Kebudayaan di Indonesia sangat beragam, mulai dari pakaian, lagu, dan tarian. Di Kulon Progo terdapat salah satu tarian yaitu Tari Angguk.
Tari Angguk merupakan tarian tradisional yang berkembang di daerah pedesaan Kabupaten Kulon Progo. Tarian ini merupakan tarian unik yang dilakukan untuk mengajak masyarakat melakukan kebajikan dan menjauhi perilaku menyimpang.
Lalu, bagaimana dengan asal-usul terciptanya Tari Angguk? Berikut penjelasannya yang dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-Usul Tari Angguk
Kesenian Angguk Kulon Progo diyakini muncul sekitar tahun 1990 yang berasal dari pesta dansa para tentara dan opsir Belanda. Pada saat itu para tentara dan opsir Belanda berdansa sambil bernyanyi-nyanyi di saat menduduki wilayah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Kulon Progo.
Awalnya para penari adalah laki-laki, namun pada tahun 1991 terdapat pentas yang penari keseluruhan perempuan dan membuat tari ini lebih populer. Hal tersebut karena penonton lebih terhibur melihat gaya menari yang dilakukan oleh perempuan.
Kesenian ini berkembang di daerah pedesaan, terlebih di Kulon Progo bagian barat dan utara yaitu di Temon, Kokap, dan Girimulyo. Namun kesenian ini juga ditemui di Kecamatan Sentolo.
Nama Angguk diambil dari gerakan mengangguk-anggukkan kepala yang dilakukan oleh penari saat menari. Hal tersebut sebagai ungkapan syukur hasil panen padi di bawah sorot bulan purnama.
Keunikan Tari Angguk
1. Gerakan Tari
Tari Angguk dibagi dua jenis tari yaitu Tari Jejeran (Ombyokan) dan Tari Pasangan. Tari Jejeran dimainkan oleh keseluruhan penari. Tari Jejeran terdiri dari Jejeran Pembuka, Jejeran Ndadi, Jejeran Barat Gunung dan Jejeran Ambil Kain.
Tari Pasangan dimainkan penari secara berpasang - pasangan. Tari pasangan terdiri dari ari Pasangan E Asola, Ikan Cucut, Sekar Kuning, Kapal Layar, Makanlah Sirih, Turi-turi Putih, Sekar Mawar, Waru-waru Doyong, Grimis-grimis, Timun Pahit, Mandong Sari, Pakai Cincin, Ani-ani, Cao Gletak, Es Lilin, Saya Cari, Semarang Demak, Kuning-kuning, dan Umarmoyo.
2. Busana
Busana yang digunakan para penari merupakan busana yang sudah menjadi ciri khas dari kesenian Tari Angguk.
- Baju hitam kerah Shanghai dengan hiasan di bagian kerah, ujung lengan dada, punggung dan pundak.
- Celana pendek
- Pelengkap yaitu selendang motif batik yang diikatkan di pinggang, kacamata hitam untuk penari, topi hitam dengan sulaman hiasan di bagian penutup depan, dan kaos kaki.
![]() |
3. Penari
Untuk sekali pentas di Tari Angguk tidak ada jumlah baku, tetapi rata-rata penari berjumlah 16 penari, 1 orang sesepuh untuk melakukan ritual selama pentas dan mengambil kesadaran penari, 2 orang penembang, dan 13 pemain musik.
4. Alat Musik
Dalam sebuah pentas tari dibutuhkan pengiring. Pada Tari Angguk menggunakan 1 bedug, 1 kendang biasa, 1 kendang jaipong, 4 rebana, 3 saron, dan 1 kecrek. Namun kini pengiring ditambahkan dengan 1 organ dan 1 drum.
Filosofi Tari Angguk
Kesenian Tari Angguk mengandung nilai - nilai filosofi sebagai kesenian rakyat.
- Media Ekspresi Masyarakat Pertanian
Sebagian besar masyarakat Kulon Progo bekerja sebagai petani. Pelaku adat masyarakat pertanian masih sangat kental sejak kemunculannya hingga kini, yaitu sebelum menyelenggarakan pertunjukan Angguk selalu memohon keselamatan kepada Tuhan YME melalui simbol-simbol sesaji khas masyarakat pertanian.
- Media Dakwah
Sebagai media dakwah Tari Angguk dengan melalui syair dan sholawat islam yang mengiringi Tari Angguk. Tujuannya untuk mengajak kepada kebajikan menjauhi perilaku menyimpang.
Demikian informasi mengenai Tari Angguk Kulon Progo dari asal-usul hingga makna filosofinya. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Elisabeth Meisya peserta magang bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ams/dil)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030