Seniman asal Jogja Ramadhan Arif Fatkhur (32) membuat karya instalasi berbahan baku aluminium yang dikenteng menggunakan metode khusus. Karya yang mejeng di ARTJOG 2024 ini mengusung konsep ramalan, otomotif hingga cerita Habil dan Qabil, seperti apa kisahnya?
Arif Fatkhur menjelaskan karya instalasinya ini berjudul 'Adrenaline of Avantgarde'. Sedangkan medianya dari aluminium yang berpadu dengan teknik kenteng.
"Bahan baku karya saya ini full aluminium lalu dikenteng. Nah, ini kenteng dengan metode pembuatan mal menggunakan kawat, jadi sebenarnya emboss tapi dengan teknik pengentengan," katanya saat ditemui di Jogja National Museum (JNM), Kota Jogja, Sabtu (10/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau emboss kan dicari positif dan negatif, nah kalau pengentengan langsung jadi hanya negatifnya saja," lanjut pria yang kerap disapa Rama ini.
Rama menyebut, pemilihan aluminium sebagai bahan baku karyanya bukan tanpa alasan. Semua itu untuk menonjolkan karakternya di dunia seni rupa dan di sisi lain aluminium harganya terjangkau dan teksturnya mudah dibentuk.
"Kalau aluminium dapat kita stok, dengan mencari di toko material hanya kualitasnya sangat berbeda. Terus kenapa aluminium? Mungkin salah satu karakter yang menciptakan sesuatu yang berbeda untuk dilihat dari seniman-seniman lain, dan penggunaan aluminium sudah sejak tahun 2014-2015," ujarnya.
![]() |
Penyuka mobil klasik ini melanjutkan, pengerjaan karyanya tersebut terbilang cukup memakan waktu. Mengingat jumlah bagian dalam karya instalasinya ini mencapai ribuan.
"Proses pengerjaan sendiri memakan waktu 8 bulan. Rinciannya 4 bulan di rumah dan 4 bulan crossing (bersama) dengan tim ARTJOG, khususnya kuratorial," ucapnya.
Perancang dan pembuatan artistik Museum Purbakala di Sragen, Jawa tengah ini juga mengaku mengalami kendala saat menggarap karyanya tersebut. Kendala itu lebih kepada semakin luasnya space untuk karyanya di ARTJOG.
"Dari tim ARTJOG itu mengamini bahwa karya saya diperbesar tiga kali lipat. Karena awalnya sepertiga ruangan saja, 3x6 meter lalu jadi 9x6 meter. Terus untuk display memakan waktu 8 hari dan melibatkan 6 orang," katanya.
Sedangkan bagian yang paling sulit selama proses pembuatan karya, Rama mengaku pembuatan tengkorak. Lulusan program studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja ini menyebut pembuatan tengkorak ukurannya sama dengan manusia sungguhan.
"Wujud tengkorak yang tidur dan berdiri, karena perbandingan tubuhnya satu banding satu dengan susunan tulang yang sama. Itu lambang dari pencapaian atau kelelahan dalam mengejar sesuatu yang mewah, itu wujudnya tengkorak emas," ujarnya.
Selain itu, kerangka tersebut juga merepresentasikan dari Qabil dan Habil, dua orang putra Adam. Di mana dalam cerita agama bahwa Habil mati karena terbunuh oleh Qabil, saudaranya yang tidak terima oleh perjodohan dan menciptakan pembunuhan pertama kali di dunia.
"Terus 13 kepala yang gede-gede ini representasi dari si Qabil ini menentukan wujud-wujud dari manusia itu sendiri, seperti ada yang seperti tikus, mati terbakar, atau mungkin tertusuk oleh pedang yang merupakan simbol gila perang atau kekuasaan," ucapnya.
![]() |
Konsep Karya Instalasi Usung Idealisme
Pria murah senyum ini juga mengaku butuh waktu yang tidak sebentar agar bisa ikut pameran di ARTJOG. Pasalnya sudah sejak tahun 2012 Rama berusaha ikut namun baru bisa terealisasi tahun ini.
"Ini kali pertama pameran di ARTJOG, perjalanannya itu sejak 2012, 2019 sama 2024 dan yang terakhir ini yang masuk," katanya.
Menyoal konsep, Rama menyebut jika karyanya bercerita tentang konsep idealis dirinya dan juga konsep dari tema dari ARTJOG yaitu, ramalan. Bahkan, untuk memperdalam konsep itu Rama sengaja tidak menggunakan warna-warni pada karyanya.
"Sebenarnya ceritanya selalu menyangkut dengan tema ARTJOG yaitu ramalan. Idealis saya bercerita bahwa ramalan bagi seorang seniman adalah idealismenya masing-masing. Karena kepercayaan tentang ramalan itu mewujudkan sesuatu atau mitos di depan yang bisa terwujud atau tidak," ucapnya.
"Itu adalah bentuk dari sikap seniman yang meramalkan dari bentuk sudut pandang karya. Di sini saya juga sengaja tidak menggunakan cat atau colour untuk merepresentasikan ramalan futuristik ke depan," imbuh Rama.
Mengingat dalam seni, jati diri ini sering menjadi bagian integral dari idealisme penciptaan karya seni, menjadi corak atau karakter dalam setiap karya yang dihasilkan. Dari segi estetika, ramalan memiliki peran yang kuat dalam mewujudkan pengaruhnya di masa depan, sering dikaitkan dengan arahavant-garde.
"Hal ini menjadi indikasi bahwa karya seni memiliki nilai yang sangat dihargai dan kompeten," ujarnya.
Baca selengkapnya di halaman berikut.
"Karena saya dulu bekerja di Museum Sangiran bersama UNESCO dan Pemerintah, sehingga efek-efek dari fosil dan tulang itu menjadikan representasi karya saya yang berkelanjutan terus menerus. Jadi banyak sekali bentuk dari simbol tengkorak dan fosil (pada karya ini)," ucapnya.
Lalu untuk bentuk mobil pada karyanya, Rama mengaku sebagai representasi turangga, dalam artian kendaraan bagi seniman agar terus berlanjut dalam berkarya.
"Kalau mobil-mobil ini penggambaran dari sudut dari simbolis bukan mewujudkan merk A dan A (untuk mobil). Cuma sebagai sarana atau simbol turangga atau kendaraan untuk seniman itu berkelanjutan," ujarnya.
Simak Video "Video: Heboh 10 Nisan Makam di Bantul Dirusak OTK"
[Gambas:Video 20detik]
(apl/apl)
Komentar Terbanyak
Heboh Penangkapan 5 Pemain Judol Rugikan Bandar, Polda DIY Angkat Bicara
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030