Melihat Arsip Cetak Grafis Era Kolonial di Festival Seni ISI Jogja

Melihat Arsip Cetak Grafis Era Kolonial di Festival Seni ISI Jogja

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Sabtu, 07 Des 2024 22:26 WIB
Suasana Festival Seni Cetak Grafis di Galeri R.J. Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, Sewon, Bantul, Sabtu (7/12/2024).
Suasana Festival Seni Cetak Grafis di Galeri R.J. Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, Sewon, Bantul, Sabtu (7/12/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Festival seni cetak grafis di Galeri R.J. Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja menghadirikan perkembangan arsip cetak grafis era kolonial. Bahkan, sebagian besar arsip yang ditampilkan tidak ada di lembaga arsip resmi Indonesia.

Direktur festival seni cetak grafis, Sukma Smita menjelaskan, bahwa festival ini ingin merayakan seni cetak grafis. Bahkan, tidak hanya dalam ranah seni rupa kontemporer tapi juga yang berlangsung dalam praktik keseharian.

Festival ini menyuguhkan empat kegiatan utama, pertama adalah pameran mulai hari ini hingga tanggal 20 Desember di Galeri R.J. Katamsi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pameran ini akan dibuka untuk publik dan menyuguhkan berbagai karya seni, arsip serta benda-benda keseharian yang berkaitan dengan seni cetak grafis," katanya kepada wartawan di ISI Jogja, Sewon, Bantul, Sabtu (7/12/2024) malam.

Secara rinci, pameran itu masing-masing dipresentasikan di tiga lantai dengan kerangka kuratorial yang saling berhubungan. Pertama, pameran bertajuk 'Ada dan Berlipat Ganda'.

ADVERTISEMENT

"Lantai pertama akan menyuguhkan arsip-arsip sejarah seni cetak grafis di Indonesia dari era kolonial Belanda hingga orde baru dalam konteks propaganda," ujarnya.

Selanjutnya, pameran bertajuk 'Artist Proof' memamerkan berbagai karya seni kontemporer sebagai perluasan seni cetak grafis. Terakhir, pameran bertajuk 'Cetak Aksi: Dari Kamar Gelap ke Lapak Terang' akan menyuguhkan gugusan benda-benda keseharian yang menggambarkan bagaimana masyarakat telah bertumbuh dengan budaya cetak dalam balutan hobi hingga konsumerisme.

Kurator pameran 'Ada dan Berlipat Ganda' atau yang berada di lantai satu Galeri R.J. Katamsi, Febrian Adinata Hasibuan mengatakan, bahwa di lantai satu ini merupakan pameran berisi arsip dan membahas watak seni cetak grafis dengan topik utama propaganda. Pameran tersebut terbagi menjadi tujuh sesi.

"Seperti bagian pertama mengulas arsip seni cetak grafis di era kolonial, arsip ini mencakup brosur pariwisata yang juga mendokumentasikan flora, fauna, serta pembagian wilayah dan suku," katanya.

Sesi berikutnya membahas bagaimana seni cetak grafis menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa, seperti kostum tradisional. Kostum tersebut diambil dari catatan perjalanan pelancong Belanda yang mendokumentasikan kehidupan masyarakat Jawa.

Suasana Festival Seni Cetak Grafis di Galeri R.J. Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, Sewon, Bantul, Sabtu (7/12/2024).Suasana Festival Seni Cetak Grafis di Galeri R.J. Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, Sewon, Bantul, Sabtu (7/12/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

"Selain itu, ada karya yang menyoroti korban orde baru. Kami juga menampilkan propaganda kolonial Jepang," ucapnya.

"Sesi lain menampilkan majalah anak-anak seperti Kutilang yang dibuat oleh anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat)," lanjut Febrian.

Febrian menambahkan, bahwa sebagian besar arsip yang dipamerkan tidak ada di lembaga arsip resmi Indonesia.

"Saya bisa memastikan 50 persen dari arsip yang kami pamerkan di sini tidak ada di lembaga arsip resmi Indonesia. Sebagian besar arsip ini ditemukan oleh teman-teman yang cinta buku, yang mengarsipkan secara pribadi atau melalui lembaga swasta," ucapnya.




(afn/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads