11 Macam Permainan Tradisional, Ada Egrang-Bakiak

11 Macam Permainan Tradisional, Ada Egrang-Bakiak

Tim detikJogja - detikJogja
Senin, 04 Sep 2023 13:22 WIB
Egrang adalah salah satu permainan tradisional yang terbuat dari bambu setinggi kurang lebih 150 cm. Pemainnya memegang dua bilah bambu dan harus berdiri di pijakannya sembari menyeimbangkan tubuh. Pemain harus berjalan menggunakan egrang dari titik awal hingga titik akhir.
11 Macam Permainan Tradisional, Ada Egrang-Bakiak (Egrang salah satu permainan tradisional Foto: Anandio Januar/detikJogja)
Jogja -

Ada berbagai macam permainan tradisional yang sudah jarang dikenal. Pada acara Njeron Beteng Living Museum dipamerkan sejumlah permainan tradisional khas yang unik dan menarik. Apa saja? Berikut informasinya.

Acara Njeron Beteng Living Museum dilaksanakan pada tanggal 30-31 Agustus 2023 dan terdapat area permainan tradisional yang dapat didatangi para pengunjung. Pengunjung dikenalkan sekaligus diberi kesempatan mencoba berbagai mainan yang sedang dipamerkan.

Pegiat permainan tradisional, Yudi Karyono (61), mengatakan kepada tim detikJogja, Kamis (31/8) bahwa ia menjadi pengisi acara Living Museum ini untuk edukasi tentang permainan tradisional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita dipanggil untuk edukasi soal permainan tradisional. Kami menggeluti permainan tradisional udah enam tahun. Kalo di media kami dijuluki raja egrang," ujarnya.

Yudi yang dijuluki raja egrang membawa beberapa mainan tradisional untuk diperkenalkan kepada masyarakat. Berikut 8 permainan tradisional yang dipamerkan di Njeron Beteng Living Museum:

ADVERTISEMENT

1. Egrang

Egrang adalah salah satu permainan tradisional yang terbuat dari bambu setinggi kurang lebih 150 cm. Pemainnya memegang dua bilah bambu dan harus berdiri di pijakannya sembari menyeimbangkan tubuh. Pemain harus berjalan menggunakan egrang dari titik awal hingga titik akhir.

Yudi membuat inovasi baru dengan menciptakan egrang berkaki empat. Inovasi ini membuat anak-anak yang sedang belajar egrang menjadi lebih seimbang dan tidak mudah jatuh.

"Egrang pun kami inovasi. Jadi egrang kalo anak SD atau PAUD kan belum bisa. Kita juga inovasi supaya anak-anak bisa main tanpa jatuh. Karena ini kami bikin kakinya ada empat. Jadi egrang anak-anak kalo egrang hanya mengenal keseimbangan. Ini naik nggak mungkin jatuh," ujarnya.

Terdapat pula egrang tali yang berbahan dasar bambu. Pemain menginjak bambu dan menarik tali sembari berjalan dari garis awal hingga garis akhir.

"Ini saya kasih nama egrang tali. Ya dinaikin. Ini juga butuh keseimbangan juga. Ini ditarik ke atas," jelasnya.

2. Bakiak

Bakiak adalah permainan yang biasanya dimainkan secara kelompok. Satu kelompok harus mengenakan kayu panjang yang diberi karet pada kakinya secara bersamaan. Kemudian pemain harus melangkah hingga garis akhir.

Yudi membuat inovasi untuk menciptakan bakiak yang dapat digunakan satu hingga lima orang. Makna di dalamnya adalah menyangkut pancasila dan kebhinnekaan. Yudi menyimbolkan lima sila harus saling berikatan seperti bermain bakiak yang membutuhkan kekompakan.

"Terus kita semua seperti bakiak ini, ini dari satu sampe lima juga. Jadi sila satu sila dua sila tiga," ujarnya.

3. Pletokan dan Ketapel

Permainan selanjutnya yaitu pletokan yang menyerupai tembakan manual dengan peluru seperti buah-buahan. Yudi menciptakan inovasi dengan menggunakan koran basah.

"Nah kalau ini dulu pletokan. Mainnya sekarang pake koran basah karena sekarang buah sudah tidak ada. Kita juga karena kemajuan zaman kita menggunakan koran kita rendem," tuturnya

Permainan pletokan yang menyerupai tembakan manual dengan peluru seperti buah-buahan.Permainan pletokan yang menyerupai tembakan manual dengan peluru seperti buah-buahan. Foto: Anandio Januar/detikJogja

Kemudian ada juga ketapel yang dalam bahasa Jawa disebut plintheng. Ketapel juga difungsikan untuk menembak dengan cara menarik pelontar dengan batu kemudian dihempaskan.

4. Gasing

Gasing adalah permainan dari bambu yang dimainkan dengan melemparkan tali hingga gangsing berputar dengan seimbang. Di Indonesia, banyak model dari gasing dengan sebutan nama-nama yang berbeda.

Aneka permainan tradisional di Jogja. Foto ditunggah Senin (4/9/2023).Aneka permainan tradisional di Jogja. Yudi mencontohkan permainan gasing. Foto ditunggah Senin (4/9/2023). Foto: Anandio Januar/detikJogja

Yudi menjelaskan di Jogja lebih terkenal dengan nama pathu dengan bentuk seperti buah sawo. Cara memainkannya dapat dengan dua teknik yaitu dengan memajukan tali atau memundurkan tali.

"Kalau di Indonesia gangsing, nasionalnya, mainnya sama, kalau Jawa beda, namanya pathu, kalau bentuknya kalau pathu nggak berubah seperti sawo, terus nasionalnya yang se-Indonesia bermacam-macam bentuknya, nasionalnya namanya gasing, yang dari Jogja pathu tetep pathu, ini sama, cuma namanya masing-masing daerah beda mempunyai nama masing-masing," tutur Yudi.

5. Lari Balok

Aneka permainan tradisional di Jogja. Foto ditunggah Senin (4/9/2023).Aneka permainan tradisional di Jogja. Foto ditunggah Senin (4/9/2023). Foto: Anandio Januar/detikJogja

Lari balok adalah permainan yang menggunakan balok kayu untuk dijadikan pijakan kaki. Pemain bermain dengan jalan jongkok di atas balok kayu dari garis awal ke garis akhir. Pemain tidak boleh menginjak tanah hingga garis akhir.

"Yang ini namanya lari balok juga masuk ke (lomba) nasional, jadi ini kalau dilombakan tidak boleh nyentuh tanah, nyentuh di dis(kualifikasi)," ujarnya.

6. Gamparan

Gamparan adalah permainan yang jarang dikenal masyarakat. Permainan ini dimainkan dengan aba-aba hitungan satu sampai tiga.

Pada hitungan pertama, pemain harus meletakkan batu di salah satu kakinya. Hitungan kedua, pemain harus mengangkat satu kakinya. Saat hitungan ketiga, pemain harus berlari secara engklek hingga ke garis pembatas.

Kemudian pemain harus berhenti di belakang garis dan melempar batu untuk menjatuhkan kayu segitiga yang ada di depannya.

"Gamparan mungkin yang belum dikenal masyarakat. Ini misal nerima dari sini, 5 orang atau berapa orang. Ini itungan satu dicantel, dua angkat, tiga lari engklek dan di sini nanti ada batas, jatuhin segitiga itu," jelasnya.

7. Sreng-srengan

Permainan selanjutnya adalah sreng-srengan atau permainan sreng. Permainan ini dimainkan dengan mencantelkan bambu pada besi berbentuk lingkaran. Kemudian bambu dicantelkan pada besi dan dapat membuat besi berputar-putar.

Permainan ini dimainkan dengan mencatelkan bambu pada besi berbentuk lingkaran. Kemudian bambu dicantelkan pada besi dan dapat membuat besi berputar-putar.Permainan ini dimainkan dengan mencatelkan bambu pada besi berbentuk lingkaran. Kemudian bambu dicantelkan pada besi dan dapat membuat besi berputar-putar. Foto: Anandio Januar/detikJogja

Pemain dapat melakukan belokan dan putaran sesuka hati. Dapat juga dimainkan dengan membawa jalan dari titik awal ke titik akhir.

"Pernah dilombakan tahun 81, ini namanya sreng-srengan tapi sudah pernah dikompetisikan, dimainkan seperti motorcross," ujarnya.

8. Yapolo/Diabolo

Permainan terakhir yang diperkenalkan Yudi adalah yapolo atau diabolo. Cara memainkannya seperti yoyo, kayu berbentuk jam pasir diputar-putar menggunakan tali. Kemudian kayu di lempar ke langit dan harus ditangkap kembali menggunakan tali,

"Ini namanya yapolo. Ini mainnya berbeda lagi. Sama semua dari kayu tapi cara mainnya beda, ini kakek saya mainan ini saya sudah melihat, ini cuman meneruskan generasi. Tapi kalau yang ahli yang satu sana lempar lemparan ganti alam, oper operan," jelasnya.

9. Bekel

Selain beberapa permainan yang dipamerkan di Njeron Beteng Live Museum tersebut, masih terdapat permainan tradisional khas Jogja lainnya, seperti Bekel.

Benda yang terbuat dari bahan kuningan berwarna kuning ini biasanya dipasangkan dengan sebuah bola karet yang dinamakan bola bekel.

Adapun cara memainkannya cukup mudah, diawali dengan cara hompimpah atau pingsut untuk menentukan urutan bermain. Setelah itu, bekel dan bola digenggam oleh tangan kanan, kemudian bola dilempar sampai menyentuh lantai.

Lalu, bekel disebar ke lantai dan selama bola memantul di udara pemain berusaha mengatur bekel.

10. Paseran

Dikutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan Jogja, paser ini berupa anak panah yang terbuat dari kawat baja dengan ukuran sekitar 18-22,5 cm.

Pada bagian belakang terdapat daun yang terbuat dari kertas warna-warni. Untuk memainkan ini, kita membutuhkan orang-orangan yang digantung dan dibentangkan pada dua buah tiang.

Kemudian, pemain bisa membidik dan melemparkan paser ke bagian kepala, leher, dada, kendil, dan bagian bawah dari boneka orang-orangan.

11. Watu Gatheng

Permainan ini melibatkan batu kerikil dengan ukuran sama dan rata berjumlah 5 buah. Arena bermain bisa di atas tanah maupun lantai dengan ukuran 0,5 x 0,5 meter.

Permainan ini dilakukan oleh empat orang dengan duduk saling mengitari, kemudian dilanjut dengan hompimpah untuk menentukan urutan bermain.

Setelah itu, kelima watu gatheng digenggam di tangan kanan, salah satu batu yang digenggam dilempar ke atas sambil mengambil empat batu yang bertebaran di tanah sebelum batu yang dilempar ke atas itu jatuh menyentuh tanah.

Jika batu gagal diambil semua atau menyenggolnya maka pemain berada dalam posisi mati dan digantikan oleh pemain lainnya.

Nah, itulah 11 macam permainan tradisional mulai dari egrang, bakiak, hingga watu gatheng. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Novi Vianita, Jihan Nisrina Khairani, dan Anandio Januar Putra peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(aku/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads