Remaja di Meksiko, Paloma Nicole Arellano Escobedo (14), meninggal dunia usai menjalani operasi plastik implan payudara. Atas insiden tersebut, para legislator setempat bakal lebih ketat mengawasi prosedur operasi plastik untuk anak di bawah umur.
Dilansir detikNews pada Rabu (8/10/2025), Nicole meninggal pada 20 September lalu di klinik swasta di Durango, Meksiko. Dia meninggal karena menderita kematian otak.
Nicole sempat mendapat perawatan intensif selama beberapa hari usai menjalani operasi implan payudara dan transfer lemak di bagian pantat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayah kandung Nicole, Carlos Arrelano, mengambil langkah hukum atas kasus tersebut dengan melaporkan mantan istrinya, Paloma Escobedo. Escobedo digugat lantaran mengizinkan operasi tersebut kepada dokter bedah yang juga sebagai ayah tiri Nicole, Victor Manuel Rosales.
"Mereka yang melakukan ini kepada anak saya harus membayar, mereka harus dipenjara. Karena mereka tidak hanya mengakhiri hidupnya," kata Arrelano dalam wawancara dengan Jorge Arroyo, seorang ahli bedah yang rutin mengangkat kasus-kasus medis.
Kepada BBC Mundo, Jaksa Negara Bagian Durango (FGED) menerangkan Escobedo dan Rosales mendapatkan dakwaan dalam sidang pengadilan pada Jumat (03/10).
Sebagai wali Nicole, Escobedo mendapat dakwaan atas "kelalaian dalam perawatan dan penyalahgunaan profesi". Dakwaan itu didapatnya lantaran terlibat dalam operasi putrinya. Sedangkan dirinya tidak memiliki kualifikasi sebagai tenaga medis.
Adapun Rosales mendapat dakwaan "kelalaian dan praktik medis yang tidak semestinya". Sementara ini, para tersangka belum memberikan pernyataan kepada publik terkait kasus tersebut.
Dengan adanya kasus itu, muncul pertanyaan dan kekhawatiran terkait prosedur estetika terhadap anak di bawah umur.
Nicole Dikenal Anak Penggembira
Kehilangan seorang putri tak pernah disangka Arellano. Dia pun tetap berkomunikasi dengan Nicole meski berpisah dengan istrinya saat anaknya berusia empat tahun. Dia memiliki hak asuh seperti halnya dengan mantan istrinya.
"Dia adalah anak yang gembira. Ia bahagia dengan tubuhnya, dengan senyumnya, bahagia dengan hidupnya. Sebentar lagi, ia berulang tahun 15 tahun. Semuanya sudah siap untuk pestanya," tutur Arrelano.
"Mimpi lainnya adalah mengunjungi Eropa dan perjalanan itu sudah siap," kata Arellano dalam wawancara dengan dokter Arroyo.
Arrelano menuturkan putrinya "sama sekali tidak pernah" membicarakan soal keinginan untuk menjalani operasi plastik.
Dia mengatakan Nicole tekun berolahraga. Bahkan Nicole bersama tim voli sekolahnya menyabet juara umum dalam sebuah turnamen pada Maret lalu.
Pada 11 September, Arrelano mendapat kabar dari mantan istrinya bahwa Nicole dinyatakan positif COVID-19 dengan mengirimkan hasil tes laboratorium.
Arrelano pun tidak diizinkan untuk menjenguk putrinya itu lantaran Nicole bakal diisolasi guna menjalani penyembuhan diri di rumah terpencil di pegunungan Durango.
Dari informasi yang dikumpulkannya, Arrelano tahu bahwa Nicole menjalani operasi plastik yang dilakukan pasangan mantan istrinya itu.
Pada 15 September, Arrelano mendapat kabar bahwa putrinya tengah dalam kondisi kritis di unit perawatan intensif. Nicole koma sehingga kudu menjalani intubasi lantaran mengalami peradangan otak.
"Saya hancur karena tidak tahu mengapa dia seperti itu," kata Arellano.
"Seluruh tubuhnya ditutupi. Ada bantal di sekelilingnya. Semuanya tertutup rapat. Saya merasa aneh, tetapi baru belakangan saya mengetahui semuanya," kata Arellano.
Setelah memperhatikan, Dia tahu baju bedah yang dikenakan Nicole tidak berhubungan dengan COVID-19 maupun peradangan otak.
Kondisi Nicole tambah parah dan menutup usia pada 20 September. Namun, Arrelano tidak mendapatkan informasi dari dokter tentang operasi plastik yang dijalani putrinya.
Arrelano pun mulai menaruh curiga saat jaksa penuntut umum datang mengajukan autopsi. Kecurigaan itu muncul lantaran anaknya wafat akibat terpapar COVID.
Meski begitu, Arrelano menolak untuk menyerahkan jenazah Nicole dan pemakamannya pun diaturnya.
"Belakangan, saya ragu sehingga memutuskan untuk memeriksanya dan melihat apakah anak saya memiliki implan," kata Arellano.
Pada 21 September, Arrelano pun bersedia anaknya diautopsi. Kepala FGED, Sonia Yadira de la Garza, menyebut hasil dari penyelidikan awal yakni hasil positif COVID yang ditunjukkan Escobedo adalah hasil milik Nicole pada 2022 silam.
Penyelidikan dilanjutkan. Escobedo diselidiki atas tuduhan "penyalahgunaan profesi" lantaran turut melakukan operasi tanpa persiapan maupun akreditasi resmi.
Hal tersebut terungkap dari daftar dan catatan operasi Nicole. Catatan tersebut mengungkap Escobedo sebagai "peserta" dalam bidang keperawatan.
Sementara itu Rosales yang saat itu menjadi dokter bedah menghadapi tuduhan malpraktik. Selain itu, wewenang disalahgunakannya dengan menandatangani persetujuan sebagai wali anak tersebut meskipun Rosales bukan wali Nicole.
Ahli bedah, Jorge Arroyo, menyebut tidak ada batasan hukum untuk kerabat langsung maupun tidak langsung dalam melakukan operasi terhadap pasien di Meksiko. Dia juga menjelaskan tidak ada batasan usia minimum dalam mendapat operasi estetik seperti yang dilakukan terhadap Nicole.
"Tidak ada kontraindikasi terkait usia, selama dilakukan oleh profesional yang memiliki pelatihan yang relevan. Faktanya, Meksiko adalah rujukan dalam bedah plastik di Amerika Latin," tambahnya
Apakah operasi plastik boleh untuk remaja?
Dokter bedah plastik spesialis bedah mikro rekonstruktif, Mauro Armenta, memaparkan bedah plastik dan rekonstruktif dapat menimbulkan risiko.
"Komplikasi dapat terjadi pada siapa saja. Karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam menentukan penyebab kematian. Terkadang ada kondisi yang tidak terdeteksi dalam pemeriksaan praoperasi dan dapat menjadi faktor penyebab komplikasi yang lebih parah," ucap dokter dari Universitas Otonom Barcelona ini.
Kepada BBC Mundo, Armenta menyarankan agar prosedur tersebut tidak dilakukan terhadap remaja karena emosional dan psikologis remaja masih berkembang. Selain itu, izin penuh kudu dikantongi dari wali para remaja.
"Jika pasien masih remaja, harus ada persetujuan dari kedua orang tua dan mereka harus mengetahui risiko dan manfaatnya," kata Armenta.
"Pada dasarnya, operasi plastik ini tidak punya batasan usia karena ada anak-anak yang memang membutuhkan, tapi kembali lagi harus paham risiko dan manfaatnya. Persiapannya juga harus matang," imbuh Armenta.
Untuk prosedur estetika, Armenta menyebut perkembangan kepribadian remaja dapat berpengaruh.
"Ini tentang perkembangan intelektual dan emosional yang harus mereka miliki. Remaja perempuan tidak memiliki kriteria yang jelas, hari ini mereka bisa menyukai sesuatu dan besok tidak. Dalam perubahan ini, mereka menemukan kepribadian mereka dan tidak disarankan untuk melakukan operasi plastik," katanya.
Armenta menjelaskan, bedah plastik tidak hanya digunakan untuk memperbaiki penampilan, tetapi juga untuk membantu mereka yang mengalami cedera, penyakit, dan bahkan pelecehan sebab suatu aspek tubuh.
"Pada pasien yang sangat muda, kami melakukan otoplasti untuk mereka yang memiliki telinga yang sedikit menonjol atau sangat besar, karena mereka menjadi korban perundungan sejak usia dini," kata Armenta.
"Kami melakukan operasi pada mereka sejak usia 12 atau 13 tahun. Namun, ini adalah kasus khusus, bukan hal yang umum," jelasnya.
Sementara itu, seorang ahli bedah, Jorge Arroyo, menguatkan pernyataan tersebut. "Ada jenis bedah plastik, seperti untuk anak-anak dengan bibir sumbing atau yang menderita sindrom kelainan bawaan. Anak-anak ini membutuhkan bedah plastik."
Apa respons pemerintah terkait kasus ini?
Tak hanya melaporkan mantan istrinya dan dokter bedah itu, Arrelano turut mengorganisasi protes guna menuntut keadilan di Durango.
Kasus tersebut diangkat dalam konferensi pers Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, pada pekan lalu. Dia menyebut pemerintah bakal memberikan "pendampingan" yang diperlukan.
Sementara itu, "Undang-Undang Nicole" diajukan oleh senator Gina Campuzano Gonzalez ke kongres agar prosedur "murni estetika" pada anak di bawah umur dilarang dan hanya diizinkan untuk operasi rekonstruktif di bawah pengawasan klinis yang lebih ketat.
"Tidak ada persetujuan orang dewasa yang dapat mengizinkan apa yang dilarang oleh undang-undang. Masa kanak-kanak tidak dapat dinegosiasikan," kata anggota legislatif dari Durango itu.
Anggota legislatif lain di Durango, negara bagian lain, dan parlemen federal bakal mengusulkan "Undang-Undang Nicole" agar terdapat penyesuaian peraturan dan mencegah terjadinya kasus serupa.
Ahli bedah, Jorge Arroyo, berpendapat revisi peraturan tersebut dapat berdampak positif mengingat Meksiko adalah negara ketiga yang memiliki praktik bedah plastik terbanyak secara umum.
"Ini adalah masalah yang belum mendapat perhatian yang layak," kata Arroyo dalam wawancara dengan BBC Mundo.
Selain itu, Arroyo menyebut terdapat negara-negara yang mana penilaian dan pemberian izin dilakukan oleh komite etika agar seorang anak di bawah umur dapat menjalani operasi plastik.
"Negara-negara lain di Amerika Latin telah melakukannya dan saya tidak melihat ada yang salah dengan mendorong undang-undang ini yang ingin mereka sebut sebagai Undang-Undang Nicole," katanya.
Arroyo menambahkan, belum ada penelitian jelas yang menunjukkan soal adanya lonjakan jumlah operasi pada anak di bawah umur dan dewasa muda lantaran terpengaruh media sosial atau tokoh yang mempromosikan standar kecantikan.
Kendati demikian, menurutnya, perkembangan media telah membuatnya lebih terlihat: "Dulu, orang tidak tahu ke dokter mana harus pergi untuk melakukan semua prosedur ini. Hari ini, berkat atau tidak berkat media sosial, orang sudah tahu bahwa mereka dapat mengakses jenis prosedur ini."
Armenta pun menegaskan bahwa di Meksiko "operasi pada remaja tidak begitu umum, tidak ada ledakan", lantaran sebagian keluarga membatasi para pemuda.
Jika hendak menjalani prosedur tersebut, dia menyarankan untuk pergi ke seorang profesional yang memiliki akreditasi. "Untuk benar-benar mengurangi risiko, siapa pun harus pergi ke ahli bedah plastik bersertifikat. Meskipun demikian, kecelakaan seperti ini tetap bisa terjadi."
(aap/apl)
Komentar Terbanyak
Pegawai Bank Korupsi Rp 24 M buat Beli Mobil-Tas Louis Vuitton
Mantan Bupati Sleman Sri Purnomo Jadi Tersangka Korupsi Rp 10 Miliar
Aktivis BEM KM UNY Dikabarkan Ditangkap Polda DIY