudah di pinggiran, tapi kalau dibilang pinggiran belum. Ini yang menyulitkan posisi kami, dengan keterbatasan yang ada kita berbuat untuk apa yang kita berikan," ujarnya.

"Dengan keterbatasan lahan, mereka masih bisa belajar, bermain. Jadi untuk hak anak itu saya berusaha untuk memberikan semampu Kagem berikan. Hak mereka belajar, bermain, lingkungan yang nyaman yang berusaha kita berikan," pungkasnya.




(rih/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads