Sulap Limbah Batok Kelapa, Aksesori Made In Bantul Tembus Pasar Prancis

Sulap Limbah Batok Kelapa, Aksesori Made In Bantul Tembus Pasar Prancis

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Kamis, 21 Agu 2025 15:32 WIB
Proses produksi limbah batok kelapa menjadi kerajinan berupa tas di Juron, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Kamis (21/8/2025).
Proses produksi limbah batok kelapa menjadi kerajinan berupa tas di Juron, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Kamis (21/8/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Warga Juron, Pendowoharjo, Sewon, Bantul menyulap limbah batok kelapa menjadi beragam aksesori mulai kalung, gelang hingga tas. Bahkan, produk berbahan baku limbah tersebut sudah menembus pasar internasional.

Pemilik Yanti Batok Craft, Haryanti (54), menceritakan awalnya bersama sang suami menekuni usaha makanan kering. Namun usaha tersebut mengalami pasang surut dan akhirnya tutup.

"Lalu saat ke warung saya lihat batok-batok kelapa itu berserakan dan saat di pasar-pasar itu lihat ada pakaian menggunakan kancing dari bahan baku batok," kata Haryanti kepada wartawan di Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Kamis (21/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari situ, Haryanti berkeinginan untuk memanfaatkan limbah batok kelapa menjadi kancing baju. Alhasil, tahun 2002 Haryanti dan suaminya mulai membuat mesin produksi untuk mengolah batok-batok kelapa itu.

ADVERTISEMENT

"Tahun 2002 beralih membuat kancing dari batok kelapa dan hasil produksinya dijual ke toko-toko yang jual perlengkapan jahit," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, Haryanti mengembangkan usahanya, dan mulai memanfaatkan batok kelapa untuk bahan baku aksesoris hingga suvenir. Untuk produksi barang-barang itu, Haryanti mengaku lebih selektif dalam memilih batok kelapa.

"Kita menggunakan batok kelapa yang tebal, karena kalau yang tipis itu cepat tipis kalau diamplas. Lalu batok diolah menjadi beberapa motif seperti motif ulir sampai motif polos pakai mesin," ujarnya.

Proses produksi limbah batok kelapa menjadi kerajinan berupa tas di Juron, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Kamis (21/8/2025).Produk tas berbahan limbah batok kelapa buatan warga Juron, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Kamis (21/8/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Adapun hasil olahan limbah batok kelapa miliknya saat ini mulai dari kalung, gelang, berbagai macam tas, dompet, taplak meja hingga alat makan. Akan tetapi, dari produk-produk tersebut yang paling diminati adalah tas.

"Kalau buat tas kita pakai bahan spons, busa, kain puring, dan benang yang bagus. Untuk lem kita pakai kualitas yang bagus, pakai bahan baku yang bagus agar produknya bisa awet dipakai," ucapnya.

Dia menuturkan produksi satu tas memakan waktu dua hari hingga sepekan. Menurutnya, semua itu menyesuaikan pesanan, dan tingkat kesulitan dalam membuat tas.

"Proses pembuatan tas batok diolah dulu mau motif apa, kemudian batok-batok berukuran kecil itu kita tata menyesuaikan pesanan dan pakai spons," katanya.

"Kemudian setelah batok dilem dijahit tangan, dan satu tas proses penjahitanya memakan waktu 3 hari. Lalu finishing bentuk tas, kasih puring, rit dan handle (pegangan)," lanjut Haryanti.

Menyoal harga, Haryanti menyebut bervariasi, misalnya suvenir mulai Rp 3 ribu sampai harga Rp 50 ribu. Selanjutnya untuk tas mulai dari harga Rp 30 ribu hingga Rp 450 ribu.

"Yang tas harga Rp 450 ribu itu yang pengerjaannya memakan waktu seminggu," ujarnya.

Proses produksi limbah batok kelapa menjadi kerajinan berupa tas di Juron, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Kamis (21/8/2025).Proses produksi limbah batok kelapa menjadi kerajinan berupa tas di Juron, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Kamis (21/8/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Disinggung mengenai omzet, Haryanti enggan mengungkapkannya dengan gamblang. Namun, dalam satu bulan Haryanti mampu memproduksi ribuan produk.

"Ya kalau sebulan bisa produksi 1.000 buah," ucapnya.

Tembus Pasar Prancis-Turki

Sedangkan untuk pemasaran produknya, Haryanti mengaku sudah ke seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, produk berbahan baku limbah batok kelapa itu ternyata sudah merambah ke pasar internasional.

"Pemasaran di Malioboro, Jakarta di Sarinah, terus di YIA (Yogyakarta International Airport), kalau pengiriman sudah ke seluruh Indonesia. Kalau luar negeri sudah, kita sudah ekspor ke Jamaika, Perancis dan Turki," katanya.

Haryanti memastikan bakal terus berinovasi dalam produksinya. Apalagi saat ini, dia sudah memiliki karyawan yang cukup banyak.

"Untuk karyawan sudah ada 10 orang. Karena itu ke depannya ya terus berinovasi mau buat produk apalagi dari limbah batok kelapa ini," tutur dia.




(ams/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads