Keraton Jogja memiliki beragam jenis pohon yang ditanam di lingkungan keraton. Ternyata ada makna filosofis di balik pohon-pohon yang ditanam keraton. Apa saja?
Kompleks Keraton Jogja ditumbuhi pepohonan yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda. Beberapa pohon yang ada di lingkungan Keraton Jogja dipercaya telah berumur hingga ratusan tahun.
Aneka Pohon yang Tumbuh di Keraton Jogja dan Filosofinya
Setiap jenis pohon yang ada di Keraton Jogja juga dipercaya mengandung nilai filosofisnya masing-masing. Berikut penjelasan tentang nilai filosofis pohon-pohon di Keraton Jogja, mulai dari pohon mangga sampai pohon kemuning.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mangga
![]() |
Mangga merupakan salah satu pohon buah dengan nama ilmiah Mangifera indica. Keraton Jogja memiliki berbagai pohon mangga dengan varietas yang berbeda.
Carik Kawedanan Radyo Kartiyoso, RA. Siti Amiroel Noorsoendari (50) mengatakan varietas mangga yang ada seperti mangga cempuro, sengir, harum manis rojo, dan harum manis jowo yang tersebar di berbagai lokasi.
"Di Sitihinggil ada pohon mangganya, di sebelah timur ada 2 atau 3 pohon. Di Kedaton area Kesatrian ada pohon mangga 5 atau lebih. Kemudian saya menemukan itu di Keputren, di Keputren ada satu lokasi khusus yang isinya mangga semua," ujar Siti Amiroel kepada detikJogja, Rabu (20/12/2023).
Amiroel menjelaskan filosofi dari mangga yang ada di lingkungan keraton diambil dari bahasa Jawa yaitu pelem. Pelem dikaitkan dengan kata gelem yang artinya mau sehingga bermakna apapun yang diberikan harus diterima.
"Makanya prinsip sendiko dawuh dari situ. Jadi apa pun yang ada di depan kita harus kita terima nggak bisa kita tolak entah itu kadang jauh dari logika kita harus kita terima," ucapnya.
Dia menyebut buah mangga yang telah jatuh di area keraton boleh dimakan. Dia menyebut buah yang ada di lingkungan keraton diyakini sebagai berkah.
"Apapun yang didapat dari keraton itu berkah untuk kita. Kenapa berkah? Karena kalau di keraton itu sering ada ritual, acara doa, dan lain sebagainya. Ketika benda-benda banyak didoakan lebih banyak manfaat daripada yang nggak," jelasnya.
Beringin
Beringin juga salah satu jenis pohon yang bisa ditemukan di lingkungan Keraton Jogja. Pohon beringin sering dijumpai di tengah Alun-alun Utara dan Selatan. Pohon ini memiliki nama latin Ficus benjamina dan tergolong dalam famili Moraceae.
Amiroel menyebutkan pohon beringin sering dianggap sakral. Pohonnya dapat menyimpan banyak oksigen dan air sehingga dianggap perlu dilestarikan agar tidak mendatangkan bencana.
"Pohon beringin kemudian dilindungi semua orang karena orang berpikir kalau pohon beringin itu tumbang maka airnya akan berkurang. Kehidupan kita jadi rusak atau tidak sejahtera," ungkap Amiroel.
Sawo Kecik
![]() |
Berdasarkan papan informasi yang ada di Keraton Jogja, pohon sawo kecik memiliki nama ilmiah Manilkara kauki. Pohon ini berasal dari Asia tropis dan tumbuh di wilayah pesisir. Sawo kecik banyak ditanam di pelataran keraton dan kediaman para pangeran.
Amiroel menerangkan makna sawo kecik diambil dari kata sarwo becik yang artinya senantiasa dalam kebaikan. Dengan menanam pohon ini, diharapkan juga akan mendatangkan kebaikan sehingga seseorang dapat bermanfaat dan memberi dampak positif bagi orang lain.
"Diharapkan ketika kita menanam sawo kecik itu akan mendatangkan kebaikan kebaikan di samping itu juga adalah reminding buat kita ketika bahwa kita menjadi teladan di sekitar, harus bisa bermanfaat bagi semua orang," tutur Amiroel.
Kepel
![]() |
Mengutip papan informasi yang ada di Keraton Jogja, kepel atau kepel watu adalah pohon yang tersebar secara alami di Asia Tenggara. Pohon ini ditanam secara masif di lingkungan keraton pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Amiroel menjelaskan filosofi dari kepel adalah persatuan dan kesatuan. Hal ini dikaitkan dengan bentuk buahnya yang menyatu dengan biji dan kulitnya sehingga tidak bisa terpisahkan.
"Kepel itu kan kaya persatuan kesatuan yang tidak pernah bisa tergantikan oleh apapun karena kepel itu buah, biji, sama kulitnya kan jadi satu. Jadi tidak bisa dipisahkan," ujar Amiroel.
Jambu Dersono
Jambu dersono yang memiliki nama ilmiah Syzygium malaccense banyak dijumpai di lingkungan keraton. Buah dari jambu dersono berwarna merah dan banyak menyimpan air layaknya jambu air.
"Kalau menurut saya ders itu dingin, sono itu tempat, jadi dersono tempat yang dingin dan sejuk," ucapnya.
Amiroel menjelaskan filosofi jambu dersono menggambarkan tempat yang dingin dan sejuk.
"Buahnya juga banyak airnya bikin dingin jadi ketika kita melihat jambu dersono mengingatkan kita kalau punya hati yang dingin tidak gampang marah," imbuhnya.
Kol Banda
![]() |
Kol banda atau Pisonia grandis adalah pohon yang dapat dijumpai di area keraton. Pohon ini mulai banyak ditanam pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pohonnya tumbuh lurus dengan daun berwarna hijau muda dan memiliki akar serabut.
Amiroel menjelaskan pohon ini digunakan dalam permainan anak. Pohon ini dilambangkan sebagai bentuk kekuatan atau kekokohan yang harus dimulai dengan mempunyai akar yang kuat untuk dapat tumbuh tinggi.
"Jadi apapun kekuatannya ketika akarnya nggak kuat dan nggak kokoh itu akan jatuh. Jadi bagaimana kita bisa ke atas lurus tapi tetap memiliki akar yang kuat walaupun akarnya kecil," jelasnya.
Keben
![]() |
Pohon keben dapat dijumpai dekat loket dan pintu masuk Keraton Jogja. Mengutip papan informasi yang ada di Keraton Jogja, pohon ini merupakan vegetasi pesisir yang tersebar di Samudra Hindia, India, Sri Lanka, Indonesia, Australia, dan Samoa.
Pohon keben telah ditanam sejak pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I sebagai penghormatan karena telah menyelamatkan Sultan dari serangan VOC.
"Jadi ketika beliau sudah kepepet dikejar belanda akhirnya beliau lari ke daerah payau, di mana disitu ada pohon keben, kemudian beliau bersembunyi di sana di mana kalau orang belanda kalau di air itu kan nggak mau," jelas Amiroel.
"Akhirnya nunggu sampai belanda balik ke basecamp-nya kemudian beliau bisa lolos. Kemudian dicoba untuk ditanam di sini ternyata hidup," lanjutnya.
Kemuning
Pohon kemuning memiliki nama ilmiah Murraya paniculata. Berdasarkan papan informasi, kemuning berfungsi sebagai tanaman hias dan dimanfaatkan juga sebagai obat dan media ritual. Makna dari pohon ini sebagai pengingat agar selalu berbuat baik.
"Kemuning itu lebih kepada tanaman perlindungan, jadi kemuning termasuk seperti pohon nagasari, dewandaru, seperti itu. Kemuning itu seperti penyeimbang yang ada di sini," ujar Amiroel.
"Konon katanya kemuning itu tempatnya hantu. Akan tetapi, semuanya itu hanya reminding bagi kita semua bahwa makhluk Allah nggak cuma manusia, pohon, hewan, tapi ada makhluk yang tidak terlihat yang itu juga ciptaan-Nya," pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Jihan Nisrina Khairani, Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Pemanfaatan Terhalang Oleh Ormas Yang Belum Termediasi"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030