Festival Memedi Sawah di Sleman, Dulu Pengusir Hama-Kini Ungkapan Rasa

Festival Memedi Sawah di Sleman, Dulu Pengusir Hama-Kini Ungkapan Rasa

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Minggu, 29 Jun 2025 15:22 WIB
Salah satu patung memedi sawah yang dipajang di acara Festival Memedi Sawah di Pakem, Sleman, Minggu (29/6/2025).
Salah satu patung memedi sawah yang dipajang di acara Festival Memedi Sawah di Pakem, Sleman, Minggu (29/6/2025). (Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja)
Sleman -

Zaman dahulu, memedi sawah atau orang-orangan sawah jamak digunakan petani untuk mengusir hama burung. Kini, seiring berkembangnya teknologi pertanian dan menyusutnya lahan, memedi sawah mulai jarang dijumpai.

Adalah kawan-kawan dari Yayasan Kalimasada, Pakem, Sleman yang berupaya kembali menghidupkan memori kehadiran memedi sawah. Lewat Festival Memedi Sawah 2025 mereka ingin kembali mengenalkan dan melestarikan budaya lokal, sekaligus edukasi pentingnya menjaga ketahanan pangan.

detikJogja berkesempatan mendatangi festival tersebut. Mulai dari jalan masuk ke yayasan, sudah disambut dua memedi sawah. Masuk lebih jauh, jumlah orang-orangan sawah makin banyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seluruh memedi sawah itu terbuat dari bahan daur ulang. Seperti pakaian bekas, karung goni, plastik, perabotan pecah belah, dan lain sebagainya. Semua memedi sawah dihias sedemikian rupa. Ada yang menyerupai dhemit, ibu-ibu yang bermain ayunan dan lain sebagainya.

"Sekarang ini kan sudah jarang ditampilkan memedi sawah," kata Pendiri Yayasan Kalimasada, Artha Pararta Dharma, saat mengawali perbincangan dengan wartawan, Minggu (29/6/2025).

ADVERTISEMENT

Festival ini dikemas dalam bentuk lomba. Tak kurang dari 40-an memedi sawah yang dibuat oleh masyarakat sekitar dan kelompok bank sampah dari seluruh wilayah DIY dipamerkan. Memedi sawah ini bukan hanya menjadi bagian dari alat untuk mengusir hama. Namun, bagaimana memedi sawah menjadi daya tarik wisata.

"Bagaimana kalau setiap sawah-sawah itu ada gerakan memedi sawah yang indah, jadi nanti bisa jadi pusat wisata, atau perhatian," ujarnya.

Memedi sawah ini masih akan dipamerkan di Yayasan Kalimasada hingga sebulan ke depan.

"Ini apapun harus kita lestarikan. Walaupun ini suatu bentuk kecil tapi bagaimana kalau kita budayakan. Memedi sawah ini juga budaya yang (terancam) hilang," ujar pria yang juga merupakan pelukis tersebut.

Jadi Ekspresi Seni

Sementara itu, guru besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM Prof Dr Aprinus Salam mengatakan memedi sawah saat ini sudah mengalami pergeseran nilai, baik budaya maupun fungsi. Dari awalnya sebagai alat untuk mengusir hama burung menjadi tapi sekarang menjadi ekspresi seni.

"Dulu kan digunakan untuk mengusir hama, burung. Sekarang burung sudah sedikit, lahannya, sawah, juga sudah banyak hilang jadi saya melihat ini (memedi sawah) sekarang lebih ke ekspresi seni," kata Aprinus kepada wartawan, Minggu (29/6/2025).

Dia bilang memedi sawah kini menjadi produk seni yang berupa imitasi dari bentuk manusia. Dengan berbagai modifikasi yang menurutnya menjadi ungkapan ekspresi.

Sebab, di masa kini dengan perkembangan teknologi, memedi sawah kurang untuk bisa menjadi alat pengusir hama.

"Karena kita nggak tahu lho nanti ke depan nanti ekspresi diri kita seperti apa dalam mengimitasi ke bentuk-bentuk fisik. Saya kira kesenian yang perlu dielaborasi ya memedi sawah ini," ujarnya.

Dia melihat dalam beberapa memedi sawah yang dipamerkan di Festival Memedi Sawah terdapat akulturasi budaya Indonesia dan luar negeri. Tapi baginya itu bukan suatu hal yang buruk. Oleh karena itu, dengan festival ini, dia berharap kebudayaan ini bisa terus lestari meski dengan modifikasi.




(aku/apl)

Hide Ads