Mengenal Keris: Asal-usul, Makna hingga Cara Menyimpannya

Mengenal Keris: Asal-usul, Makna hingga Cara Menyimpannya

Muhammad Rizqi Akbar - detikJogja
Senin, 11 Des 2023 16:43 WIB
Ratusan keris dipajang dalam acara Blantikan (bursa) Tosan Aji yang digelar paguyuban tosan aji Klaten (Patosaka).
Ratusan keris dipajang dalam acara Blantikan (bursa) Tosan Aji yang digelar paguyuban tosan aji Klaten (Patosaka). Foto: Achmad Syauqi
Jogja -

Keris merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Jawa. Sebagai salah satu pusaka masyarakat Jawa, keris memiliki filosofi mendalam. Bahkan, ada metode penyimpanan tersendiri untuk menyimpan keris.

Keris memiliki bentuk yang sangat khas sehingga mudah dibedakan dari pusaka lainnya. Senjata yang satu ini memiliki ujung yang lancip dan tajam. Selain itu, keris juga berbentuk tidak simetris karena bilahnya berkelok-kelok dan memiliki serat lapisan logam cerah pada helai bilah.

Umumnya, sebuah keris memiliki tiga bagian, yakni bilah (pisau), hulu (gagang), dan warangka (sarung). Keris yang terkenal biasanya memiliki gelombang dan berkelok atau bergerigi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal-usul Keris

Mengutip buku Keris dalam Perspektif Keilmuan (2011), sejarah keris masih dianggap kurang jelas. Pada zaman dulu, keris dibuat dengan suatu harapan, keinginan, atau bahkan suatu cita cita dari pemesan, sehingga pusaka ini akan mencerminkan dan melambangkan semua hal dari si pemesan tersebut.

Dalam sejarahnya, tujuan pembuatan keris bisa bermacam-macam. Ada yang dibuat dengan harapan selalu mendapat rejeki, diberikan status sosial yang baik, dan tidak jarang pula pusaka ini dibuat untuk terhindar dari bencana atau gangguan makhluk halus.

ADVERTISEMENT

Dilansir detikEdu, pakar sastra Jawa dan kebudayaan Indonesia, Zoetmulder, menyebutkan bahwa pulau Jawa diduga sudah mengenal keris sejak abad ke-6 atau ke-7. Sebagian bentuk awal keris dari periode itu masih bisa dikenali, namun banyak juga yang belum teridentifikasi.

Secara prototipe, keris sudah ditemukan di beberapa candi Nusantara, yang mana pada candi di India atau negara lainnya, bentuk serupa keris tidak ditemukan. Di Indonesia, relief keris dapat ditemukan di Candi Borobudur pada abad ke-9, Candi Prambanan pada abad ke-9, atau patung lelaki Jawa dengan keris di pemandian Candi Letah pada abad ke-19.

Makna Keris bagi Masyarakat Jawa

Sejak zaman dulu, keris digunakan sebagai senjata, pusaka, objek spiritual, serta aksesoris untuk pakaian adat. Keris dianggap memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, masyarakat percaya bahwa keris dapat membawa keberuntungan sehingga terkadang dijadikan sebagai jimat hingga saat ini.

Selain itu, keris juga dipercaya dapat menambah keberanian dan rasa percaya diri bagi pemiliknya. Pusaka ini juga diyakini dapat menghindarkan dari serangan wabah penyakit, malapetaka, dan hama tanaman.

Bahkan, sebagian orang percaya bahwa pusaka ini bisa menyingkirkan atau menangkal gangguan makhluk halus. Di luar dari sisi magis, terdapat beberapa fungsi lain keris bagi masyarakat Jawa, yaitu:

1. Keris digunakan sebagai senjata tradisional

Pada zaman kerajaan, setiap prajurit membawa keris yang diselipkan di pinggang. Penggunaan keris sebagai senjata dapat ditemukan dalam kisah Ken Arok dan Amangkurat II. Tidak hanya itu, keris juga sering digunakan oleh pahlawan Pangeran Diponegoro, Hasanudin, dan Imam Bonjol.

2. Keris berfungsi sebagai benda pusaka warisan nenek moyang

Alasan ini membuat keris dibuat dan disimpan dengan begitu hati-hati. Dapat dilihat keris banyak disimpan di museum atau keraton seperti di Jogja dan Solo.

3. Keris juga menjadi simbol bagi masyarakat Jawa

Simbol ini biasanya berupa lukisan, perkataan, lencana, dan lainnya yang mengandung arti tertentu. Makna simbol keris ini di antaranya untuk menyatakan legitimasi jabatan atau kekuasaan, lambang status, identitas, serta filosofi masyarakat Jawa.

4. Keris biasa digunakan menjadi alat perlengkapan berbagai aktivitas

Misalnya perlengkapan pertunjukan wayang, perlengkapan upacara bersih desa, perlengkapan pakaian adat, dan sebagainya.

5. Keris juga merupakan benda seni

Jika diperhatikan, keris dan warangkanya adalah kesatuan harmonis yang dibuat dengan imajinasi tingkat tinggi.

Cara Menempatkan Keris

Perlu diketahui, keris biasanya dipakai di belakang tubuh. Mengutip laman UPT Museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, posisi keris yang dipakai di belakang, memiliki filosofi yang mengajarkan masyarakat Jawa untuk rendah diri dan menghormati orang lain. Filosofi ini juga terdapat dalam bentuk keris itu sendiri.

Dikutip dari jurnal bertajuk "Ajaran Moral Keris Jawa", bentuk keris yang dibuat indah dan menghilangkan kesan seram ini merupakan simbol yang mengajarkan manusia Jawa agar selalu rendah hati dan tidak sombong dengan memamerkan kehebatan dan kekuatannya.

Artinya, setiap keinginan, kekuatan, kemampuan yang dimiliki bukanlah untuk dipamerkan, melainkan sebisa mungkin disamarkan dengan sifat yang lemah lembut dan rendah hati. Adapun cara menempatkan keris tidak bisa sembarangan. Ada beberapa posisi menempatkan keris di belakang tubuh, berikut di antaranya:

  • Ngogleng, yakni keris dimasukan ke dalam lipatan kedua dan ketiga sabuk stagen dalam pakaian adat Jawa dan gagangnya menghadap ke kanan atas. Posisi ini kerap digunakan oleh abdi dalem dan masyarakat umum untuk menghadiri acara resmi yang bersifat gembira.
  • Kureban, yakni posisi gagang keris menghadap ke bawah. Umumnya, posisi ini dipakai pada acara berduka cita.
  • Ngewal, yakni ganda yang dimasukan ke dalam lipatan stagen dan dimiringkan ke siku kiri. Posisi ini sering dipakai untuk perjalanan atau prajurit keraton yang membawa senjata lain.
  • Andoran, yakni keris ditaruh tegak lurus di punggung. Biasanya, posisi ini dipakai untuk menghadap raja dan untuk berkunjung ke tempat-tempat yang sangat dihormati seperti di tempat peribadatan.

Nah, itulah informasi seputar keris, mulai dari asal-usul, fungsi, dan cara menempatkannya. Semoga bermanfaat, Dab!




(ams/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads