Apa Keuntungan Indonesia Masuk BRICS? Ini Penjelasan dan Dampaknya

Apa Keuntungan Indonesia Masuk BRICS? Ini Penjelasan dan Dampaknya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Jumat, 10 Jan 2025 17:00 WIB
Mengapa Sejumlah Negara Asia Tenggara Ingin Bergabung dengan BRICS?
Logo BRICS. (Foto: DW (News))
Jogja -

Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS (Brazil, Russia, India, China, dan Afrika Selatan/South Africa) tahun ini. Hal ini kemudian menimbulkan tanda tanya di tengah masyarakat, apa keuntungan Indonesia masuk BRICS dan apa dampaknya bagi perekonomian?

Perlu diketahui dahulu, sebagaimana uraian dari laman Council on Foreign Relations, istilah BRICS pertama kali dicetuskan oleh Goldman Sachs Jim O'Neill, seorang ekonom, pada 2001 silam. Ia menyebut bahwasanya pertumbuhan negara-negara BRIC siap disejajarkan dengan negara-negara kaya G7.

Perkembangan selanjutnya, pada 2009, Rusia menjadi tuan rumah pertama untuk KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) BRIC yang pertama. Tahun berikutnya, Afrika Selatan bergabung dengan terbentuklah kelompok lima negara yang disebut BRICS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa tujuan BRICS? Dilansir East Asia Forum, BRICS bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pembangunan, dan kerja sama di antara negara-negara yang tergabung sebagai anggota. Tak hanya itu, BRICS juga menargetkan reformasi sistem keuangan dan politik internasional agar kepentingan negara-negara ekonomi berkembang lebih tercermin.

Dengan bergabung ke dalam BRICS, Indonesia diharap bisa mendapat sejumlah keuntungan. Kendati begitu, ada dampak lain yang mungkin akan menerpa negara kita tercinta. Apa saja? Berikut ini uraian ringkasnya.

ADVERTISEMENT

Keuntungan Indonesia Masuk BRICS

1. Mendapat Akses Kerja Sama atau Transaksi Komoditas Tertentu

Disadur dari detikFinance, keuntungan pertama yang bisa didapatkan Indonesia pascamasuk BRICS sebagaimana dijelaskan oleh Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, adalah peluang untuk meraih akses kerja sama ekonomi atau transaksi komoditas tertentu.

Contoh mudahnya, dengan bergabung BRICS, Indonesia mungkin bisa mendapat minyak mentah Rusia dengan harga murah. Pasalnya, saat ini, komoditas dari Negeri Beruang Merah tersebut sedang diembargo oleh negara-negara Barat secara terkhusus.

"Kalau menurut saya bisa memengaruhi, misalnya gini, BBM. Sekarang Rusia bisa menawarkan kita BBM yang lebih murah karena dia nggak laku katakanlah karena dia diembargo sama negara-negara Eropa karena Ukraina. Nah, pertanyaan kita kenapa kita nggak beli dari Rusia?" jelasnya.

Sang guru besar juga menerangkan bahwasanya keuntungan ini menjadi sangat penting mengingat beban negara untuk subsidi BBM sudah sangat besar. Dengan demikian, bergabungnya Indonesia bisa sedikit menekan pengeluaran negara.

Dinna Prapto Raharja, pendiri lembaga penelitian dan pelatihan Synergy Policies, juga memberi komentar bernada sama.

"Keuntungannya adalah bahwa Indonesia terlibat dalam skema kerja sama antarnegara-negara selatan yang baru dibentuk. Kita tahu bahwa saat ini fungsi pertemuan PBB misalnya G77 untuk negara-negara berkembang, negara-negara global south itu kurang efektif. Demikian pula nggak ada hasil yang menggembirakan bahkan sudah 20 tahunan lebih," terangnya.

2. Memperluas Pasar Ekspor dan Membuka Pintu Investasi

Masuknya Indonesia ke dalam BRICS juga memperluas akses pasar ekspor sekaligus membuka pintu investasi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.

"Dengan multiple negara kan Brazil, Rusia, India, dan China ini akan semakin terbuka lagi akses perdagangan dan investasi," jelasnya kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Rabu (8/1/2025).

Diambil dari dokumen unggahan laman Scholar Universitas Andalas, bekas wakil menteri perdagangan Indonesia, Jerry Sambuaga, pernah menjelaskan,

"Fokusnya berbeda dengan apa yang kita lakukan di ASEAN, APEC, atau G20. BRICS membuka peluang di wilayah baru, memungkinkan kita untuk memperluas pasar non-tradisional. Ada Brazil di Amerika Latin dan Afrika Selatan di Afrika, yang bisa menjadi pintu masuk untuk eksplorasi pasar yang belum terjangkau," katanya pada 2023 lalu.

Keuntungan senada juga terungkap dalam tulisan yang diunggah di laman ASEAN Briefing:

"BRICS membership provides Indonesia with access to markets in Asia, Africa, and Latin America, aligning with its strategy to expand non-traditional trade relationships. (Keanggotaan BRICS memberi Indonesia akses ke pasar di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, yang sejalan dengan strateginya untuk memperluas hubungan perdagangan non-tradisional)"

3. Memperkuat Posisi Indonesia di Mata Internasional

Menurut Dinna Prapto Raharja, pendiri lembaga penelitian dan pelatihan Synergy Policies, masuknya Indonesia ke dalam BRICS juga bisa membuat negara-negara Barat lebih 'hormat' terhadap Indonesia. Sebab, negara-negara ini jadi paham bahwasanya mereka bukanlah satu-satunya mitra dagang yang bisa diandalkan Indonesia.

Berdasar data di laman ASEAN Briefing, BRICS menyumbang sekitar 24% dari perdagangan global. BRICS juga mewakili 28% PDB dunia sehingga merupakan kekuatan penting yang tak bisa dipandang sebelah mata. Di samping itu, pada 2022 lalu, BRICS juga menjadi mitra dagang utama bagi 28% negara di seluruh dunia.

Dengan demikian, masuknya Indonesia ke BRICS akan memperkuat posisinya di dunia internasional. Indonesia pun juga mendapat keuntungan lain berupa banyak kawan senasib sepenanggungan negara berkembang dunia.

"Jadi mungkin bisa dilihat positifnya kalau ada isu-isu yang terkait dengan negara sedang berkembang, kita punya kelompok yang bisa memperjuangkan baik di BRICS-nya maupun di forum-forum lain, forum-forum multilateral yang lain," terang Mari Elka Pangestu, anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) pada Selasa (7/1/2025), dilansir detikFinance.

Dampak Bergabungnya Indonesia ke dalam Keanggotaan BRICS

Selain keuntungan-keuntungan di atas, masuknya Indonesia ke dalam BRICS juga mesti diwaspadai. Misalnya, pemerintah diharap bisa memperkuat hubungan dengan negara-negara BRICS lain, tidak hanya China saja.

"Pemerintah sebaiknya tidak melihat BRICS hanya agenda China saja, tapi ada potensi besar dengan negara Brasil terkait ekonomi restoratif, hingga Afrika Selatan soal pengembangan transisi energi bersih. Jika terlalu pro-China maka keanggotaan Indonesia di BRICS sebenarnya sia-sia mereplikasi hubungan ekonomi dengan China yang sudah terlalu dominan," jelas Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), dalam keterangannya, Rabu (8/1/2025).

Lebih lanjut, sebagaimana sudah kita ketahui bersama, perang dagang China dan AS masih berlangsung. Nantinya, setelah Trump kembali menjabat sebagai presiden, stabilitas ekonomi beberapa negara mungkin akan teracak, tak terkecuali Indonesia. Hal ini diterangkan oleh Muhammad Zulfikar Rakhmat, Direktur China-Indonesia Desk CELIOS:

"Reaksi Trump perlu untuk diwaspadai, karena dia merupakan salah satu pemimpin yang membuktikan ucapannya. Jika, US memberlakukan tarif 100 persen pada negara anggota BRICS, tentu Indonesia akan terkena imbas dari kebijakan tersebut. Tidak bisa dipungkiri ini juga akan menjadi tantangan bagi ekonomi Indonesia dalam jangka waktu pendek atau menengah. Hal ini juga akan menyebabkan penurunan tajam pada volume ekspor, terutama untuk produk-produk yang sangat bergantung pada pasar AS," jelasnya.

Di samping itu, sentimen bahwasanya Indonesia meminggirkan politik luar negeri bebas aktifnya pun bisa semakin kuat. Kendati begitu, Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, telah menampiknya:

"Awalnya banyak pihak yang pertanyakan keputusan Indonesia masuk sebagai anggota BRICS dan dianggap sebagai sesuatu yang melenceng dari prinsip politik luar negeri kita yang bebas aktif. Namun justru sebaliknya, keanggotaan Indonesia di BRICS adalah wujud dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif itu sendiri," ujarnya dilansir detikNews, Jumat (10/1).

Nah, itulah pembahasan ringkas mengenai keuntungan dan potensi kerugian yang bisa didapat Indonesia dari langkah masuk BRICS. Semoga menjawab rasa ingin tahu detikers, ya!




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads