10+ Puisi Hari Kartini yang Menyentuh Hati untuk Anak Sekolah

10+ Puisi Hari Kartini yang Menyentuh Hati untuk Anak Sekolah

Nur Umar Akashi - detikJogja
Jumat, 19 Apr 2024 09:59 WIB
Ilustrasi puisi untuk guru.
Ilustrasi puisi. Foto: Istimewa
Jogja -

Tanggal 21 April selalu diperingati sebagai Hari Kartini. Untuk merayakannya, biasanya akan dilakukan berbagai macam lomba, termasuk membaca puisi. Yuk, simak lebih dari sepuluh puisi Hari Kartini di bawah ini!

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Khusus Hari Kartini, detikers dapat membuat bait-bait puisi tentang Sang Pejuang Emansipasi.

Bingung seperti apa contohnya? Tenang, dalam artikel ini telah detikJogja rangkumkan puisi Hari Kartini yang menyentuh hati. Selamat membaca dan semoga menginspirasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kumpulan Puisi Hari Kartini

Puisi Hari Kartini #1: Sang Pioner Emansipasi Wanita

(Oleh Dessy Kurniawati dalam buku Puisi untuk Ibu Kartini)

Ibu Kartini
Sang pioner emansipasi wanita
Sosokmu tak lekang oleh waktu
Dan akan tetap abadi selamanya

ADVERTISEMENT

Semangat dan perjuanganmu
Melahirkan Kartini muda
Dengan segudang karya
Demi Indonesia tercinta

Meskipun kini kau telah berada di pusara
Semangatmu
Karya-karyamu
Akan terkenang abadi dalam sanubari wanita Indonesia

Terima kasih Ibu Kartini
Doa kami akan selalu bersamamu

Puisi Hari Kartini #2: Pejuang Wanita

(Oleh Diyah Ayu Safitriyani dalam buku Puisi untuk Ibu Kartini)

Ibu Kartini
Beranjak dari hasrat
Untuk mengubah kaum wanita
Oleh belenggu kain yang kumuh
Menjadi kain sutra yang indah

Membawa nuansa terang
Bagi kehidupan
Kaum wanita
Di masa yang akan datang

Pejuang wanita
Tanpa mengenal lelah
Untuk memperjuangkan
Hak-hak kaum wanita...

Ibu Kartini
Jasamu akan dikenang selalu
Oleh kaum wanita di negeri ini

Puisi Hari Kartini #3: Habis Gelap Terbitlah Terang

(Oleh Ainun Nafi dalam buku Kartiniku, Kartinimu, Kartini Kita)

Gigih tekadmu bagai baja
Lembut hatimu bagai kapas
Aura semangatmu slalu terpancar
Disertai keberanian yang terus menguar

Tak ada yang dapat mengubur impianmu
Wahai Ibu Kartini
Begitu banyak perjuanganmu bagi bangsa ini
Dengan nama harum bagai melati
Yang menggemparkan seantero bumi

Benarlah kata orang tua
Meski rintangan menghadang, api perjuangan tak boleh padam
Karena akan berakhir dalam kemenangan
Benarlah katamu wahai Ibu Kartini
Kalimat yang akan selalu kukenang
Karena, habis gelap terbitlah terang

Puisi Hari Kartini #4: Kisah Seorang Pahlawan

(Oleh Ainun Nafi dalam buku Kartiniku, Kartinimu, Kartini Kita)

Akan kuceritakan padamu kawan
Tentang seorang perempuan pejuang pendidikan
Seorang pahlawan
Yang memperjuangkan hak-hak perempuan

Diam di rumah bagai penjara memang suatu masalah
Tapi pada akhirnya ia mendirikan sekolah
Bagi wanita dan kaum miskin
Membuat namanya tersebar dibawa angin

Dialah Raden Ajeng Kartini
Keberanian, membuatnya mengirim surat pada negeri kincir angin
Memberikan masa depan bagi negeri ini
Lagi-lagi nama harumnya menyebar terbawa angin

Apa kau mengenalnya kawan
Aku yakin, kalian akan langsung mengenal dirinya
Dan diantara kalian bahkan mengetahui kisah hidupnya
Kisah seorang pahlawan pejuang pendidikan

Puisi Hari Kartini #5: Ibu Kartini

(Oleh Dwiky Fitrian Prayoga dalam buku Puisi untuk Ibu Kartini)

Ibu Kartini...
Elok nan anggun wajah ayumu
Lemah gemulai setiap langkah kakimu
Dengan jiwa sederhana yang selalu kau tanamkan dalam hati

Ibu Kartini...
Merah merona keberanian dalam jiwamu
Mengikis lemahnya mental pada kaum wanita
Pelindung setia bagi setiap kaum hawa

