Nia Dinata Garap Film Dokumenter Raminten Jogja, Bakal Tayang di Bioskop

Nia Dinata Garap Film Dokumenter Raminten Jogja, Bakal Tayang di Bioskop

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Senin, 19 Agu 2024 16:52 WIB
Pendiri Raminten, K.M.T. Tanoyo Hamijinindyo atau Hamzah Sulaeman, di Kota Jogja, Senin (19/8/2024).
Pendiri Raminten, K.M.T. Tanoyo Hamijinindyo atau Hamzah Sulaeman, di Kota Jogja, Senin (19/8/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Jogja -

Kisah pendiri Raminten yaitu K.M.T. Tanoyo Hamijinindyo atau Hamzah Sulaeman diangkat dalam film dokumenter oleh Kalyana Shira Films & Foundation. Film itu diharapkan rampung akhir tahun ini. Sutradaranya, Nia Dinata, mengatakan judul sementara film itu ialah 'Raminten Universe'.

Menurut Nia, Raminten merupakan salah satu ikon pariwisata dan budaya Jogja. Raminten dikenal memiliki banyak usaha seperti toko oleh-oleh, restoran, serta pertunjukan cabaret yang digandrungi oleh turis lokal maupun mancanegara.

Pendiri Raminten, K.M.T. Tanoyo Hamijinindyo atau Hamzah Sulaeman, di Kota Jogja, Senin (19/8/2024).Pendiri Raminten, K.M.T. Tanoyo Hamijinindyo atau Hamzah Sulaeman, di Kota Jogja, Senin (19/8/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

"Film dokumenter ini mengupas tentang warna-warni dunia Raminten, memotret perjalanan sang pendiri, dalam membina dan membesarkan Raminten tidak hanya sebagai sebuah bisnis, tetapi juga sebagai keluarga pilihan atau chosen family," kata Nia Dinata di House of Raminten, Kota Jogja, Senin (19/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Termasuk di dalamnya karyawan, penampil pertunjukan, serta keluarga dan para sahabat. Serta bagaimana kanjeng membangun Raminten sebagai ruang aman untuk berekspresi khususnya lewat pertunjukan Raminten cabaret," sambung dia.

Judul Sementara 'Raminten Universe'

Nia menjelaskan, ide pembuatan film dokumenter itu tercetus sejak lama. Namun, pertama kali dikemukakan pada 2023 ketika sang produser, Dena Rachman, masih berada di London mengerjakan disertasi untuk studi S2-nya mengenai representasi dalam industri film di Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Waktu itu aku ngobrol sama Dena dan aku bilang kita harus bikin film tentang Raminten sebagai bentuk representasi," ujar Nia.

Nia mengerjakan riset untuk film itu sejak April 2024. Adapun proses pengambilan gambarnya sejak Juli 2024. Dia berharap film dokumenter ini akan rampung pada akhir 2024.

Mengenai judul sementara filmnya, 'Raminten Universe', Nia mengatakan judul itu masih bisa berubah seiring proses pengeditan film nantinya.

"Kenapa pilih Raminten Universe, karena luas sekali dan banyak detail serta luas. Pertama yang ingin ditampilkan adalah fakta bahwa beliau pengusaha yang sukses, tetapi untuk menjadi sukses tidak harus membuat orang lain menderita," ungkap Nia.

Nia bilang, untuk menjadi sukses di Indonesia, sebagian orang harus menambang hingga merusak hutan yang ujungnya menimbulkan polusi. Sedangkan yang dilakukan Raminten selama ini banyak bersinggungan dengan inklusivitas dan keberagaman dari usia.

"Seperti ada ibu usia 70 tahun masih bekerja di Raminten dan anak muda juga umur 20-an sudah bekerja di cabaret show," ujarnya.

"Jadi ini jarang terjadi di dunia usaha, seperti orang tua kan sudah jarang bekerja tapi ini ada dan kemudaan tapi ini menyatukan semua tidak hanya gender dan pilihan lifestyle ya, tetapi dari usia berbagai kalangan dan semua keberagaman itu diayomi," imbuh Nia.

Film Nonprofit, Dana Patungan

Nia menjelaskan, film dokumenter Raminten bersifat nonprofit. Adapun dananya dari crowd funding atau patungan dari sejumlah orang.

"Film nonprofit, karena ini semata-mata mendukung kebudayaan dan ingin mempromosikan Jogja sebagai kota yang tidak hanya kental akan budaya Jawa tradisional, tetapi juga kaya akan seni modern kontemporer dengan mengangkat pesan moral bahwa nilai-nilai kebaikan memiliki dampak nyata terhadap hidup orang banyak tanpa memandang perbedaan," ujar Nia.

"Nah, kalau bicara dari mana biayanya ini crowd funding, tetapi lebih ke sebuah lingkaran kecil yang mencintai Jogja. Yang jelas untuk biaya cukup, sesuai," lanjutnya.

Meski bersifat nonprofit, film dokumenter itu rencananya juga bakal tayang di bioskop secara terbatas. Nia memastikan premiere film dokumenter Raminten bakal digelar di Jogja dan mewajibkan semua keluarga besar Raminten untuk menyaksikannya.

"Kalau nonprofit tidak mungkin membuka tiket banyak dan dari segi bioskop tayang limited (terbatas), karena kita juga lihat kota yang bisa menerima keberagaman. Jadi berupaya saja karena sifat awal nonprofit tapi tidak ingin terlalu rugi juga," ucap Nia.

Film dokumenter Raminten juga bakal diikutkan dalam festival-festival film internasional. "Dan tahun depan saya ingin membuat film fiksinya terkait Raminten," katanya.

Respons Raminten

Produser film dokumenter Raminten, Dena Rachman menuturkan secara pribadi sosok Raminten sangat menginspirasi dirinya. Menurut dia, Raminten dan pertunjukan cabaretnya yang populer itu memang menarik untuk diceritakan.

"Jadi mengerjakan dokumenter ini merupakan perjalanan yang sangat luar biasa. Melalui film ini kami berharap dapat menangkap dan menampilkan esensi dari Raminten. Tidak hanya sebagai ikon budaya dan bisnis, tapi juga sebagai bentuk keragaman ekspresi Jogja yang modern sebagai kota yang mempertemukan tradisi dengan inovasi," kata Dena.

Sementara itu Raminten mengaku awalnya tidak menyangka bahwa kisahnya sampai diangkat ke dalam film dokumenter. Dia berharap film tersebut mampu menjadi sarana promosi Jogja ke khalayak luas.

"Kalau syuting seperti ini saya kira baru pertama kali, sebelumnya tidak pernah ada syuting sekomplet ini. Saya harus terima kasih dan gembira sekali bahwa kita dapat disyuting," ucap Raminten.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads