Bentuk-bentuk kegiatan seni dan budaya di Kota Budaya ini salah satunya tercermin dari permainan tradisionalnya. Aneka ragam permainan tradisional menjadi warisan budaya beberapa mulai ditinggalkan akibat perkembangan zaman, salah satunya Dolanan Jamuran.
Dolanan Jamuran merupakan permainan tradisional di Jogja yang menirukan bentuk jamur yang diiringi dengan lagu daerah yang berjudul Jamuran. Permainan tradisional ini menjadi hiburan yang mengasyikkan bagi anak-anak Jogja.
Dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, Dolanan Jamuran dilakukan oleh tujuh atau sembilan orang dengan cara bermainnya salah satu orang menjadi pancer (pusat), dan pemain yang lainnya bergandengan tangan membentuk lingkaran mengelilingi pancer tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal Usul Dolanan Jamuran
Jamuran merupakan permainan tradisional anak-anak atau dolanan bocah kreasi dari Sunan Giri yang merupakan salah satu anggota Wali Songo. Beliau menciptakan permainan itu bukan hanya semata untuk bersenang-senang.
Namun juga ada nilai-nilai pendidikan yang diajarkan seperti kebersamaan, ketangkasan gerak sesuai dengan irama, kemampuan berekspresi, hingga kemampuan memahami perintah.
Cara Bermain Dolanan Jamuran
Permainan dimulai ketika pemain yang mengelilingi tadi berjalan berputar, mengelilingi pancer sambil menyanyikan lirik lagu daerah Jamuran:
"Jamuran, jamuran, ya ge ge, jamur apa ya ge ge thok. Jamur payung, ngrembuyung kaya lembayung, sira badhe jamur apa?"
Kemudian sang pancer menjawab jenis jamur sesuka hatinya, misalnya sang pancer menjawab 'jamur payung' maka para pemain menirukan bentuk jamur tersebut, yakni harus berdiri tegak dengan tangan terbuka.
Kemudian sang pancer menggelitik ketiak mereka satu persatu, apabila salah seorang dari mereka tidak tahan, dia berganti menjadi pancer. Misalnya lagi setelah bernyanyi jamuran, dan sang pancer menjawab 'jamur kethek' yang artinya jamur monyet sedang memanjat, maka para pemain lainnya harus segera lari mencari pohon untuk tempat memanjat.
Kemudian sang pancer menangkap salah seorang pemain yang tidak memanjat atau belum sempat memanjat, dan yang tertangkap tersebut berganti menjadi pancer. Di dalam istilah Jawa, sang pancer disebut juga bocah sing dadi (anak yang jadi).
Dolanan Jamuran dapat dimainkan untuk bersenang-senang dan mempunyai beberapa manfaat. Beberapa manfaatnya antara lain dapat melatih keberanian, memupuk kemampuan sosial, dan memupuk ketangkasan fisik anak-anak.
Demikian informasi tentang Dolanan Jamuran, permainan tradisional Jogja yang mulai terlupakan. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Fiesta Inka Purwoko peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(apu/rih)
Komentar Terbanyak
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Heboh Penangkapan 5 Pemain Judol Rugikan Bandar, Polda DIY Angkat Bicara