Ibu Kartini...
Sungguh besar cita-citamu
Mengukir batu di bawah derasnya air mengalir
Emansipasimu terkenal sangat hebat
Kau junjung tinggi nilai martabat bangsa
Di telapak tanganmu tergambar bijaknya pahlawan

Ibu Kartini...
Kau adalah pejuang bangsa
Dengan kisah yang dahsyat
"Habis Gelap Terbitlah Terang"

Puisi Hari Kartini #6: Emansipasi Wanita Masa Kini

(Oleh Etty Viveria C Bekti R dalam buku Antologi Puisi Pendidikan di Masa Pandemi)

Mentari bersinar terang
Pagiku telah menjelang
Kegelapan telah menghilang
Telah kunikmati kebebasan
Kau telah berjuang
Membuka keranda kegelapan
Terima kasih, Ibu Kartini
Bumiku tak lagi buram
Langkahku terbuka lebar
Perjuanganmu telah menghadirkan hari cerah

Hari ini 21 April 2015
Emansipasi melesat
Seakan panah tanpa kendali
Kuterbang ikut menangkap
Tapi, tangan kami tiada kuat
Darah mengalir
Bercaknya mengotori baju yang putih
Baju yang kau pakaikan
Yang kau buat dengan berbagai penderitaan
Harusnya baju itu tetap bersih
Tapi, ternyata
Kami tak mampu
Menjaga kesuciannya
Kami membuatnya berbaur dengan bau anyir
Maafkanlah
Kemurnianmu tercabik-cabik

Entah siapa yang memulai
Di hari sucimu
Tanggal 21 April
Hari Kartini
Kami semua memperingati
Kami berpakaian seperti putri
Jalan kami seperti putri
Tingkah laku kami seperti putri
Tapi, hati-hati...
Entahlah

Entah siapa yang memulai
Kami dinilai
Keserasian baju dan make up
Jalan kami,
Kemesraan kami, dengan lawan jenis
Apakah itu yang kau kehendaki?
Kami berjalan di catwalk

Dengan berlenggak-lenggok
Memamerkan keluwesan

Berpasangan
Berpandangan mesra
Semakin mesra kami akan menang
Itukah hikmah Hari Kartini?

Ya Allah
Ampuni kami
Kalau salah mengartikan emansipasi
Sadarkan kami
Dari kegelapan
Agar kami tak merayap
Berjalan dalam kemuraman

Hari ini tanggal 21 April 2015
Di hari sucimu
Nadiku terbakar
Semangatku menjulang
Berperang mengentaskan kebodohan
Memerangi kemungkaran
Menegakkan ajaran yang benar
Memurnikan semangat Kartini
Tak hanyut akan modernisasi
Tegakkan kami
Tancapkan kekuatan kami
Penuhi semangat kami
Dengan semangat berjuang
Jauhkan dari langkah yang salah
Beri kami penerang jalan
Menyejajarkan langkah dengan semangat emansipasi

Hidup Kartini-Kartini masa kini!
Masa depanmu di tanganmu sendiri!
Luruskan emansipasimu!

Puisi Hari Kartini #7: Gubahan Pemuja Kartini

(Oleh Rosmawati Harahap dalam buku Antologi Puisi Tiara Corona)

21 April 1981 yang kupunya sejarah
Aku pidato team emansipasi wanita
Warga Darma Wanita BKKBN
Labuhan Batu Kolaborasi Ibu Bupatinya
Foto berkebaya Kartini yang kupunya
Bersanggul Kartini hitam putih
Terkikis pula hampir lepuh
Aku salutku pada Kartini...
Mati sahidnya itu...loh
Lahirkan putra ada masa mengandungnya
Menyempatkan ngajar baca tulis hitung desa ke desa
Menyengir kernyit bibir
Tolakan janin
Inginkan saksikan bunda
Mengajar buta aksara merata-rata
Lupalah ucap saat pidato...
Turut berduka, doa masukkanlah ke tempat terbaik untuknya
Itulah salutku gubahanku puja
Kartini memanggung kenangan
Citrakan diriku seberapi-api
Berbanding nista tanpa operasi privasi pribadi
Kartini pun kupuja puji

Puisi Hari Kartini #8: Kartiniku Kini

(Oleh Mochamad Riduwan dalam buku Antologi Puisi Kartini 2021)

Saat pena kau tempelkan secarik kertas
Tersusunlah kata-kata sukma meretas
Membawa perubahan awal sepintas
Hingga kaummu menyambut penuh antusias

Kini wahai Kartiniku
Kaummu seakan melupakanmu
Tersibuk dengan lautan ambigu
Terlupa akan sebuah perilaku

Wahai Kartiniku kini
Tidaklah mentari lupa menanti pagi
Saatnya dirimu membekali literasi
Saatnya dirimu penuh berinovasi

Wahai Kartiniku kini
Sudahkah dirimu menyelami diri
Mencari dimana peradaban nanti
Mengikuti aliran tsunami teknologi

Sepatah tulisan membawa pesan
Sebarisan kalimat membuyarkan angan
Sebait paragraf merubah peradaban
Majulah Kartiniku kini tuk kemajuan zaman

Puisi Hari Kartini #9: Tanduk Perempuan

(Oleh Naurah Risadamayanti dalam buku Antologi Puisi Kartini 2021)

Baswara rupa kami, buntara jiwa kami
Ibu Kartini titip pesan kepada kami
Jaga elok-elok seberkas harga diri
Angkat tinggi-tinggi kehormatan ini

Di saat ini tak lagi perempuan dikekang
Tak ada lagi kami dianggap membangkang
Hak-hak untuk kami kembali secara utuh
Tidak dipentingkan hanya saat butuh

Derajat, kini telah setara adanya
Pendidikan diemban secara merata
Mampu berdiri sejajar dengan putra
Ini masanya kami bebas beroleh

Siapa yang segan suruh kami untuk menunduk?
Jangan pikir kami tidak punya tanduk
Kami dapat saja buas nan liar menyeruduk
Pengetahuan membuat kami tak lagi terpuruk

Puisi Hari Kartini #10: Literasi Kartini

(Oleh Maorit dalam buku Antologi Puisi Kartini 2021)

Kartini mengajarkan kami
Bahwa tulisan itu adalah ungkapan ekspresi
Menulis adalah menyusun ide
Menjadi gagasan yang mendobrak tradisi

Kartini meyakinkan kami bahwa
Membaca itu membuka jendela dunia
Mengisi pikiran dengan pengetahuan
Membuka diri pada kesempatan

Kartini membuktikan kekuatan bahasa
Bertata krama gadis Jawa
Bertutur bahasa Indonesia
Berkomunikasi bahasa Belanda dengan sempurna

Kartini menunjukkan kepada kami
Bahwa revolusi berakar dari rumah
Pendidikan pertama kami adalah bunda
Yang mengajarkan kami berbicara dan menanamkan cita-cita

Kartini mendorong kami maju
Dengan senjata kertas, pena, dan buku
Kaki kami memang menjejak tanah
Tapi wawasan kami luas seluas angkasa

Puisi Hari Kartini #11: Perempuan di Antara Buku

(Oleh Rustian Al'Ansori dalam buku Antologi Puisi Kartini 2021)

Pagi masih pandemi
Perempuan berseragam rapi
Menyelusuri pagi
Menuju perpustakaan Matahari

Perempuan di antara buku
Penjaga ilmu
Menguatkan peradaban
Telah membuka pintu perpustakaan

Ia yang tahu Murasaki Shikibu perempuan Jepang penulis pertama di dunia
Ia juga tahu Kartini setelah membaca Habis Gelap Terbitlah Terang
Ia sedang bermimpi ingin menulis buku tentang dunia
Ia sedang membuat perpustakaan lebih terang

Adalah perempuan penjaga perpustakaan desa
Datang ketika pagi pulang ketika senja
Tidak menyerah karena sedikit gaji
Ia sedang menghidupkan kampungku yang masih sepi literasi

Puisi Hari Kartini #12: Kartini Masa Depan

(Oleh Fiddinillah dalam buku Antologi Puisi Kartini 2021)

Aku perempuan Indonesia
Menelan gelap menjadi pagi
Menantang kebodohan diri sebagai jati diri seorang aku

Mungkin lelah menggoda berkata sudah
Tapi sadar, diri kecil menyandang cita-cita tinggi
Bila satu buku saja sudah menjadi penerang jalan
Membias ke segala penjuru
Menerobos celah tirai jendela dunia
Mengapa tak kucoba satu buku lagi saja

Aku perempuan Indonesia
Tak akan buta menjadi identitasku
Bila payahnya literasi menjadikanku bungkam, aku tak mau seperti itu
Biarlah hitam mataku, kapal tanganku, rontok rambutku
Jauh lebih baik bagiku dari pada gelap duniaku

Aku mampu berdaya
Kelak, bila mana aku dapat melihat dunia
Akan kuseberangi pelita kepada perempuan Indonesiaku

Aku perempuan Indonesia
Aku potensi Indonesiaku

Nah, itulah lebih dari sepuluh puisi Hari Kartini yang menyentuh hati untuk anak sekolah. Semoga bermanfaat, ya!




(par/dil)

Hide Ads