Melihat Equalitera Artspace, Ruang Karya Seniman Disabilitas Pertama di DIY

Melihat Equalitera Artspace, Ruang Karya Seniman Disabilitas Pertama di DIY

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Senin, 30 Sep 2024 19:35 WIB
Suasana Equalitera Artspace, Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Senin (30/9/2024).
Suasana Equalitera Artspace, Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Senin (30/9/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja.
Bantul -

Seniman penyandang disabilitas kini memiliki ruang pamer bernama Equalitera Artspace di Bantul, DIY. Artspace tersebut sebagai wujud kesetaraan antara penyandang disabilitas dengan nondisabilitas dalam berkarya.

Direktur Equalitera Artspace, Nano Warsono, mengatakan hari ini adalah hari pertama pembukaan artspace baru, ruang bersama yang peruntukannya bagi teman-teman disabilitas. Meski demikian seniman nondisabilitas juga bisa berpameran di artspace tersebut.

"Dan secara literasi ini artspace pertama di Jogja yang fokus kepada seniman khususnya penyandang disabilitas," kata Nano kepada wartawan di Equalitera Artspace, kawasan Ring Road Barat, Geblagan, Tamantirto, Kapanewon Kasihan, Bantul, Senin (30/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana Equalitera Artspace, Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Senin (30/9/2024).Suasana Equalitera Artspace, Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Senin (30/9/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Nano menilai, banyak artspace atau galeri di Jogja, namun belum ada yang fokus terhadap seni disabilitas. Untuk itu pihaknya mengambil wilayah itu sebagai bentuk kepedulian serta dukungan terhadap praktik seni disabilitas di Indonesia.

"Selama ini teman-teman disabilitas pelaku seni belum dapat tempat dan dengan ruang ini teman-teman sudah mempunyai roadmap apalagi jika sudah memiliki banyak karya," ucapnya.

ADVERTISEMENT

"Jadi kita akan fasilitasi teman-teman disabilitas untuk pameran di sini. Tapi kita juga mendorong teman-teman perupa nondisabilitas untuk pameran bersama yang di situ kita bisa membuat ruang belajar bahwa seniman nondisabilitas banyak belajar dari seniman disabilitas," imbuh Nano.

Nano melanjutkan, Equalitera berasal dari kata equalty dan literasi. Di mana artinya semua mempunyai sejarah tentang kesetaraan dan ini adalah bentuk implementasi dalam wilayah seni rupa.

"Ini menegaskan bahwa ada pelaku seni disabilitas di Indoensia, disability art menjadi isu baru dalam wilayah seni rupa di Indonesia sekarang. Meskipun di Inggris sudah 40-50 tahun yang lalu. Kenapa itu penting? Karena menandai ada teman-teman disabilitas yang selama ini belum pernah terlihat," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Jogja Disability Art, Sukri Budi Dharma, mengaku sangat senang akhirnya ada artspace yang fokus kepada seniman yang merupakan penyandang disabilitas. Bahkan, komunitasnya membuat pameran hari ini bertema 'Akar Rasa Setara' yang dibuka untuk umum hari ini hingga 14 Oktober mulai pukul 10.00-20.00 WIB.

"Untuk pameran ini jumlah senimannya ada 35 dari empat komunitas dengan jumlah karya hampir 80," katanya.

Suasana Equalitera Artspace, Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Senin (30/9/2024).Suasana Equalitera Artspace, Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Senin (30/9/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Di kesempatan yang sama, Tenaga Ahli Wamenkominfo, Rudi Gunawan, menambahkan bahwa dengan adanya Equalitera Artspace bisa menginspirasi teman-teman disabilitas untuk memakai medium kesenian. Hal itu menurutnya mempermudah terciptanya masyarakat yang inklusif.

"Karena melalui medium seni budaya itu akan lebih soft pendekatannya. Jadi kita akan merasa teman-teman seniman baik disabilitas dan nondisabilitas itu bisa setara dalam berkarya bersama, itu yang jadi poin pentingnya," ujarnya.




(apl/rih)

Hide Ads