Kongres APTIK ke-42 di USD Jogja, Singgung Tantangan Fenomena Kabur Aja Dulu

Kongres APTIK ke-42 di USD Jogja, Singgung Tantangan Fenomena Kabur Aja Dulu

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Kamis, 06 Mar 2025 17:15 WIB
Jumpa pers  jelang Kongres APTIK ke-42 di Universitas Sanata Dharma, Caturtunggal, Depok, Sleman, Kamis (6/3/2025).
Jumpa pers jelang Kongres APTIK ke-42 di Universitas Sanata Dharma, Caturtunggal, Depok, Sleman, Kamis (6/3/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja
Sleman -

Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) menggelar Kongres ke-42 digelar di Universitas Sanata Dharma (USD) Jogja pada 6-8 Maret 2025. Kongres ini bakal membahas tantangan zaman terutama bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS), khususnya yayasan Katolik.

Kongres APTIK ke-42 diikuti oleh 24 yayasan dan 25 perguruan tinggi Katolik di seluruh Indonesia. Kongres ini bertujuan untuk memperkuat kolaborasi antaranggota serta menyatukan komitmen dalam mendukung gereja dan masyarakat.

Ketua APTIK Prof. Dr. B.S Kusbiantoro mengatakan dengan sinergi, dan komitmen bersama, perguruan tinggi Katolik bisa menjadi pusat pembelajaran. Harapannya perguruan tinggi Katolik tidak hanya unggul secara akademik tapi juga memiliki misi sosial yang kuat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mencapai target tersebut, Kusbiantoro memerinci beberapa tantangan yang dihadapi. Tantangan tersebut terkait dengan sistem kebutuhan masyarakat industri dan mahasiswa.

"Banyak tantangan yang APTIK hadapi terkait dengan sistem kebutuhan, apa yang dibutuhkan masyarakat industri dan mahasiswa," ujar Kusbiantoro saat jumpa pers jelang Kongres APTIK ke-42 di Universitas Sanata Dharma, Caturtunggal, Depok, Sleman, Kamis (6/3/2025).

ADVERTISEMENT

"Beberapa perusahaan saat ini membutuhkan kompetensi ketimbang gelar. APTIK harus mengantisipasi hal itu," kata dia.

Selain itu, Kusbiantoro turut menyinggung soal terkait fenomena #kaburajadulu yang belum lama ini viral di media sosial. Hal ini tentu berkaitan dengan lapangan pekerjaan terkhusus bagi lulusan perguruan tinggi swasta.

"Lalu soal yang baru viral kabur aja dulu itu juga jadi perhatian kami. Lapangan kerja di dunia industri yang butuh lulusan itu lebih kecil daripada supply, karena di media massa banyak investor yang lari ke Vietnam daripada Indonesia," ungkapnya.

"Ke depannya itu banyak lulusan kita akan nganggur. Jadi bagaimana kita antisipasi hal tersebut," lanjut Kusbiantoro.

Kusbiantoro juga menyinggung salah satu tantangan besar yang dihadapi PTS, yakni persaingan dengan perguruan tinggi negeri (PTN). Persaingan ini menyebabkan berkurangnya mahasiswa PTS dari tahun ke tahun.

"Tantangan sari sisi supply kompetitor itu juga penting. PTN sangat agresif sehingga banyak anggota PTS bukan hanya APTIK dari mahasiswanya berkurang," jelasnya.

"Apa yang harus dilakukan, kita antisipasinya. Kebutuhan lulusan kita makin berkurang dan rebutan dengan perguruan tinggi lain. Apakah APTIK perlu memikirkan ini?" tutup Kusbiantoro.

Di sisi lain, Kusbiantoro juga membahas soal persiapan menuju Indonesia Emas 2045. Dia mengajak seluruh perguruan tinggi untuk bersama-sama mengembangkan pola pendidikan untuk mendukung terwujudnya visi pemerintah ini.

"Selain itu tantangan menuju Indonesia Emas 2045 juga menjadi fokus kami, bagaimana research dan development yang akan kita kembangkan. Di bidang apakah APTIK mau berkontribusi? Ini kita sesuaikan dengan tantangan lain dan regulasi mendatang," pungkasnya.




(ams/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads