Raja Brawijaya V adalah salah satu raja legendaris Majapahit yang memiliki banyak keturunan. Salah satu di antaranya adalah Raden Patah yang dikenal sebagai pendiri Kesultanan Demak. Lantas, bagaimana sepak terjang kehidupan Raden Patah?
Nama Raden Patah sendiri terkenal sebagai seorang pendiri Kesultanan Demak. Selain itu, dirinya juga dikenang dalam sejarah sebagai orang yang mengutus Pangeran Sabrang Lor atau Pati Unus untuk menghajar Portugis di Malaka.
Nah, agar detikers dapat mengetahui secara rinci tentang cerita kehidupan yang dilalui Raden Patah, yuk, simak ceritanya di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riwayat Hidup Raden Patah
Putra Brawijaya V dan Selir China
Mengutip artikel berjudul "Peran Raden Patah dalam Mengembangkan Agama Islam di Demak Tahun 1478-1518" oleh R. Nurcahyo Yogyanto, Raden Patah merupakan anak Raja Brawijaya V dengan seorang putri dari Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China/Tionghoa.
Sang putri dihadiahkan kepada Raja Brawijaya V sebagai tanda persahabatan. Akibat kepintaran dan kecantikannya yang begitu memesona, Raja Brawijaya V lantas jatuh cinta padanya.
Saking cintanya, dikabarkan bahwa ia menuruti semua kemauan putri kecintaannya itu. Keinginan-keinginan sang putri beragama Islam itu menyebabkan banyak pertentangan dan masalah dalam Istana Majapahit.
Hal ini semakin diperparah dengan fakta bahwa sebelum putri China itu tiba, Raja Brawijaya V telah memiliki permaisuri bernama Putri Dwarawati dari Kerajaan Champa (Kamboja).
Putri Dwarawati tersebut merasa cemburu dan meminta Raja Brawijaya V untuk mengusirnya. Dengan desakan yang terus-menerus, Raja Brawijaya V kemudian mengusir putri yang tengah mengandung itu dan menghadiahkannya pada Adipati Palembang, Arya Damar.
Di Palembang itulah Raden Patah kemudian dilahirkan. Versi lain menyebutkan bahwa Putri China yang disebutkan di atas bukanlah anak Kaisar Yan Lu, melainkan anak seorang saudagar dan ulama bernama Syaikh Bantong (Tan Go Hwat) sebagaimana dikutip dari detikEdu. Putri tersebut diyakini bernama Siu Ban Ci dan makamnya kini dapat ditemui di wilayah Gresik.
Raden Patah, Raden Kusen, dan Daerah Bintara
Nama "Raden Patah" sejatinya baru didapatkan usai dirinya berhasil membuka Kesultanan Demak. Menyadur informasi dari sumber yang sama, nama kecil Raden Patah adalah Pangeran Jimbun.
Dari Arya Damar dan Siu Ban Ci, Raden Patah memiliki saudara bernama Raden Kusen/Husen. Keduanya tumbuh bersama sejak kecil. Berdasar penuturan dalam Babad Tanah Jawi karya W. L. Olthof, usai cukup umur, Raden Patah diminta untuk memimpin Palembang.
Putra Brawijaya V itu lantas menolaknya dan kabur ke hutan. Raden Kusen yang menyadari hilangnya sang kakak tiri kemudian menyusul. Tatkala bertemu, keduanya bersepakat untuk mengabdi pada Raja Brawijaya V di Majapahit.
Setelah perjalanan, keduanya tiba di Ampel Denta pada tahun 1419 Masehi. Raden Patah yang telah memeluk Islam kemudian menolak untuk melanjutkan niatnya mengabdi pada Majapahit dan memilih mendalami ilmu agama di pesantren besutan Sunan Ampel tersebut.
Di sisi lain, Raden Kusen melanjutkan perjalanannya dan kemudian diangkat menjadi Adipati Terung. Di Ampel Denta, Raden Patah menekuni agama bersama Raden Paku (Sunan Giri), Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Qosim (Sunan Drajat).
Mengutip skripsi berjudul "Manajemen Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Ziarah pada Makam Raden Fatah Demak" oleh Fitri Nur Faizah, kecerdasan Raden Patah dalam menghafal Al-Qur'an, memahami kitab klasik, seluk-beluk strategi perang, dan kesusasteraan membuat Sunan Ampel terkesan.
Setelah beberapa saat, Raden Patah dinikahkan dengan Putri Nyai Ageng Maloka, cucu Sunan Ampel. Sunan Ampel lalu memberi petunjuk tempat yang cocok bagi Raden Patah untuk berdakwah. Tempat tersebut memiliki ilalang yang harum baunya. Kelak, tempat harum itu akan dikenal dengan nama Bintara.
Raden Patah Mendirikan Kesultanan Demak
Usai tiba di wilayah Desa Glagahwangi (Bintara), Raden Patah lantas mendirikan pondok pesantren. Lama-kelamaan, banyak orang yang datang untuk belajar. Tempat tersebut kemudian menjadi ramai dan menjadi pusat penyiaran Agama Islam.
Berkat keberhasilan Raden Patah, Wali Songo lantas meresmikan Masjid Pondok Pesantren Glagahwangi pada tahun 1475 sekaligus mengangkat Raden Patah sebagai Bupati Glagahwangi.
Hanya dalam dua tahun, agama Islam di wilayah tersebut mengalami peningkatan yang begitu pesatnya. Karenanya, masjid pondok pesantren milik Raden Patah kemudian dirombak menjadi masjid kadipaten di tahun 1478.
Raden Patah sendiri diangkat sebagai Sultan Demak oleh Wali Songo pada tahun 1478. Dirinya menjadi sultan dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar. Berdirinya Kesultanan Demak menyebabkan banyak wilayah bekas Majapahit yang bergabung, seperti Tuban, Gresik, Pati, Jepara, dan Kudus.
Raden Patah di Kesultanan Demak
Raden Patah berkuasa di Demak terhitung sejak tahun 1500-1518 dengan masa kejayaan pada tahun 1511. Sumber lain menyebut bahwa Putra Brawijaya V tersebut telah berkuasa di Demak sejak 1478.
Dalam masa kepemimpinannya, Raden Patah berhasil membawa Demak untuk memperluas wilayahnya, mengembangkan agama Islam, menerapkan prinsip kerja sama antara ulama dan penguasa, dan memperbaiki sistem pertahanan kerajaan.
Raden Patah juga berhasil menaklukkan Girindra Wardhana, penguasa Majapahit seusai Raja Brawijaya V. Pada tahun 1511, Raden Patah mengirim anaknya, Pati Unus yang bergelar Pangeran Sabrang Lor untuk menggempur Portugis di Malaka.
Usaha tersebut gagal dan nantinya akan dilanjutkan lagi oleh Pati Unus tatkala dirinya naik tahta sebagai Sultan Demak. Dalam bidang pengembangan Agama Islam, Raden Patah sukses mendirikan Masjid Agung Demak pada tahun 1479.
Pendirian masjid ini dibantu oleh para Wali Songo. Masjid Agung Demak menjadi markas para wali untuk mengadakan Sekaten. Selain itu, para alim ulama juga melangsungkan pengajian akbar untuk menuntun pengucapan dua kalimat syahadat di tempat tersebut.
Raden Patah meninggalkan Kitab Hukum Salokantara, Serat Angger-Angger Suryagalam dan Serat Surya Galam. Buku Salokantara berisikan hukum syariat Islam di wilayah kekuasaan Raden Patah dengan bahasa yang "nyastra".
Sementara itu, Serat Angger-Angger Suryagalam dan Serat Surya Galam mengatur tentang ketentuan perdata, hukum ekonomi, hukum pidana, dan hukum acara di pengadilan.
Wafatnya Raden Patah, Sang "Pembuka"
Raden Patah wafat pada tahun 1518 dalam usia 63 tahun. Sang Pembuka (dalam bahasa Arab, patah atau fatah berarti pembuka) dikuburkan di belakang Masjid Agung Demak.
Jabatannya digantikan oleh Pati Unus yang mulai memerintah terhitung sejak tahun 1518 dengan gelar Raden Abdul Qadir bin Yunus.
Nah, demikianlah sepak terjang Raden Patah, Putra Brawijaya V yang berhasil mendirikan Kesultanan Demak dan memberikan banyak kontribusi bagi Islam. Semoga informasi yang disampaikan bermanfaat!
(rih/ahr)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM