Sejarah Gereja Kidul Loji Santo Fransiskus Xaverius, Tertua di Jogja!

Sejarah Gereja Kidul Loji Santo Fransiskus Xaverius, Tertua di Jogja!

Nur Umar Akashi - detikJogja
Senin, 08 Jan 2024 14:57 WIB
Gereja Kidul Loji Santo Fransiskus Xaverius, Jogja.
Gereja Kidul Loji Santo Fransiskus Xaverius, Jogja. (Foto: Dok. Laman Resmi Keusukupan Agung Semarang)
Jogja -

Selain terkenal dengan adat-istiadat dan kulinernya, Jogja juga memiliki segudang bangunan bersejarah. Salah satunya adalah Gereja Santo Fransiskus Xaverius yang disebut-sebut sebagai gereja tertua di Jogja.

Gereja Santo Fransiskus Xaverius terletak di Jalan Panembahan Senopati Nomor 22, Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan, Jogja. Lokasinya berada dekat dengan wilayah Titik Nol Jogja.

Tahun berapa Gereja Santo Fransiskus Xaverius dibangun? Bagaimana perkembangannya? Apakah ia memiliki nama lain? Yuk, simak sejarah dan informasinya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Pendirian Gereja Santo Fransiskus Xaverius

Menyadur tulisan dalam Jurnal Arsitektur Pendapa berjudul "Pemrograman Arsitektur Gereja St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta" oleh YD. Krismiyanto, tidak ditemukan catatan resmi terkait waktu pembangunan gereja ini.

Hal senada juga diungkapkan laman resmi Keuskupan Agung Semarang. Hanya disebutkan bahwa pendirian gereja ini sekiranya pada tahun 1800-an. Bukti penguatnya adalah fakta bahwa pada 3 Desember 1812 telah tercatat pembaptisan sejumlah 32 orang di gereja ini.

ADVERTISEMENT

Artinya, pembangunannya tentu lebih awal lagi. Penggunaan bangunan Gereja Santo Fransiskus Xaverius sendiri secara resmi baru terjadi pada 7 Juni 1871. Bangunannya kemudian dinobatkan sebagai gereja tertua di Jogja.

Lantas siapakah yang membangun gereja ini? Ia adalah Pater Yohanes Baptista Polinckx. Ia membangunnya setelah membentuk pastoran di Jogja. Awal mula pendiriannya adalah untuk memenuhi kebutuhan prajurit Belanda di Jogja akan tempat ibadah.

Perkembangan Gereja Santo Fransiskus Xaverius

Sejak pembaptisan yang dilakukan pada 1812 tersebut, umat Katolik di wilayah tersebut semakin berkembang. Tercatat, pada 1865, jumlah orang Katolik mencapai angka 950. Kesemuanya dibimbing oleh seorang pastor Jesuit, Pastor YB Polinckx.

Gereja Kidul Loji, nama lain Gereja Santo Fransiskus Xaverius, juga menjadi saksi bisu pelaksanaan pembaptisan terhadap lebih dari 500 orang. Pembaptisan ini menjadi cikal bakal berdirinya Yayasan Kanisius yang berkembang pesat hingga hari ini.

Setelah masa pendudukan Jepang, Gereja Londo (nama lainnya) berstatus gereja stasi sebagai bagian Paroki Bintaran. Baru pada 1986, Gereja Santo Fransiskus Xaverius diakui sebagai paroki tersendiri dengan pastornya, Aloysius Wahyasudibya Pr.

Setelah pastor Aloysius, reksa pastoral paroki di gereja ini diserahkan kepada pastor-pastor Yesuit hingga tahun 1989. Karena jumlah umat Katolik terus berkembang dengan pesat, maka pada 1975, dilakukan pemugaran.

Pemugaran ini hanya sebatas pembuatan pintu samping kanan dan kiri, dinding depan, dinding panti imam, serta pemberian wajah artistik di altar. Bagian lain dari Gereja Santo Fransiskus Xaverius tidak mengalami perubahan.

Pada 1992, Keuskupan Agung Semarang menyetujui sebuah rencana renovasi gereja tertua ini. Bahkan, sang uskup menyarankan agar kapasitasnya ditambah hingga mencapai 1.000 orang. Hal ini sebagai bentuk persiapan menghadapi masa yang akan datang.

Nama Gereja Santo Fransiskus Xaverius, Kidul Loji, dan Londo

Masih menyadur informasi dari laman Keuskupan Agung Semarang, nama dari gereja ini bersumber dari tanggal pelaksanaan pembaptisan pertama, yakni 3 Desember. Sebagaimana yang kita ketahui, tanggal 3 Desember adalah hari raya Santo Fransiskus Xaverius.

Gereja tertua di Jogja ini juga memiliki dua nama lain, yakni Kidul Loji dan Londo. Berdasar informasi dari laman resmi Pemerintah DIY, nama Kidul Loji muncul karena lokasinya yang berada di sebelah selatan Loji. Loji sendiri adalah benteng dan yang dimaksud adalah Benteng Vredeburg.

Sementara itu, nama Londo muncul karena pada awalnya, warga pribumi banyak melihat umat Katolik dari warga Belanda di gereja tersebut. Londo adalah sebutan dari warga pribumi untuk orang Belanda pada masa penjajahan.

Nah, demikianlah sejarah Gereja Santo Fransiskus Xaverius, gereja tertua di Jogja. Semoga informasi yang disampaikan bermanfaat, ya!




(rih/dil)

Hide Ads