Wamen P2MI Dorong Nakes Fasih Bahasa Asing: Di Jerman Gaji Rp 47 Juta

Wamen P2MI Dorong Nakes Fasih Bahasa Asing: Di Jerman Gaji Rp 47 Juta

Adji G Rinepta - detikJogja
Senin, 09 Des 2024 15:38 WIB
Wamen Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Christina Aryani dalam acara sosialisasi penempatan dan pelindungan pekerja migran Indonesia di Stikes Panti Rapih Yogyakarta, Sleman, Senin (9/12/2024).
Wamen Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Christina Aryani dalam acara sosialisasi penempatan dan pelindungan pekerja migran Indonesia di Stikes Panti Rapih Yogyakarta, Sleman, Senin (9/12/2024). Foto: Adji Ganda Rinepta/detikJogja.
Jogja -

Wakil Menteri (Wamen) Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Christina Aryani, membeberkan peluang kerja bagi Tenaga Kesehatan (Nakes) dengan gaji fantastis di Jepang hingga Jerman. Chrstina menyebut gaji nakes menyentuh Rp 47 juta per bulan.

Maka dari itu, Chistina pun mendorong agar para nakes untuk untuk belajar bahasa asing. Christina menyebut, kebutuhan nakes di luar negeri cukup tinggi lantaran di negara negara maju kini Aging Population. Keadaan tersebut terjadi di mana populasi warga menua dan banyak anak muda yang memutuskan untuk tidak menikah.

"Di sini kita menjelaskan ada dua peluang kerja di Jepang dan Jerman, ada perawat dan careworker," jelas Christina usai acara sosialisasi penempatan dan pelindungan pekerja migran Indonesia di Stikes Panti Rapih Yogyakarta, Sleman, Senin (9/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya di Australia, negara-negara Eropa lainnya juga ada, cuma baru dua negara ini yang sudah dilegalisasikan artinya pemerintah to pemerintah gitu," lanjutnya.

Christina memaparkan, di Jepang, kebutuhan tenaga careworker yang bertugas di panti jompo hingga perawat sangat tinggi. Pada 2025, kebutuhannya menyentuh angka 2,5 juta tenaga.

ADVERTISEMENT

Selain peluang kerja yang besar, para nakes juga memiliki peluang meniti karier yang juga terbuka lebar. Pasalnya juga ada kesempatan menjadi register nurse atau register careworker. Gaji yang ditawarkan pun cukup tinggi.

"Di Jepang sendiri untuk tahun 2025 kebutuhannya hingga 2,5 juta sektor di tenaga kesehatan, jadi peluangnya besar sekali," paparnya.

"Di Jepang itu (gajinya) juga cukup tinggi (berkisar) Rp 15 juta sampai Rp 20 juta," lanjut Christina.

Kemudian, Christina melanjutkan, negara dengan kebutuhan nakes yang tinggi selanjutnya yakni Jerman. Menurutnya, Jerman membutuhkan hingga 500 ribu nakes sampai 2030.

"Sama juga (gajinya tinggi), bekerja di rumah sakit atau di klinik (di Jerman), gajinya kisarannya antara Rp 38 juta sampai Rp 47 juta, ini tentu besar ya," ungkapnya.

"Di Jerman ini dengan hidup yang hemat ya, normal-normal saja, tidak hedon biaya hidupnya, itu sekitar Rp 12 juta. Bayangkan tadi dengan gaji yang Rp 47 juta, bisa sisihkan sekitar Rp 30 juta sebulan. Setahun kali 12 berapa? Sudah Rp 400an juta. Kontrak bisa tiga tahun, kita harus memandang ini sebagai peluang," paparnya.

Lebih lanjut Christina menyampaikan, syarat bagi nakes yang ingin bekerja di Jepang yakni usia maksimal 35 tahun. Sementara di Jerman, rentang usianya 18 sampai 40 tahun.
Untuk careworker, minimal ijazah D3 keperawatan atau nonkeperawatan dengan sertifikat careworker. Sedangkan perawat, minimal lulusan D3 atau S1 keperawatan yang sudah memiliki surat tanda registrasi (STR) perawat.

"Selama ini sebenarnya pemberi kerja di luar negeri sangat senang dengan tenaga kerja dari Indonesia, (karena) ndak neko-neko, ndak ada kasus aneh-aneh. Cuma yang jadi permasalahan adalah soal bahasa," ujar Christina.

"Yang dikirim kalau dari sekolah seperti ini (Stikes) pasti sudah bisa, cuma masalah bahasa aja. Kalau memang ada rencana dari awal untuk bekerja di luar negeri, monggo mulai belajar bahasanya," imbuhnya.

Sementara, Ketua Stikes Panti Rapih Yogyakarta, Yulia Wardani, mengatakan di kampusnya setidaknya sudah ada 16 lulusan yang berhasil meniti karier di Jepang.

"Lalu yang sekarang sedang proses terakhir persiapan ke Jerman itu tiga sampai lima orang," jelasnya.

"Setiap kali ada momen-momen kami itu selalu mendorong mahasiswa kami untuk go abroad flight, kemudian flight high, gitu ya terbang tinggi supaya kamu bisa meningkatkan kualitas hidup kita semua, gitu," pungkasnya.




(apl/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads