Dua saluran irigasi utama di Sleman yaitu Selokan Mataram dan Selokan Van Der Wijck itu akan ditutup untuk pemeliharaan pada Oktober mendatang. Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (Dispertan) Sleman akan menyiapkan 21 sumur bor untuk pengairan lahan pertanian.
Sekretaris Dispertan Sleman Rofiq Andriyanto pastikan ke-21 sumur bor ini telah siap operasional. Setiap sumur bor mampu mengairi area persawahan hingga 20 hektar. Sehingga diperkirakan mampu mengairi hingga 420 hektar.
"Satu titik irigasi sumur bor itu bisa mengairi kurang lebih 20 hektar. Ini sudah dibangun bertahap, terakhir 2023 itu menyelesaikan 7 sumur. Menyiagakan irigasi sumur bor untuk mengairi sawah-sawah yang selama ini terdampak penutupan saluran Selokan Mataram maupun Van Der Wijck," jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (24/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rofiq menuturkan keberadaan sumur mayoritas berada di Sleman Barat. Detailnya sebanyak 11 sumur bor berada di Kapanewon Seyegan, 2 sumur bor berada di Kapanewon Gamping. Selanjutnya 2 sumur bor berada di Kapanewon Cangkringan dan 1 sumur bor berada di Kapanewon Pakem.
"Lalu masing-masing 1 sumur bor di Ngaglik, Berbah dan Kalasan dan 2 sumur bor di Kapanewon Ngaglik," katanya.
Pemanfaatan sumur bor ini sebagai upaya antisipasi puso. Terlebih setelah dua saluran irigasi utama ditutup dalam kurun waktu 1 bulan dan 1,5 bulan. Selokan Van Der Wijck terlebih dahulu ditutup selama satu bulan mulai 1 Oktober 2024. Sementara Selokan Mataram selama 1,5 bulan mulai 16 Oktober 2024.
Pihaknya telah menerima sejumlah masukan dan keluhan dari para petani. Terutama para petani yang baru saja memulai masa tanam. Apabila tak mendapatkan pasokan air yang ideal maka berpotensi terjadi gagal panen.
"Penutupan Selokan Mataram dan Van Der Wijck ini kan bertepatan dengan musim kemarau. Sehingga pasokan air bagi lahan pertanian akan sangat minim. Sehingga solusinya adalah aktivasi 21 sumur bor," ujarnya.
Sedangkan untuk operasional pengairan melalui sumur bor, pihaknya sudah melakukan alih bahan bakar dari yang semula menggunakan solar diganti dengan listrik.
"Nah ini kita juga sudah beralih tidak menggunakan bahan bakar fosil tapi sudah kita integrasikan dengan listrik PLN. Ini program Kementan karena selama ini banyak penolakan di kelompok petani karena biaya. Diganti listrik dan biaya cukup murah untuk di lahan," katanya.
Untuk saat pihaknya juga tengah mengebut pengerjaan 3 sumur bor di kawasan Minggir dan Moyudan. Diketahui bahwa dua kapanewon ini terdampak langsung penutupan Selokan Van Der Wijck. Ini karena mayoritas pertanian Sleman Barat mengandalkan irigasi dari selokan ini.
"Untuk Sleman barat khususnya Minggir dan Moyudan sedang dirampungkan 3 unit sumur bor. Info terakhir masih proses penyelesaian tandon airnya," ujarnya.
(ahr/aku)
Komentar Terbanyak
Kanal YouTube Masjid Jogokariyan Diblokir Usai Bahas Konflik Palestina
Israel Ternyata Luncurkan Serangan dari Dalam Wilayah Iran
BPN soal Kemungkinan Tanah Mbah Tupon Kembali: Tunggu Putusan Pengadilan