Lorong di lantai 1 Museum Monumen Jogja Kembali (Monjali) jadi saksi peristiwa kesenian. Berdampingan dengan benda koleksi museum terpajang panel-panel berukuran 2x1 meter.
Dalam panel berwarna putih itu, terpampang karya seni rupa dalam berbagai ukuran. Berjajar ditampilkan berbagai macam karya visual para seniman dari berbagai daerah. Berdampingan dengan koleksi museum.
Seni dan museum. Menjadi satu formula unik dalam napas seni rupa. Tak kurang dari 55 karya dari para perupa terlibat dalam pameran bertajuk Jogja Art Exhibition Oldies Baby Boomers & Gen X Artist.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesuai tajuknya, Oldies. Bisa dimaknai banyak hal. Pertama yang terlintas tentu soal nostalgia. Memang beberapa karya menampilkan tema lawasan.
Tapi, Oldies, juga bisa merujuk pada usia seniman yang terlibat. Memang, dalam pameran kali ini hanya satu orang saja yang berusia 9 tahun. Sisanya, sudah berusia setengah abad lebih.
Tapi, usia juga menunjukkan kematangan karya. Satu yang cukup menggelitik adalah karya Edi Wahyono yang juga ilustrator detikcom.
![]() |
Terletak di bagian paling ujung lorong. Namun punya magnet tersendiri. Dalam bingkai 100cmx100cm, di atas media digital printing. Edi menampilkan mozaik-mozaik karyanya dalam digital art. Dia memberi judul 'My Artistic Journey'.
Pameran ini masih berlangsung hingga 30 September 2024 mendatang. Meskipun bertemakan Oldies, nostalgia dengan masa lalu, namun tetap modis. Tidak tertinggal dengan yang kekinian. Atau Oldies rasa modis.
"Ini lebih dari 50-an seniman yang ikut serta dalam pameran kali ini. Temanya oldies rata-rata di atas ya hampir (usianya) 60-an tahun," kata koordinator pameran, Wasis Subroto, kepada detikJogja, Sabtu (21/9/2024).
Wasis bilang, perupa yang ikut dalam pameran ini punya latar belakang beragam. Tidak hanya jadi 'seniman', tapi juga guru. Latar belakang itu, juga yang menurut Wasis berpengaruh terhadap hasil karya.
"Tema-tema yang diangkat, kalau yang memang dari seniman-seniman yang nyambi mengajar dia karyanya bermutu. Termasuk Edi, karyanya bagus," katanya.
![]() |
Dr Drs Hadjar Pamadi Ma, selaku kurator, mengatakan para perupa yang terlibat dalam pameran ini menterjemahkan dunia realis menjadi realis semu, realisme sosial bahkan surealis.
"Sebagian besar para perupa Oldies ini ingin menuju seni yang komunikatif atau seni realistik berlanggamkan ilustrasi komik," kata Dr Drs Hadjar Pamadi Ma, selaku kurator dalam keterangan tertulis yang diterima detikJogja, Sabtu (21/9/2024).
Journey atau perjalanan dalam karya Edi seakan ingin membagikan semuanya dalam satu bingkai. Bagi Hadjar, karya Edi bisa disebut sebagai aliran realis namun di waktu bersamaan juga surealism.
"Karya-karya realis ini kemudian dibayangkan seperti lagu Gito Rollies yang surealisme," kata dia.
(rih/rih)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas