Guratan Kreatif Pemuda Kulon Progo Abadikan 30 Dewa Pawukon di Daun Lontar

Guratan Kreatif Pemuda Kulon Progo Abadikan 30 Dewa Pawukon di Daun Lontar

Jalu Rahman Dewantara - detikJogja
Rabu, 08 Nov 2023 11:11 WIB
Tokoh wayang di daun lontar karya pemuda Desa Wisata Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Rabu (8/11/2023).
Guratan Kreatif Pemuda Kulon Progo Abadikan 30 Dewa Pawukon di Daun Lontar. Tokoh wayang di daun lontar karya pemuda Desa Wisata Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Rabu (8/11/2023). (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja)
Kulon Progo -

Sejumlah pemuda di Desa Wisata Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, punya cara tersendiri untuk melestarikan kesenian wayang. Mereka membuat gambar tokoh dewa dalam pewayangan dengan daun lontar sebagai kanvasnya.

Pembuatan karya seni ini sebagai upaya untuk melestarikan warisan leluhur di Sidorejo. Dahulu, warga di desa ini biasa memanfaatkan daun lontar sebagai alas tulis dan gambar sebelum kemunculan kertas.

"Ini adalah bentuk menghargai simbah kita yang dulu media tulisnya pakai lontar. Hal ini perlu dilestarikan. Dan kenapa ada unsur wayang, karena kita pengin melestarikannya juga biar bisa dikenal secara luas," ujar Ridwan Rustam Aji selaku pengelola Desa Wisata Sidorejo, saat ditemui di lokasi, Rabu (8/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokoh wayang di daun lontar karya pemuda Desa Wisata Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Rabu (8/11/2023).Tokoh wayang di daun lontar karya pemuda Desa Wisata Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Rabu (8/11/2023). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja

Ridwan mengatakan gambar yang dipilih adalah tokoh pewayangan yang masuk dalam wuku wayang sesuai dalam penanggalan Pawukon. Pawukon sendiri merupakan sistem penanggalan tradisional yang mempunyai waktu terukur dan dipergunakan sebagai dasar penentuan segala aktivitas daur hidup dan kematian masyarakat.

"Nah, di naskah Pawukon itu kan ada gambar-gambar dan elemen yang menaungi wuku wayangnya. Misalkan Wuku Sinta itu dinaungi oleh Dewa Yamadipati dengan burung gagak dan masih banyak lagi karena jumlahnya mencapai 30," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Ridwan menuturkan proses pembuatan karya ini memakan waktu hingga dua bulan lebih. Yang membuat lama karena harus membuat daun lontar yang layak untuk bisa digunakan sebagai kanvas.

"Jadi proses awalnya itu daun lontar harus direndam dulu selama dua minggu. Setelah itu direbus beberapa saat lalu dipres hingga dua bulan," terangnya.

Tokoh wayang di daun lontar karya pemuda Desa Wisata Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Rabu (8/11/2023).Tokoh wayang di daun lontar karya pemuda Desa Wisata Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Rabu (8/11/2023). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja

Setelah daun lontar selesai dipres yang artinya siap digunakan, barulah memasuki proses menggambar. Proses ini dimulai dengan membuat sketsa wayang yang akan dibikin. Selanjutnya sketsa itu digurat menggunakan alat bernama penguprak.

"Tahap terakhir yaitu mewarnai gambar dengan minyak kemiri agar hasilnya lebih hidup," jelasnya.

Ridwan mengatakan karya yang dibikin oleh pemuda Sidorejo ini juga dijual untuk umum. Namun, jangan kaget dengan harganya karena bisa mencapai jutaan rupiah.

"Harga cukup mahal, sekitar Rp 1 juta. Makin rumit hasilnya, makin mahal lagi harganya," ujarnya.




(aku/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads