10 Contoh Cerita Legenda Berbagai Daerah yang Populer dan Pesan Moralnya

10 Contoh Cerita Legenda Berbagai Daerah yang Populer dan Pesan Moralnya

Muhammad Rizqi Akbar - detikJogja
Jumat, 19 Jan 2024 16:48 WIB
Cerita Nusantara Roro Jonggrang
ilustrasi cerita legenda Roro Jonggrang. Foto: haibunda.com/Mia Kurnia Sari
Jogja -

Cerita legenda adalah jenis cerita rakyat yang diceritakan oleh seseorang kepada orang lain, mulai dari dewasa hingga anak-anak. Biasanya, cerita legenda digunakan untuk mengajarkan pesan moral dan melestarikan budaya setempat.

Awalnya, legenda maupun cerita rakyat berkembang melalui budaya tutur, seperti menjadi cerita dongeng sebelum tidur. Seiring perkembangan zaman, cerita legenda dapat dijumpai dalam bentuk buku, gambar, dan film hingga saat ini.

Mengutip dari buku Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia, berikut adalah beberapa contoh cerita legenda yang populer di Indonesia lengkap dengan pesan moralnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Cerita Legenda Populer di Indonesia

1. Cerita Legenda Roro Jonggrang

Dahulu kala, ada kerajaan bernama Prambanan yang dipimpin oleh Prabu Baka. Ia memiliki putri bernama Roro Jonggrang. Rakyat merasa sejahtera di bawah kerajaan tersebut.

Berbeda dengan Kerajaan Prambanan, Kerajaan Pengging memiliki raja yang buruk. Ia suka berperang dan memperluas wilayah kekuasaannya. Raja Pengging pun memiliki ksatria bernama Bandung Bondowoso.

ADVERTISEMENT

Tak hanya kuat, ia juga sakti. Suatu hari ia diperintahkan untuk menaklukkan Kerajaan Prambanan. Usaha penaklukan pun berhasil dilakukan. Raja Baka tewas, Kerajaan Prambanan pun jatuh pada Kerajaan Pengging.

Tersisa Roro Jonggrang yang ternyata disukai oleh Bandung Bondowoso. Usai kalah, ia malah dipinang oleh Bandung Bondowoso untuk jadi permaisurinya.

Roro Jonggrang sebenarnya tak mau menerima, tapi di sisi lain kasihan dengan rakyat Kerajaan Prambanan. Alhasil, Roro Jonggrang memberikan syarat untuk dibuatkan 1000 candi dan 2 sumur dalam semalam. Ternyata, Bandung Bondowoso menyanggupi. Dengan pasukannya, ia nyaris berhasil membangun candi dalam semalam.

Namun, ia gagal membangun ke-1000 karena pasukannya mengira hari sudah pagi usai mendengar bunyi ayam berkokok. Rupanya, usaha Bandung digagalkan oleh Roro Jonggrang. Mengetahui Roro Jonggrang yang mencuranginya, alhasil putri raja itu akhirnya dikutuk menjadi candi yang ke-1000.

Pesan moral yang bisa dipetik adalah tidak ada pencapaian yang dapat diraih dengan instan. Semuanya butuh proses. Kemudian, janganlah berbuat buruk, kelak keburukan akan berbalik menimpa diri sendiri.

2. Cerita Legenda Danau Toba

Pada zaman dahulu, terdapat pria bernama Toba. Suatu hari, ia hendak memancing. Tapi, apa yang ia tangkap dari pancingan ternyata ikan mas yang kemudian berubah menjadi putri cantik. Putri itu kemudian berterima kasih pada Toba karena membebaskannya.

Putri itu bersedia menjadi istri Toba. Namun dengan syarat, Toba tak boleh menceritakan asal-usulnya. Mereka akhirnya menikah dan memiliki anak yang dinamai Samosir. Samosir tumbuh menjadi anak laki-laki yang aktif tapi sayangnya sedikit nakal.

Suatu ketika, Samosir diminta membawakan bekal makanan untuk ayahnya. Di tengah jalan, Samosir malah memakannya hingga bekalnya sedikit. Sampai pada ayahnya, Toba terkejut bekal yang dibawakan sedikit. Merasa kecewa, Toba malah memarahi Samosir.

Ia melanggar janjinya sampai menyebut Samosir adalah anak ikan yang tidak tahu diuntung. Samosir sontak kaget dan sedih. Ia langsung pulang dan mengadu pada ibunda. Janji yang telah dilanggar akhirnya berbuah pahit. Sang istri dan Samosir tiba-tiba hilang.

Kemudian hilangnya mereka malah berganti menjadi semburan air yang dahsyat dekat tempat tinggalnya. Alhasil, semburan tersebut menjadi danau yang kemudian dinamakan Danau Toba. Sementara, pulau di tengahnya diberi nama Samosir.

Pesan moral yang dapat diambil dari kisah legenda Danau Toba adalah jangan sekali-sekali melanggar janji yang sudah disepakati.

3. Cerita Legenda Situ Bagendit

Situ Bagendit adalah salah satu destinasi wisata di Kabupaten Garut. Terdapat legenda atau cerita rakyat di balik Situ Bagendit. Dahulu, tinggal seorang perempuan bernama Nyai Bagendit. Ia adalah perempuan kaya raya berkat warisan dari mendiang suaminya.

Takut jatuh miskin, Nyai Bagendit terkenal kikir dan tak ramah pada warga sekitarnya. Kalau pun ada yang meminjam uang, Nyai Bagendit memberikan bunga yang tinggi. Bahkan, ia pun tega meminta suruhannya untuk perlakukan peminjam dengan kasar kalau utangnya tak kunjung dibayar.

Suatu hari, datang lah kakek-kakek misterius membawa tongkat. Ia merasa haus dan meminta minum pada Nyai Bagendit. Sudah tertebak reaksi Nyai Bagendit, ia menolaknya. Ia pun masuk ke dalam rumahnya, tanpa sadar bahwa sang kakek menancapkan tongkat di pekarangan rumahnya.

Kakek tersebut kecewa dan akhirnya memutuskan pulang. Ia kemudian menarik tongkatnya dan muncul lah air dari tanah yang keluar sangat deras. Air tersebut lama-kelamaan menjadi genangan dan banjir. Di situ, Nyai Bagendit tak lagi memikirkan nyawa. Ia malah sibuk menyelamatkan harta hingga akhirnya tenggelam sia-sia bersama hartanya.

Pesan moral yang dapat diambil cerita legenda Situ Bagendit adalah jangan kikir dan seringlah bersedekah. Harta yang dibawa sampai mati adalah harta yang sia-sia.

4. Cerita Legenda Siamang Putih

Seorang raja yang bernama Tuanku Raja Kecik mengadakan sebuah pesta untuk mencarikan jodoh bagi cucunya yang cantik jelita, Puti Julian. Pada malam sebelum pesta, Puti Julian bermimpi bertemu dengan seorang pemuda bernama Sutan Rumandung.

Ia kemudian menjadi manusia biasa dan turun ke desa. Ketika turun, di desa sedang ada upacara merti desa. Namun, warga bukan menyambut hangat dan malah mengusir Baru karena penampilannya yang compang-camping.

Beruntung, ia disambut oleh Nyai Latung, wanita tua dari desa tersebut. Baru Klinting kemudian mencari perhatian warga desa dengan menancapkan lidi ke lesung kayu. Ia memberi woro-woro siapa yang berhasil mencabutnya. Ternyata tidak ada yang mencabutnya.

Baru Klinting pun mencabutnya, seketika keluar air dari dalam tanah. Lama-kelamaan, air tersebut menenggelamkan seluruh desa. Genangan air tersebut kemudian dikenal sebagai Rawa Pening.

Pesan moralnya dari cerita legenda ini adalah hargai orang lain dan jangan lah saling membenci. Jangan nilai orang dari penampilan luarnya saja.

5. Cerita Legenda Selat Bali

Dahulu, hiduplah seorang brahmana di Kerajaan Daha, Kediri. Brahmana atau pemuka agama itu bernama Empu Sidi Mantra. Ia sangat dihormati oleh masyarakat karena sakti mandraguna. Hidupnya tenang, damai, dan kaya raya. Ia memiliki seorang putra yang tampan dan gagah bernama Manik Angkeran.

Sayangnya, Manik adalah penjudi. Ia suka berjudi dan sialnya, sering kalah. Hingga suatu saat, ia kebingungan membayar utang dan diburu untuk dibunuh. Ia pun mengadu pada ayahnya, Empu Sidi Mantra. Kebaikan hati sang ayah membuat Manik segera bisa melunasi utangnya.

Empu Sidi Mantra kemudian meminta petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa agar ia bisa melunasi utang anaknya. Saat tengah malam, ia mendengar suara yang sangat jelas. Ia diminta pergi ke kawah Gunung Agung dan menemui Naga Besukih, karena ada harta karun di sana.

Sesampainya di sana, ia bertemu Naga Besukih. Ia pun mengabulkan permintaan hartanya dengan syarat Manik harus berhenti judi. Karena uangnya terlalu banyak tersisa, Manik pun kumat. Ia berjudi dan kalah lagi. Kali ini, Manik yang menemui Naga Besukih, seorang diri.

Bukannya meminta dengan baik, ia malah memotong ekor Naga Besukih. Sontak naga langsung membunuh Manik. Sang ayah pun mencari putranya yang tiba-tiba menghilang. Naga Besukih kemudian mengaku kalau ia membunuh Manik. Ia bisa menghidupkan Manik lagi, dengan syarat Manik tak bisa ikut dengan ayahnya.

Di perjalanan, sang ayah menorehkan tongkat saktinya di tanah. Namun, goresan tongkatnya justru bertambah lebar hingga membuat tanah terbelah dan diisi air laut. Hingga akhirnya menjadi selat yang disebut Selat Bali.

Pesan moralnya adalah jauhi kebiasaan yang membuat rugi. Janganlah berbohong pada orang tua.

6. Cerita Legenda Timun Mas

Mbok Sirni adalah seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat membantunya bekerja. Suatu hari, ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak dengan syarat apabila anak itu berusia enam tahun harus diserahkan ke raksasa itu untuk disantap.

Mbok Sirni pun setuju. Raksasa memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat setelah dua minggu diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti emas.

Kemudian Mbok Sirni membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik yang diberi nama Timun Emas. Semakin hari Timun Emas tumbuh menjadi gadis jelita.

Suatu hari datanglah raksasa untuk menagih janji. Mbok Sirni amat takut kehilangan Timun Emas. Ia pun mengulur janji agar raksasa datang 2 tahun lagi karena semakin dewasa, semakin enak untuk disantap, raksasa pun setuju.

Mbok Sirni semakin sayang pada Timun Emas. Setiap kali ia teringat akan janinnya hatinya menjadi cemas dan sedih. Suatu malam Mbok Sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia harus menemui petapa di Gunung Gundul dan akhirnya pergi di pagi hari.

Di Gunung Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam,dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya di rumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada Timun Emas, dan disuruhnya Timun Emas berdoa.

Pagi hari datang, raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun Emas disuruh keluar lewat pintu belakang untuk Mbok Sirni dan raksasa pun mengejarnya. Timun Emas teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya.

Raksasa memakannya tetapi buah timun tersebut malah menambah tenaga raksasa. Kemudian, Timun Mas menaburkan jarum sampai sekejap tumbuhlah pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar. Timun Emas membuka bingkisan yang berisi garam tersebut dan ditaburkannya.

Seketika hutan pun menjadi lautan luas. Dengan kesaktiannya raksasa dapat melewati. Timun Emas kemudian menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, raksasa pun mati. Akhirnya, Timun Mas dan Mbok Sirni hidup bahagia dengan damai.

Pesan moral dari cerita legenda ini adalah setiap perbuatan jahat akan mendapat balasan dan ganjaran di kemudian hari. Jadi, jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari.

7. Cerita Legenda Asal-usul Pulau Bali

Menurut legenda cerita rakyat yang beredar, Pulau Bali dan Jawa pada awalnya tergabung. Berawal dari kisah Siddhi Mantra, seorang Brahmana yang miliki anak bernama Manik Angkera yang suka menghambur-hamburkan harta Ayahnya dengan cara berjudi.

Siddhi Mantra adalah orang yang kaya raya, namun karena kelakuan anaknya yang mempertaruhkan hartanya dalam berjudi sampai habis, lalu berhutang pada orang lain, melihat kesulitan anaknya konon atas petunjuk Sanghyang Widhi, Sidhimantra menemui Naga Sakti penjaga harta karun di kawah Gunung Agung.

Setelah hutang terbayar atas bantuannya Naga, sayangnya Manik Angkeran masih tetap suka berjudi, demi harta, sang anak menemui sendiri Sang Naga dan berhasil menipunya, karena marah Naga pun membakar Manik Angkeran hingga meninggal.

Siddhi Mantra yang merasa kasihan kepada anaknya, memohon dengan penuh belas kasihan kepada Naga untuk menghidupkan kembali anaknya. Naga yang masih memiliki rasa kasihan itu pun mengabulkan permintaanya.

Setelah Manik Angkera hidup kembali, Siddhi Mantra mengeluarkan mata air persis tepat di antara mereka berdua berdiri, dengan maksud agar anaknya bisa terpisah dengannya dan bisa mandiri.

Lama-kelamaan tanah tempat Mereka berdiri dipisahkan oleh air dan membentuk sebuah pulau kecil. Pulau yang terbentuk itu adalah pulau Bali yang kita kenal sampai sekarang.

Pesan moral dari cerita legenda ini adalah kita harus menjauhi kebiasaan berjudi. Karena merupakan perilaku candu yang mengarah ke berbagai hal yang merugikan.

8. Cerita Legenda Malin Kundang

Di sebuah desa di Sumatera Barat, seorang ibu hidup dengan anaknya yang bernama Malin. Anak tersebut nakal, tetapi cerdas. Bekas luka di punggung tangan kanan Malin Kundang menjadi pertanda bagi ibunya.

Suatu hari, Malin meminta izin kepada ibunya untuk merantau. Ia berjanji kepada ibunya untuk kembali jika telah menjadi pedagang yang kaya raya. Ibunya tentu tidak mengizinkannya.

Ibunya teringat sang suami yang tidak pernah kembali setelah pergi merantau. Namun, Malin berusaha meyakinkan sang ibu yang akhirnya rela melepaskan kepergian anaknya.

Malin Kundang merantau dengan menumpang sebuah kapal milik saudagar kaya raya. Selama di atas kapal itu, Malin belajar banyak kepada para awak kapal.

Sampailah Malin di pulau yang sangat subur. Ia bekerja pada saudagar di sana. Ia pun menetap dan bekerja di sana. Malin sangat rajin, sehingga ia diangkat menjadi pekerja kesayangan. Saudagar itu pun menikahkan anaknya dengan Malin. Malin pun menjadi orang yang kaya raya.

Suatu hari, Malin dan rombongannya pergi berlayar ke kampung halamannya. Ibu Malin sangat gembira ketika melihat sebuah kapal besar bersandar di dermaga. Ia melihat sepasang suami istri berpakaian mewah berdiri di geladak kapal. Ia yakin bahwa pemuda itu adalah anaknya, karena melihat bekas luka di punggung tangan sang pemuda.

"Malin Kundang, Anakku, kau pulang! Kenapa sangat lama kau baru kembali, Nak?" seru sang ibu yang memeluk Malin.

Malin sangat terkejut melihat seorang perempuan tua lusuh tiba-tiba memeluknya. Dilepaskannya rangkulan perempuan itu dengan kasar. Sang istri bertanya siapakah perempuan lusuh tersebut.

Dengan angkuhnya Malin menjawab, "Entahlah, Dik. Kanda rasa ia adalah orang gila yang mengaku-ngaku sebagai ibuku". Sebenarnya, Malin tahu bahwa perempuan itu adalah ibunya. Namun, ia sangat malu mengakui hal itu di depan istri dan anak buahnya.

Ibu Malin sangat terluka. Ia tidak menyangka anaknya tega berlaku kasar dan tak mengakuinya sebagai ibu. la sangat sedih hingga terucap, "Jika ternyata benar kau adalah Malin anakku, biarlah kau menjadi batu!"

Malin Kundang justru tertawa mendengar ucapan ibu tua itu. la segera memerintahkan awak kapal untuk meninggalkan dermaga. Namun, ketika kapal besar itu mulai meninggalkan dermaga, tiba-tiba datanglah badai yang dahsyat. Badai itu menghantam kapal Malin hingga hancur. Di tengah kepanikan, tubuh Malin Kundang menjadi kaku dan mengeras menjadi sebuah batu.

Sampai kini, batu Malin Kundang masih dapat dilihat di Pantai Aia Manih (Air Manis), di Sumatera Barat.

Pesan moralnya adalah sayangilah ibunda karena perjuangannya melahirkan, merawat, serta mendidik tak ada bandingannya dengan apapun yang dilakukan anak.

9. Cerita Legenda Gunung Merapi

Disebutkan dalam Babad Tanah Jawa, Panembahan Senopati sedang bertapa di Nglipura, dekat Bantul. Setelah selesai bertapa, kemudian Ki Juru Mertani bertanya kepadanya, "Apakah yang kau dapatkan di dalam tapamu?".

Panembahan Senopati menjawab, "Saya mendapatkan lintang johar di Nglipar". Segera Ki Juru Mertani bertanya kembali, "Apakah lintang johar Itu mampu menghilangkan marabahaya?". "Tidak, Paman", ujar Panembahan Senapati. "Kalau begitu, bertapalah lagi", kata Ki Juru Mertani.

Ki Juru Mertani melanjutkan perkataannya. "Hanyutkanlah sebatang kayu di sungai. Naiklah kau di atas kayu yang hanyut itu. Setelah sampai di Laut Kidul, kau akan menjumpai Ratu Kidul". Panembahan Senapati menjalankan apa yang dikatakan Ki Juru Mertani.

Di dalam Babad Tanah Jawa, disebutkan tentang pertemuan Panembahan Senopati dan Ratu Laut Kidul. Ratu Laut Kidul bersedia membantu Panembahan Senopati dengan bala tentara makhluk halus. Panembahan Senopati kemudian menemui Ki Juru Mertani.

"Nah, sekarang apa yang kau dapatkan dari tapamu?".

"Benar kata paman, saya dapat bertemu dengan Ratu Kidul".

"Lantas, apa yang kau dapatkan?", tanya Ki Juru Mertani.

"Saya diberi minyak Jayeng Katong dan Telur Degan", jawab Panembahan Senapati.

"Telur yang kau dapatkan itu berikanlah pada Juru Taman", kata Ki Juru Mertani.

Singkat cerita, setelah Ki Juru Taman memakan telur itu. Terjadi keanehan dalam diri Ki Juru Taman. Tubuhnya berubah wujud menjadi raksasa yang besar dan mengerikan. Selanjutnya, raksasa itu ditugaskan menjaga Gunung Merapi.

Adapun tempat penjagaannya adalah Plawangan. Maka, apabila terjadi bencana yang diakibatkan oleh Gunung Merapi, raksasa itulah yang menjaga dan menahan agar bencana tidak menjalar ke arah selatan, khususnya Keraton Yogyakarta. Itulah sebabnya, lahar yang disemburkan Gunung Merapi tidak pernah mengalir ke selatan.

Dengan demikian, daerah sebelah selatan senantiasa terhindar dari bencana, sedangkan minyak Jayeng Katong diperintahkan agar dibuang. Namun sebelumnya, dibuka dahulu dan diusapkan pada dua anak laki-Iaki dan perempuan yang ada di sana.

Setelah terkena Jayeng Katong, raga keduanya tidak kelihatan. Si anak laki-laki yang tidak nampak itu dijuluki Kyai Panggung, sedangkan si anak perempuan menjadi Nyai Koso. Sampai sekarang, mereka dipercayai masih setia menjaga Beringin Putih di utara masjid yang ada di sebelah selatan jalan.

10. Cerita Legenda Gunung Bromo

Gunung Bromo merupakan salah satu gunung berapi aktif di Jawa Timur yang memiliki cerita legenda tentang asal usul gunung Bromo.

Menurut legenda setempat, dahulu kala ada seorang putri bernama Rara Anteng yang merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit. Ia sangat cantik dan bijaksana sehingga banyak pangeran yang ingin bertemu dan meminangnya.

Namun, Rara Anteng tidak mau menikah kecuali dengan syarat sang pangeran harus dapat membangun sebuah kuil dalam semalam. Salah satu pangeran yang bernama Raden Bromo mencoba untuk memenuhi syarat tersebut dengan bantuan jin.

Akan tetapi, setelah hampir berhasil, tindakan curang Raden Bromo membuat Rara Anteng murka dan ia mengubah Raden Bromo menjadi gunung berapi. Hingga kini, Gunung Bromo masih dianggap sebagai perwujudan dari Raden Bromo yang tersisa.

Demikian beberapa contoh cerita legenda yang populer di Indonesia. Semoga bermanfaat, Dab!




(apl/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads