Lebaran Zonder Ketupat, Apem Jadi Suguhan Utama Bakda Fitri Gunungkidul

Lebaran Zonder Ketupat, Apem Jadi Suguhan Utama Bakda Fitri Gunungkidul

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Kamis, 03 Apr 2025 09:05 WIB
Resep Kue Apem Pandan
Ilustrasi apem untuk Lebaran di Gunungkidul. Foto: iStock
Gunungkidul -

Ketupat menjadi menu utama lebaran di banyak daerah di Indonesia. Hal tersebut tak ditemukan di Dusun Tengklik, Tegalrejo, Gedangsari, Gunungkidul. Warga di dusun itu justru menyediakan apem saat Lebaran atau biasa disebut sebagai Bakda Fitri oleh warga setempat.

Hal tersebut rupanya menjadi tradisi turun temurun masyarakat di Dusun Tengklik. Setelah Salat Id, warga saling bersilaturahmi dan halal bihalal satu sama lain. Usai halal bihalalal, warga pun langsung melakukan kenduri sebagai rasa syukur selama bulan Ramadan dan sukacita menyambut bulan Syawal.

"Secara Islam kami merayakan Idul Fitri seperti bisa. Kalau secara adat tradisi lokal Jawa itu kami masih ada namanya kenduri. Terus habis riyaya itu masyarakat saling berkunjung sama halal bihalal masing-masing," ujar tokoh masyarakat Dusun Tengklik, Tumingan saat ditemui detikJogja di lokasi, Jumat (29/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tumingan menjelaskan, kenduri yang dilakukan masyarakat setempat yaitu menyajikan nasi dengan berbagai hidangan sayuran dan lauk pauk. Mereka juga menyajikan makanan-makanan ringan untuk tamu yang berkunjung, seperti Lebaran pada umumnya.

"Kenduri kami lakukan sudah turun temurun, ini peninggalan nenek moyang, pendahulu-pendahulu dulu. Kenduri ini menjadi simbol keberkahan setelah melakukan ibadah puasa Ramadan," jelasnya.

ADVERTISEMENT

"Untuk kendurinya, makan-makan biasa ada nasi sama sayur itu wajib. Terus lauk pauknya biasanya tempe sama tahu saja," lanjut Tumingan.

Menariknya, untuk makanan ringan, tiap warga diwajibkan menyajikan kue apem. Kue apem sendiri dinilai sebagai simbol meminta maaf kepada Yang Maha Kuasa bagi masyarakat Jawa.

Tumingan menjelaskan, nama apem sendiri berasal dari Bahasa Arab, yaitu afwan yang berarti permintaan maaf. Hal itu menjadi alasan apem dipilih sebagai simbol permintaan maaf.

"Terus kami menyajikan apem, itu pasti kami suguhkan tiap lebaran. Dalam bahasa Arab, afwan itu artinya maaf sama Bahasa Jawa, ngapura juga berarti maaf. Ini sebagai bentuk di momen Lebaran kami sebagai manusia meminta pangapura ke Gusti Allah," tutur Tumingan.

Menariknya, saat Lebaran, tak ada satu pun masyarakat Dusun Tengklik yang membuat ketupat. Sebab, menurut Tumingan, ketupat tak lazim dibuat di Dusun Tengklik.

"Kami nggak buat ketupat, karena ketupat biasanya dibuat pas Ruwahan saja. Karena pas Lebaran nggak biasa ada ketupat di sini, umumnya buat apem aja," katanya.

Tradisi Bakda Fitri pun selalu dilakukan masyarakat Dusun Tengklik di setiap tahunnya. Selain untuk melestarikan budaya, tradisi ini juga menjadi momen menjalin tali silaturahmi antarwarga setempat.

"Sejak saya lahir tradisi sudah berlangsung, dan sampai saat ini masih awet. Sekarang kita hanya nguri-uri budaya dan tradisi ini juga untuk menjaga tapi persaudaraan antarwarga," pungkasnya.




(apu/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads