Keren! Mahasiswa UGM Bikin Alat Pendeteksi Kebakaran Hutan Berbasis AI

Keren! Mahasiswa UGM Bikin Alat Pendeteksi Kebakaran Hutan Berbasis AI

Anandio Januar, Novi Vianita - detikJogja
Senin, 06 Nov 2023 13:20 WIB
Mahasiswa UGM bikin alat deteksi kebakaran hutan berbasis AI. Alat bernama saveforest.ai ini portabel dan bisa dipasang di drone,
Mahasiswa UGM bikin alat deteksi kebakaran hutan berbasis AI. Alat bernama saveforest.ai ini portabel dan bisa dipasang di drone. (Foto: dok. Istimewa/Fiana Eka Aprili)

Trial-Error Alat Pendeteksi Kebakaran Berbasis AI

Hasani dan timnya telah melalui berbagai tahap untuk mengikuti PKM-KC, mulai dari pengajuan proposal, seleksi pendanaan, hingga perancangan dan pembuatan alat. Pada 19 Oktober 2023, telah dilakukan juga monitoring dan evaluasi terkait karya yang telah diciptakan.

"Awalnya kita mengajukan proposal sekitar Februari-Maret 2023, diseleksi untuk pendanaan. Akhirnya didanai dan menjalankan program selama empat bulan dan ada pertanggungjawaban kegiatannya. Setelah itu, 19 Oktober 2023 ada monitoring evaluasi dari kegiatan. Penilaian dari dosen luar UGM terkait kelayakan dan hasil progres alatnya," ucapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim kini sedang menunggu pengumuman apakah lolos untuk lomba tingkat nasional, Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS). PIMNAS ini rencananya bakal digelar akhir November 2023 mendatang.

Hasani menyebut proses pembuatan perangkat saveforest.ai ini menghabiskan waktu 2,5 bulan. Alat deteksi lokasi kebakaran hutan ini portabel dan bisa dipasang dengan drone atau alat lainnya.

ADVERTISEMENT

"Untuk membuatnya butuh waktu 2,5 bulan. Alatnya portabel bisa dipasang di pesawat mana saja. Kalau bikin pesawatnya juga menambah setengah bulan jadinya 3 bulan, tapi kami fokusnya di alatnya itu," ujarnya.

Dia menerangkan pembuatan alat pendeteksi kebakaran hutan ini juga sempat menemui kendala. Tim ini bahkan membutuhkan 5.000 data kebakaran hutan dan lahan sebagai pelengkap alat tersebut.

"Alatnya pakai AI itu butuh latihan, nggak langsung berhasil. Jadi kami sempat belum sempurna. Awalnya pakai 2.000 data udara bersih dan asap kebakaran. Itu terlalu sensitif, seperti korek biasa bakar kertas langsung ke deteksi. Disempurnakan lagi hingga 5.000 data dan hasilnya sudah lumayan. Kalau tidak ada data latih seperti sampel data nggak bakal bagus hasilnya," jelasnya.

Uji Coba Saveforest.ai

Hasani dan tim juga telah mencoba menerbangkan pesawat yang terhubung perangkat Saveforest.ai di Lapangan Sumberarum. Berbagai kendala saat mencoba menerbangkan pesawat juga menjadi tantangan dalam proses pembuatan alat ini.

"Kendalanya ketika mencoba, anginnya kencang mempengaruhi pesawat. Di lapangan juga ada yang main bola, ngeri pesawatnya pas mau landing kena kepala orang. Tapi sudah sempat koordinasi dengan yang di lapangan disuruh minggir dulu," terang Hasani.

Sebagai alat pendeteksi kebakaran hutan dengan inovasi terbarukan, Hasani mengatakan terdapat dua alat yang dibuat. Salah satu alat tersebut sempat dibawa untuk diuji coba ke kawasan hutan di Riau.

"Kemarin rencana dosen mau dibawa ke Riau untuk dicoba. Sebenarnya alatnya ada dua, alat yang satu sudah dicoba menggunakan pesawat yang lebih besar diuji coba di Riau, ternyata nggak ada yang kebakaran. Tapi mencoba muternya terlebih dahulu," ujarnya.

Lebih lanjut, Hasani berharap dengan inovasi ini dapat membantu menjaga hutan di Indonesia. Dia juga berharap alat ini dapat membantu memperkecil dampak kebakaran yang terjadi di hutan dan lahan.

"Harapannya agar bermanfaat untuk menjaga hutan di Indonesia karena dari kebakaran akan berdampak pada ekonomi, sosial, dan satwa yang ada di sana bisa punah. Biar lebih menjaga hutan di indonesia ini dan dampak dari kebakaran lebih kecil lagi dengan alat ini," tuturnya.

Hal senada juga dikatakan rekan tim Hasani, Fiana Eka Aprilia yang berharap alat ini dapat menjadi acuan utama monitoring hutan di Indonesia karena kerjanya yang efektif dan efisien. Ia juga berharap dapat dikembangkan lebih lanjut menggunakan alat pemadam kebakaran.

"Kalau harapanku karena ini tujuannya monitoring, nggak menolak juga ke depannya alat ini menjadi acuan utama monitoring hutan di Indonesia. Ke depannya juga semoga alat pemadamnya bisa di-combine dengan alat ini. Alat ini sebagai pioneer utama monitoring kebakaran hutan di Indonesia yang bisa di-combine dengan pemadam kebakaran," ujarnya.

"Dengan alat ini walaupun tetap ada monitoring tapi dapat antisipasi kebakaran lebih mudah. Kalau sudah bisa dimonitoring terlebih dahulu dapat segera dikendalikan agar tidak meluas," pungkas Fiana.

Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Novi Vianita Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.


(ams/sip)

Hide Ads