Riwayat Hidup Syekh Ngabdullah alias Ki Ageng Wanasaba Cucu Brawijaya V

Riwayat Hidup Syekh Ngabdullah alias Ki Ageng Wanasaba Cucu Brawijaya V

Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Kamis, 28 Des 2023 16:08 WIB
Candi Dukuh di Semarang Peninggalan Brawijaya V
Ilustrasi riwayat hidup Syekh Ngabdullah-Candi Dukuh di Semarang Peninggalan Brawijaya V. Foto: dok. Antara
Jogja -

Raja Brawijaya V memiliki lebih dari 100 keturunan yang kelak menjadi leluhur berbagai dinasti. Dari anaknya yang bernama Bondan Kejawan, lahirlah Ki Ageng Wanasaba. Lantas, seperti apa kisah hidupnya?

Diambil dari buku Babad Glagahwangi yang ditulis oleh Suparman Al Fakir, pernikahan Raden Bondan Kejawan dengan Dewi Nawangsih menghasilkan tiga anak, antara lain Raden Depok Tarub, Raden Dukoh Manis, dan Dewi Rara Kasiyan.

Raden Depok Tarub merupakan nama asli dari Ki Ageng Wanasaba yang terkenal sebagai pemimpin hebat dengan kemampuannya menyebarluaskan ajaran Islam di Kabupaten Wonosobo. Karena itu, ia pun juga dijuluki sebagai Ki Ageng Dukuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Riwayat Hidup Syekh Ngabdullah alias Ki Ageng Wanasaba

Keluarga Ki Ageng Wanasaba

Masih dikutip dari sumber di atas, Ki Ageng Wanasaba disebutkan sebagai kakak sulung dari Ki Ageng Getas Pendawa dan Nyai Ageng Ngerang, di mana Ki Getas Pendawa adalah ayah dari Ki Ageng Selo.

Setelah menikah, Ki Ageng Wanasaba memiliki dua orang anak, antara lain sebagai berikut:

ADVERTISEMENT

Raden Madipandan atau Ki Ageng Pandanaran, mempunyai putra Ki Ageng Pakiringan, mempunyai putra Ki Ageng Saba, mempunyai putra Ki Sabajawi dan Nyai Sabinah. Kemudian, Nyai Sabinah menikah dengan Ki Ageng Pemanahan dan berputra Panembahan Senopati.

Rara Jinten Wangi, mempunyai putra bernama Rara Mas Pandanwangi, mempunyai putra Rara Mas Pandan Janten, Rara Mas Janten Waskitojawi, yang lalu dinikahi oleh Panembahan Senopati dan berputra Susuhunan Hanyakrawati.

Dijuluki Syekh Ngabdullah

Jika memperhatikan nama-nama yang sezaman dengan Ki Ageng Wanasaba, dapat dipastikan bahwa Ki Ageng Wanasaba hidup pada periode akhir Kerajaan Demak (1500-1550 M) atau pada masa pemerintahan Kerajaan Pajang (1569 M) dan awal Kerajaan Mataram Islam.

Rentang waktu ini jauh sebelum Sultan Agung, bahkan ada kemungkinan sezaman dengan Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya, sang pendiri Kerajaan Mataram Islam yang memerintah antara tahun 1587-1601 M.

Julukan Syekh Ngabdullah melekat pada Ki Ageng Wanasaba ketika ia melakukan perjalanan ke Cirebon untuk mendapatkan pengajaran dari Sunan Gunung Jati. Berkat kecerdasan dan kealimannya, ia kemudian diangkat sebagai menantu oleh Sunan Gunung Jati dan namanya diubah menjadi Syekh Kabidullah (Syekh Abdullah al-Akbar) sebagai penghormatan.

Pada zaman Kerajaan Demak, Ki Ageng Wanasaba diutus untuk menyebarkan ajaran Islam di Wonosobo, dan akhirnya diberi gelar Ki Gede Wanasaba.

Menyebarluaskan Ajaran Islam di Wonosobo

Mengutip dari artikel jurnal berjudul Islamisasi di Wonosobo pada Masa Demak dan Mataram Islam karya Ida Nur Azizah, mayoritas masyarakat Wonosobo masih menganut agama Hindu-Buddha kala itu.

Mereka meyakini adanya dewa yang menguasai alam semesta sehingga harus disembah. Meskipun Ki Ageng Wanasaba datang, bukan berarti penduduk Wonosobo beralih ke agama Islam secara masif. Ini disebabkan oleh keteguhan masyarakat setempat terhadap kepercayaan lama.

Namun, Ki Ageng Wanasaba yang merupakan murid dari Sunan Gunung Jati tidak kenal lelah. Melihat kemampuannya dalam olah roso dan olah bathin, ia pun dipanggil sebagai Ki Ageng Manahan. Dalam konteks ini, Manah memiliki arti hati, rasa, dan batin.

Makam Ki Ageng Wanasaba

Setelah memimpin daerah Plobangan di Wonosobo dari tahun 1489-1529, Ki Ageng Wanasaba meninggal pada tahun 1529 dan dimakamkan di pemakaman Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto.

Lantas, kepemimpinannya pun dilanjutkan oleh Ki Ageng Wanasaba II yang memerintah hingga tahun 1540. Tak jauh dari makam Ki Ageng Wanasaba, terdapat tiga makam yang merupakan peristirahatan pengikut dan santrinya, termasuk makam Kyai Chotik yang terletak di bawha pohon beringin tua.

Demikian kisah hidup Ki Ageng Wanasaba yang ternyata merupakan leluhur dari pendiri Mataram Islam. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Jihan Nisrina Khairani Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(cln/apu)

Hide Ads