Ada 320 Hektare Lahan Tidur, Pemkab Sleman Bakal Optimalkan untuk Pertanian

Ada 320 Hektare Lahan Tidur, Pemkab Sleman Bakal Optimalkan untuk Pertanian

Dwi Agus - detikJogja
Selasa, 11 Jun 2024 14:32 WIB
Petani di Padukuhan Gamplong IV, Sleman, sedang menabur benih padi di sawah, Selasa (11/6/2024).
Petani di Padukuhan Gamplong IV, Sleman, sedang menabur benih padi di sawah, Selasa (11/6/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja
Sleman -

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman menyebut, 320 hektare berstatus lahan tidur. Penyebabnya adalah keterbatasan sumber air yang mengaliri sawah dan lahan, ditambah lagi terjadi perbaikan Selokan Mataram beberapa waktu lalu.

Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono menuturkan, mayoritas lahan tidur ini berada di kawasan Sleman Barat. Tepatnya di sejumlah wilayah kawasan Kapanewon Minggir dan Moyudan. Kondisi ini tentu berdampak pada ketersediaan pangan jangka pendek maupun jangka panjang.

"Ini yang kemudian kita mau optimalkan, 320 hektare seluruh Sleman. Moyudan ada 24 hektare dan sudah dikerjakan 9,1 hektare. Nanti sisanya Pak Lurah dan petani siap melanjutkan, jadi kita bantu benih untuk 24 hektare," jelasnya saat ditemui di Padukuhan Gamplong IV, Sumberrahayu, Moyudan, Sleman, Selasa (11/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menghidupkan lahan tidur, Suparmono mengakui tidaklah mudah. Ini karena lahan sudah lama tidak tergarap, bahkan hingga tahunan. Penyebab utama adalah tidak adanya aliran air atau aliran air terlalu kecil.

Sebagai solusi, pihaknya akan membantu penyediaan pompa air. Selain itu juga pembangunan bendungan di aliran air irigasi. Untuk setelahnya dialirkan ke sejumlah lahan maupun persawahan di kawasan Minggir dan Moyudan.

ADVERTISEMENT

"Makanya kita bantu airnya, bagaimana agar masuk kemudian kita bantu pompa. Nanti yang paketnya sini ada di Minggir itu, kita sudah cek, tinggal ada selokan kecil dibuat bendungan nanti kita bantu pompa untuk menaikkan," katanya.

Berdasarkan penelusuran timnya, kawasan Moyudan dan Minggir tidak kekurangan air. Hanya saja aliran air yang masuk ke lahan maupun persawahan tergolong kecil. Sehingga tidak ideal untuk memenuhi kebutuhan sawan maupun lahan milik petani.

Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono saat ditemui detikJogja, Selasa (11/6/2024).Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono saat ditemui detikJogja, Selasa (11/6/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja

Tak sekadar air, pihaknya juga membantu ketersediaan bibit padi. Targetnya adalah menaikkan indeks pertanaman (IP) dalam satu tahun. Dari awalnya satu kali tanam untuk satu kali panen atau IP 100 menjadi satu kali tanam untuk dua kali panen. atau IP 200.

"Kan yang didorong pemerintah sekarang selain perluasan lahan juga indeks pertanamannya ditingkatkan. Kalau perluasan lahan di Sleman kan sudah sulit, buat cetak sawah baru sulit, makanya kita mengidentifikasi tanah-tanah yang bisa ditingkatkan indeks pertanamannya," ujarnya.

Pihaknya juga berkolaborasi dengan TNI dan Polri. Berupa pengadaan pompa air dari Kementerian Pertahanan oleh TNI. Untuk kemudian disalurkan ke sejumlah wilayah yang terdampak minimnya air.

"Kalau dengan Polri berupa optimalisasi gorong-gorong atau saluran irigasi. Seperti di Moyudan ini kan dari Selokan Van Der Wick, cuma kemarin gorong-gorong kecil. Sekarang dibantu Polresta Sleman diganti yang lebih besar makanya aliran airnya lebih banter," katanya.

Lurah Sumberrahayu, Sigit Tri Susanto, menuturkan 18 hektar lahan di wilayahnya tidak produktif sejak Januari 2023. Bahkan adapula yang dari medio 2022. Kendala utama adalah minimnya pasokan air ke lahan persawahan.

Sigit menuturkan beragam kendala dihadapi petani di wilayahnya. Awalnya adalah pandemi COVID-19 yang membuat para petani mengurangi aktivitasnya. Lalu berlanjut dengan sejumlah kemarau panjang. Terakhir adalah perbaikan saluran air termasuk Selokan Mataram.

"Padahal awalnya lahan produktif bisa panen 5 sampai 6 ton per hektarnya. Lalu berhenti tanam dan terakhir itu Januari 2023, ada 18 hektar. Bantuan dari Polresta Sleman untuk membongkar gorong-gorong itu, satu hari (lahan) langsung bisa digarap," ujarnya.

Walau begitu, Sigit menuturkan produktivitas lahan dilakukan perlahan. Diawali dengan membajak lahan sebelum ditanami benih. Selanjutnya pemberian nutrisi ke tanah atau lahan yang menjadi media tanam.

"Bertahap, jadi ada yang sudah masuk tanam, masih dibajak hingga irigasi awal. Secara debit air sudah normal tapi belum maksimal. Dari total 18 hektar masih ada kekurangan satu titik," katanya.




(apu/cln)

Hide Ads