Aksara Jawa menjadi salah satu aksara tradisional yang berkembang di Pulau Jawa dan masih sering digunakan hingga saat ini. Dalam aksara Jawa, dikenal juga terdapat aksara swara, murda, dan rekan. Lantas, apa perbedaannya?
Aksara Jawa telah dipakai sejak zaman dulu untuk menulis naskah-naskah, kitab, tembang, prasasti, dan surat. Huruf-hurufnya dikenal sebagai Hanacaraka yang merupakan gabungan huruf Kawi dan Abugida.
Pada aksara Jawa, ditemukan ada 3 jenis aksara yang terdiri dari aksara swara, murda, dan rekan. Berikut penjelasan mengenai perbedaan dari ketiga aksara tersebut dikutip dari buku 'Pedoman Penulisan Aksara Jawa' yang diterbitkan Yayasan Pustaka Nusatama bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DIY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan 3 Jenis Aksara Jawa
Aksara Swara
Aksara swara atau dikenal aksara suara memiliki lima buah huruf, yaitu a, Γ©, i, o, dan u. Aksara swara berguna ketika menulis aksara vokal yang menjadi suku kata terutama kata-kata dari bahasa asing yang membutuhkan pelafalan yang lebih tegas.
Aksara swara tidak memiliki aksara pasangan sehingga aksara sigegan yang terdapat di depannya harus dimatikan dengan pangkon. Aksara ini dapat diberi sandhangan berupa wignyan, layar, dan cecak.
Aksara swara dapat digunakan dipakai untuk menulis nama diri atau sesuatu yang dihormati. Contoh kata-kata yang menggunakan aksara swara adalah Kitab Al-Qur'an, iklan, organisasi, dan urbanisasi.
Aksara Murda
Aksara murda terdiri dari tujuh buah huruf, yaitu na, ka, ta, sa, pa, ga, dan ba. Aksara murda digunakan untuk menuliskan nama gelar, nama diri, nama geografi, nama lembaga pemerintah, dan nama lembaga berbadan hukum.
Aksara murda jumlahnya hanya terbatas, tidak semua aksara yang ada di carakan memiliki aksara murda. Oleh karena itu, pemakaian aksara murda tidak identik dengan pemakaian huruf kapital di dalam ejaan Latin.
Ketika menulis aksara murda, hurufnya tidak bisa digunakan untuk konsonan penutup (sigeg) atau huruf akhir sebuah suku kata. Ketika terdapat sigeg, maka harus ditulis huruf pokoknya.
Aksara murda juga memiliki pasangannya yang diletakkan pada bagian depan dari kata yang digunakan. Kata-kata yang menggunakan aksara murda sebagai contoh Kali Krasak, Kabupaten Kudus, Tawangmangu, dan Raden Gandamana.
Aksara Rekan
Aksara rekan atau rekaan berjumlah lima buah huruf yang terdiri dari kha, dza, fa/va, za, dan gha. Aksara ini digunakan ketika menulis aksara konsonan pada kata-kata asing yang tetap dipertahankan seperti kata aslinya. Sebagai contoh kata-kata dari bahasa Arab yang masih digunakan.
Dalam menulisnya, aksara rekan dapat menjadi aksara pasangan, dapat diberi pasangan, dan dapat diberi sandhangan. Pada aksara yang berbunyi paling mendekati bunyi bahasa asing yang dimaksud akan diberi tanda tambahan berupa tiga titik (cecak telu) pada aksara tersebut.
Contoh kalimat yang ditulis menggunakan aksara rekan adalah Khatib arep khutbah, orang zalim malas berzikir, buku iki ukuran folio. Kemudian kata-kata yang menggunakan aksara rekan seperti ghofur, dzalika, fadhil, dan lain-lain.
Demikianlah informasi seputar perbedaan tiga aksara yang ada dalam aksara Jawa. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
(apl/apl)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Reunian Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM demi Meredam Isu Ijazah Palsu